THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Sabtu, 08 Agustus 2020

Mawar Hitam

 

Hosh-hosh, kuterengah-engah berlarian ke gerbang sekolah. Pokoknya aku harus segera menyusul mereka dan segera keluar dari sekolah ini untuk membolos, hehe. Namun sepertinya aku sudah terlambat banget!

Kuterhenti seketika begitu melihat di sekitar gerbang itu ada beberapa anak yang mencegatku. Mereka tampak ganjil juga dan garang. Di sekitar sana banyak banjir sih dan air tergenang di mana-mana.

Duh! Jadi aku lewat mana, nih? Aku mau lewat jalan biasa, namun sepertinya anak yang berada di sana sampai harus berenang-renang segala di air kotor itu. Wah, aku kan tak bisa berenang. Belum lagi kan belum tentu di sana itu aman.

Sebaiknya aku lewat jalan lain saja. Hm! Mereka kok sepertinya sengaja menghalangi jalanku, sih? Kentara banget gerak-gerik mereka itu. Mana aku juga takut melewati mereka. Takut dilukai.

Kemudian kumengalihkan langkahku ke samping, namun betapa terkejutnya aku begitu melihat ada seekor buaya besar, gemuk bulat pula, tengah bergelut di air lumpur sana. Segera saja kuberlari menghindar sebelum buaya itu mengincarku. Untung saja sih belum dilihat.

Kembali kutatap mereka semua di sana. Mereka tampak menyedihkan dan kucel. Mereka lalu terkekeh-kekeh, mencibir karena aku tak berani lewat mana-mana. Bagaimana ini?! Aku harus cari jalan lain. Tapi lewat mana?

Kok situasinya sekotor ini, sih? Mereka seolah-olah terus menakut-nakuti dan menjatuhkan mentalku segala. Tapi mereka tetap berjaga di tempatnya, tak bergerak kemari. Hm, mungkin aku bisa menghindar leluasa. Maka aku pun berlari ke belakang sana, yang kurang airnya. Hm, semoga saja berhasil!

Dan benar saja, aku dibiarkan lewat karena tak ada yang berjaga di sana. Apa ini permainan?

“Delin!” tegur wanita itu.

Dengan gesitnya, kuberlari ke belakang barisan saat pelajaran olahraga itu. Semoga saja tak ketahuan, deh. Tapi kan sudah ditegur-tegur, tuh. Duh!

Gara-gara mimpi tadi nih, aku jadi linglung dan tak tahu sedang berada di mana. Ah, mimpi aneh! Duh, makanya aku menyelundupkan diri nih ke belakang sini sampai terbawa mimpi buruk segala.

Terpaksa sih curang begini. Tapi anak-anak di barisan dekatku malah berusaha menangkapku segala. Duh! Tak lama, aku pun terjerat. Memang nih, aku sudah salah strategi karena tempat di belakang kan sempit banget.

Bu Mawar—wanita muda itu yang bertindak sebagai asisten guru olahraga kami—kemudian mencidukku di belakang sini. Ya sudahlah, aku memang salah. Mau bagaimana lagi?

“Jatuh tadi nih, Bu!” alasanku. Entah kenapa aku terus yang kena. Aku tak bisa curang deh karena baru datang alias telat.

Aku kemudian duduk di betonan bunga, berusaha santai. Jadi pusat perhatian lagi, deh. Malas deh rasanya! Kuturunkan poniku menutupi mata agar tak begitu malu, sengaja menyamarkan pandangan. Kan ini model anak gaul juga. Funky!

Bu Mawar terus saja menggodaiku. Aku jadi malu dan agak takut juga, nih. Ih! Kenapa sih aku terus yang dijadikan bahan ocehan begini? Kan tak enak jadinya.

Tak lama, Bu Mawar kembali ke depan—menuju papan tulis. Rupanya di sana sudah tertulis aturan kelasnya dan ia hendak mengingatkan lagi. Duh, sudah dong, ah! Aku memang tak pernah baca. Jadi malu sendiri, deh.

Hm, sebenarnya sih beliau baik. Hanya saja agak sedikit menakutkan. Aku jadi lega begitu pelajarannya akhirnya selesai juga.

***

Sore itu, usai sekolah, kami bersantai-santai di sebuah kamar asrama. Kumelihat-lihat koleksi parfum Sandy—si banci. Haha, aku sih tomboi sementara temanku ini banci banget. Pengen bisa coba sih, warnanya juga menarik. Pengen bisa rasain harumnya.

“Dy, gak keluar, nih?” tanyaku.

“Ntar malam aku banyak suting. Mau istirahat dulu supaya fit ntar malam,” katanya sambil terus berbaring di ranjangnya.

Ia sih memang ada kerjaan di program TV sana. Bangga deh padanya. Di kamar itu, sengaja hanya menyala lampu temaram kuning saja. Jadinya terkesan remang-remang, deh. Kan ia juga mau tidur. Hm, sepi banget ya hanya kami berdua di sini.

Sayang ia sedang tak mau diajak keluar. Aku jadi kesepian deh, sudah main ke kamarnya ini. Ya, meski kamarnya nyaman juga, sih. Akhirnya kuputuskan untuk mandi sore saja deh, dengan mengambil odol dan sikat gigi di kamarnya itu. Ya, biasanya sih memang kusimpan di sini karena dekat kamar mandi, jadi lebih praktis meski kamar cowok. Tak lama, ada banyak temannya yang masuk meramaikan.

“Hei, awas loh ketindihan tidur sore-sore begini,” kataku pada Sandy sebelum keluar. Aku yakin ia pasti takut mendengarnya, hehe. Usil juga ya aku ini. Aku pun buru-buru keluar.

Namun begitu tiba di ambang pintu, kutercekat begitu melihat seorang cowok rambut kribo gondrong, beransel, duduk di bangku depan sana. Gawat! Itu kan…

Musa! Ia cowok pembawa onar yang suka membuat kerusuhan. Wajahnya kentara sekali bengalnya. Ya, meski ia kurus ceking begitu, sih. Ia baru saja masuk setelah lama diskors. Ia diskors setelah terlibat masalah denganku. Kami sempat cek-cok. Duh! Berabe, deh.

Bagaimana caraku menghindarinya kini? Ia pasti datang untuk balas dendam padaku, kan? Makanya ia mencari-cariku di sini. Gimana, nih? Kulihat ia datang sama temannya. Glek! Tapi sepertinya hanya ia yang mau berurusan denganku.

Bakal terjadi sesuatu yang gawat nih tentunya. Aku takut sekali! Namun akhirnya aku jalan keluar juga sambil pura-pura tak melihatnya. Apa ia akan menghampiriku di koridor ini? Tapi rupanya ia hanya lewat saja seolah hendak memperlihatkan ia sudah bisa masuk sekolah.

Seorang senior cewek—Ninta—kemudian melintas di depanku dari arah belakang. Ia mencibir sinis. Dasar cewek nakal itu! Ia memang tahu sih masalahku ini. Pasti ia merasa ada yang seru nih, makanya memanasi begitu.

“Kasihan kamu. Mati deh kamu. Meski aku seniormu, aku tak bakal mau nolongin kamu,” desisnya licik. Ih, ia pasti sirik deh sama aku, makanya menikmati ini semua.

Tapi siapa juga yang mau minta tolong? Aku kan bisa sendiri dan aku mandiri pastinya. Apa ia punya kuasa? Aku jadi penasaran seperti apa jadinya kalau ia turun tangan. Memangnya ia punya kuasa apa, sih?

Maka aku lalu mengikutinya, sok mau minta tolong padanya. Biar saja ia kegeeran dan di atas angin begitu. Nyebelin, tapi biarlah! Kan begini caraku cari tahu. Biar bisa seru-seruan juga.

“Apa kamu yakin gak mau nolongin aku?” ujarku sok merayu.

Ia menggeleng puas. “Biarin saja kamu dalam bahaya,” responnya sambil tersenyum.

Kira-kira apa kuasanya ini cewek? Kuikuti ia sampai memasuki ruang osis. Entah mau ngapain, ya ikut saja!

“Oh kalau gitu, kalau aku jadi senior nanti, aku gak mau jadi kayak kamu!” dorongku. Tak lama, aku lalu teriak-teriak liar, “Kalau senior nanti, aku janji gak bakal mau jadi … eh siapa lagi namamu? Oh ya, aku janji kalau jadi senior nanti, aku gak bakal mau jadi kayak Ninta Sanelia!” teriakku keras-keras selama berkali-kali.

Seolah pengumuman, kumeneriakkan nama lengkapnya berkali-kali di depan ruangan itu sampai ia jadi malu dan risih sendiri. Aku bertindak bak bocah demi membongkar apa yang bisa dilakukannya padaku.

Aku yakin ia akan malu karena teriakan bocahku ini menarik perhatian banyak orang. Namanya pasti akan ternoda kalau menolak permintaan tolong dari juniornya. Hehe! Namanya kujual-jual begini keras. Apa yang akan dilakukannya selanjutnya?

Tak lama, dari tangga atas sana, sahabatku—Nike—langsung menghampiri Ninta. Wah, mereka teman dekat rupanya. Jadi iri, nih!

“Ada apa?” ia bertanya-tanya antara aku dan Ninta.

Haha, aku sudah mempermalukan Si Ninta itu. Rasakan! Aku terus teriak-teriak sampai suaraku nyaris habis. Tapi aku terus meneriakinya sekuat tenaga.

“Stop! Stop!” pekik Ninta serius.

Kutatap nakal cewek feminin berambut pendek itu. Apa yang akan dilakukannya sekarang?

“Ssssst,” desisnya kalem. “Sudah, kamu diam! Akan kutolongin” katanya kemudian.

Haha! Memangnya pertolongannya nanti dalam bentuk apa, sih? Aku jadi penasaran, nih. Ia berusaha sabar. Hm, sepertinya ia tak sejahat dan sejudes yang kuduga. Akhirnya ia luluh juga.

Tak lama, kumelirik dokumen-dokumen segunung yang dibawanya. Hei, apa ia ketua osis sekolah ini, ya? Eh, kok aku baru tahu, ya? Haha! Pantas saja ia jaim begitu. Rupanya ia orang penting di sekolah ini. Pantas saja ia kepedean begitu.

***

hy, readers! tengok yuk karya novel horor THIRTEEN berikut di aplikasi NOVELME, silakan bisa disearch aja langsung di aplikasinya, jangan lupa donlod dulu. nih kisahnya tentang kejadian misterius yang terjadi pada anak-anak usia 13 tahun, pastinya menarik bukan dibahas? dijamin seru, menegangkan dan konfliknya tidak membosankan. tunggu apa lagi? :=(D

0 komentar: