THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 21 Agustus 2020

Misi Hina

 

Kumelangkah tenang memasuki sebuah kamar mandi umum di tempat liburan ini pada malam itu. Aku harus membuang rasa maluku demi menjebak seorang pemuda di tempat ini. Misi yang merepotkan, tapi katanya sih aku cocok untuk memerankan itu.

Tempat ini sih memang campur baur antara cewek dan cowok. Benar-benar bebas! Aku masih merasa agak malu mendatangi tempat ini. Haruskah sampai sebegininya? Mana pintunya juga tak terlalu bagus karena tak bisa rapat, jadi tentu saja tak aman untuk cewek yang masih malu-malu di sini. Tak ada tempat untuk malu pokoknya!

Kriet, perhatianku teralihkan kembali ke pintu yang setengah terbuka itu. Terdengar suara decitan yang rupanya berasal dari sebuah ayunan. Kumelihat seorang pemuda misterius tengah berayun di sana. Kok sepertinya bergidik begini, ya?

Jadi malu juga sih rasanya ketahuan oleh cowok itu memasuki pemandian umum ini. Entah apa menurutnya, tapi sudahlah abaikan saja ia. Yang terpenting sekarang, aku harus memasuki sebuah bak di sebelah target berada…

***

Aku berhasil mendekati target di sebelahku ini. Aku tahu ini tak baik, tapi yang namanya pemandian kan harus buka-bukaan begini. Aku bahkan tak bisa kebratan dilihat sepenuhnya olehnya. Kami terus saja mengobrol sambil basah-basahan di rendaman begini.

Bak mandinya ada di sebelahku. Di pemandian ini memang terdapat beberapa bak kecil. Huft, setelah kupikir-pikir lagi, apa aku sudah gila ya? Aku seperti orang mabuk saja yang tak sadar begini. Kulirik tubuhku ke bawah di rendaman air itu. Ini memang benar-benar memalukan dan tak layak. Baru kali ini kurelakan tubuh ini untuk dilihat orang lain. Rasanya memang malu sekali, tapi aku tak bisa bereaksi malu untuk saat ini, hanya demi suatu misi yang penuh pengorbanan.

Tapi airnya agak kotor, apa aman ya? Aku memang bukan tipe gadis sehina ini. Kupandangi sekitarku dan mereka tampak biasa-biasa saja bermaksiat seperti itu antara non muhrim. Menyedihkan! Apa mereka tak malu begitu?

***

Misi ini sungguh sudah mengorbankan kehormatanku. Sekarang aku sudah kembali lagi ke timku.

“Hei, apa kau sudah menyerah?” tanya salah seorang temanku—Gino.

Ia menanyakannya dengan logat khas yang kental, kami memang berasal dari kampung yang sama. Aku lalu menggeleng pelan. “Aku masih semangat menjalaninya.”

Tak lama, aku lalu teringat cowok misterius yang bermain ayunan tadi. Siapa ya kira-kira anak itu?

***

 hello! nih karya horor THIRTEEN setahun lalu, berupa setengah kumcer sih, dijamin berdarah-darah dan menegangkan, tak bosan ikutin ceritanya karena beda-beda tiap episod. makasih kunjungannya dengan ngeklik gambar kover diatas ya menuju linknya :=(D

0 komentar: