Ini bukan kaset lagu
yang aku beli! Kulemparkan barang belanjaanku keluar dari kantong plastik dan
kecewa bukan main. Kok aku bisa salah beli begini? Apa karena aku membelinya
dengan efek mabuk yang belum hilang dari kepalaku? Apa aku masih dalam keadaan
setengah tidur dan masih ngantuk? Aku seolah tak sadar membelinya, mungkin
saking terburu-burunya. Ah, masa begitu? Aku bahkan tak ingat kaset apa saja
yang kubeli, tapi tak mungkin juga rasanya aku membeli kaset yang tak kusuka!
Ataukah jangan-jangan
barang belanjaannya tertukar dengan pelanggan lain? Karena kupikir aku sama
sekali tak pernah memilih dan memegang kaset-kaset ini sebelumnya. Lihat saja
tidak. Masa aku membeli sambil merem? Itu kan sama saja dengan membeli hal yang
sia-sia dan tak berguna.
Ini ada yang aneh! Aku
bahkan jadi berpikir kalau kaset-kaset itu menghipnotisku untuk membeli mereka
dan melupakannya begitu aku pulang. Aku syok! Bagaimana ini? Dikembalikan tak mungkin
lagi kan karena sudah telanjur dibeli. Tapi memangnya siapa yang beli? Aku tak
pernah membeli mereka, sekali lagi kutegaskan.
Sia-sia deh uang yang
kukeluarkan untuk membeli keempat kaset ini. Ya, memang sih aku berniat mau
membeli 4 kaset lagu, tapi aku sama sekali tak pernah berminat membeli kaset
dangdut! Aku tak suka dangdut lawas seperti ini. Mau kasih orang, tapi saking
malasnya, rasanya mau kubuang saja.
Aku masih waras untuk
tak membeli apa yang tak kusukai. Tak mungkin aku mau buang-buang uang untuk
mereka. Kumenghela napas sambil memandangi kaset-kaset itu. Lihat kovernya saja
jadi tak berselera saking noraknya, apalagi mendengar lagunya. Huft!
Tapi mau bagaimana
lagi? Mereka sudah ada di tanganku. Aku jadi merasa dicurangi karena aku
membeli mereka seolah tanpa kesadaran sama sekali, seperti terhipnotis dan aku
benar-benar lupa sejak kapan aku mengambil mereka dan membayarnya ke kasir. Aku
tak mungkin mau menyentuh mereka kalau aku tak suka dangdut.
Kutertegun begitu
melihat ada yang berbeda di antara itu semua. Ada kaset yang menurutku masih
dekat dengan seleraku—lagu Korea. Hyah, lagu-lagu asal negeri ginseng itu kan
romantis dan enak didengar. Tak seperti dangdut tentunya! Hm, meskipun beberapa
dangdut pop lumayan aku suka, tapi aku tak pernah berniat membeli dangdut.
Sayangnya, dangdut yang kubeli ini lagu-lagu lawas yang urakan.
Untunglah masih ada
lagu yang masih waras di sini. Entah kenapa hanya satu saja di antara
keempatnya itu yang lumayan memenuhi seleraku. Awalnya sih, aku mau membeli
kaset musik metal, tapi sepertinya aku salah beli. Tapi tak apalah! Semoga saja
lagu K-Pop ini menarik, deh. Yah, lumayan terhiburlah aku karena tadi sempat
kecewa akan apa yang kubeli tadinya.
Sekali lagi, kok aku
beli dangdut, ya? Pada siapa aku bisa protes? Aku sepertinya pembeli yang
dipilihkan kaset apa saja yang harus dibeli. Dan yang memilihkannya yah …
kaset-kaset itu!
***
Usai sahur untuk
mengganti kalla, kulanjutkan tidurku sekitar pukul 4 pagi itu. Memang sih,
perutku masih penuh begini dan kurang nyaman untuk tiduran, tapi aku sudah
mengantuk sekali. Maka kuputuskan untuk tidur.
Awalnya aku tidur miring
ke kanan dan sudah lumayan terlelap. Namun tiba-tiba saja terdengar lagu pop Korea
berdendang di telingaku. Aku menikmati nada lagunya. Wah, pintar juga ya otakku
ini menciptakan lagu Korea. Terdengarnya sih memang bahasa Korea, tapi aku tak
tahu apa artinya dan secara mengalir saja otakku ini menyanyikannya.
Lagunya memang baru
kudengar dan kurasa itu ciptaan otak kreatifitasku sendiri. Aku tak menyangka
bisa menciptakan lagu Korea seperti ini. Aneh! Kok bisa ya otakku mengkreasikan
lagu Korea sendiri, padahal sebelumnya aku tak pernah berminat membuat lagu
meskipun aku suka musik. Apa ini berhubungan dengan makanan apa yang kumakan
tadi? Mungkin bumbu masakannya membuat otakku jadi hiperaktif dan
berkreatifitas meski dalam tidur begini. Hm, memang sih biasanya aku iseng saja
suka bikin lagu dalam tidurku dan semuanya mengalir dengan lancar. Entah apa
alasan logis di balik semua ini. Apakah iya aku bisa buat musik? Tapi aku tak
merasa begitu!
Wah, seandainya saja
aku tak begitu mengantuk, akan kurekam lagu ini dan kucatat untuk kunyanyikan
sendiri. Tapi aku biarkan saja lagu itu berlalu dalam otakku. Begitu lagu itu
selesai, eh malah ada lagu yang lain menyusul. Tak kalah bagusnya! Wah, hebat
sekali kalau kemampuan ini kugunakan. Sayangnya, aku sama sekali tak pernah
berminat menjadi pemusik. Aku malas harus membuat musiknya.
Aku lumayan menikmati
lagu itu. Seolah lagu itu dimasukkan ke otakku. Kenapa ya aku bisa mengkreasikan
musik sebagus ini? Aku merasa profesional seketika tanpa melalui proses yang panjang.
Sepertinya aku punya bakat bikin lagu, deh! Seandainya saja bisa
kueksplorasikan.
Mempertimbangkan hal
itu, akhirnya kuputuskan untuk bangun saja, namun … ng? Tubuhku tak bisa
bergerak! Gawat, sepertinya aku ketindihan. Kuberusaha untuk memiringkan tubuh
dan … fiuh! Aku berhasil terlepas dari ketindihan itu. Untunglah tak begitu
parah ketindihannya.
Hm yang tadi itu
kenapa, ya? Begitu kubuka mataku, lagunya malah menghilang. Napasku
terengah-engah. Ungh, aku masih ingin mendengar lagu-lagu hasil kreatifitas
otakku sendiri. Maka kembali kupejamkan mataku dan berbalik miring ke kiri kali
ini.
Tak lama, lagu-lagu itu
seolah terputarkan kembali di benakku. Kutersenyum dalam tidurku. Biarlah
lagu-lagu ini jadi pengantar tidurku. Aku seperti mendengar kaset saja secara
ajaib di otakku.
Ada beberapa lagu yang
mengalun meski aku tak mengerti apa bahasanya. Haha, aku kan tak bisa berbahasa
korea, apa otakku saja ya yang secara otomatis menyanyikannya? Tapi apa otakku
tahu apa artinya ataukah hanya sekadar asal bunyi saja yang penting menyerupai
lirik lagu korea? Entahlah, tapi kan yang penting nadanya seru. Musiknya pun
mendukung. Tapi untuk buat lagu, tentunya aku tak bisa memainkan musik
pengiring yang sekompleks itu.
Tiba-tiba saja
kuteringat kaset K-Pop yang kubeli tadi. Sepertinya isinya lagu-lagu cinta. Aku
belum sempat mendengarnya. Bungkusnya saja belum kubuka. Begitu lagunya seolah
berakhir, aku berniat untuk bangun.
Namun … lagi-lagi ugh …
aku tak bisa bergerak lagi. Kuperjuangkan tubuhku agar bisa bergerak penuh dan …
fiuh! Untunglah sepertinya tak begitu dalam ketindihan yang kualami. Tapi ini
ada yang aneh. Kenapa setelah mendengarkan lagu-lagu itu, aku jadi ketindihan
seperti ini, ya?
Aku jadi ragu harus
tidur miring ke mana lagi. Kanan dan kiri sama-sama ketindihan! Apa ini karena
aku tidur setelah makan? Luar biasa yang kumakan tadi. Baru kali ini aku bisa
mendengar lagu korea sebanyak ini dari otakku sendiri. Mungkin bumbunya mempengaruhi
kreatifitas otakku hingga otakku bisa melepaskan kekreatifitasannya secara
alami. Aku sama sekali tak merancang lagu itu, justru alam bawah sadarkulah
yang memprogramnya. Zat-zat dari otakkulah yang menyanyikannya secara otomatis.
Canggih sekali yang
kumakan tadi! Tapi apa makanan sahurku jugalah yang berperan membuatku
ketindihan dua kali seperti tadi? Aku merasa aneh dengan ketindihan tadi.
Hantu? Mahluk gaib? Aku
tak begitu percaya akan hal itu. Masa sih mereka bisa menyanyikan lagu di
telingaku di alam bawah sadar. Hm, mumpung aku sudah bangun dan takut tidur
lagi, mungkin sebaiknya aku dengar lagu-lagu korea dari kaset yang kubeli tadi
untuk isi waktu sampai subuh.
***
Kumelihat festival
musik itu. Akhirnya tibalah giliran seorang gadis berparas cantik setelah kemunculan
penyanyi setelahnya. MC-nya berkata, “Sekarang giliran kontestan berikutnya
yang akan membawakan lagu dan dance
asal negaranya.”
Aku tak bisa menebak
dari mana asalnya karena wajahnya yang tak terbaca itu. Hanya cantik yang bisa
kulihat, tapi tak tahu kecantikan negeri apa. Kira-kira ia dari negeri mana,
ya? Namun tak lama, gadis berambut panjang terurai kecoklatan itu pun bernyanyi
dan menari lembut.
Judul lagunya Tukitu
kitu, begitu kata MC-nya. Hah? Lagu dari negeri apa itu? Kan para kontestan di
sini dari berbagai negara.
Akhirnya gadis itu
memulai tariannya yang gemulai. Lagu pun berdendang. Kutertegun begitu mendengar
lagu itu. Hei! Itu kan K-pop kesukaanku di korea dorama My Girl Friend is
Gumiho! Ah! Iya!
Dubidubidu ooh … rupanya
salah eja tuh judul lagunya. Aku suka banget lagu itu! Aku pun menyanyikannya
dengan asik sambil melihat gadis itu menari. Rupanya ia dari Korea Selatan,
hanya saja tak seperti kecantikan khas negeri itu. Mungkin karena rambutnya
yang dicat kecoklatan begitu.
Aku jadi lepas kontrol
saking senangnya dan melambai-lambaikan tangan ke atas. Aku kan hafal lagunya.
Sementara pacarku yang kuajak nonton di sebelah, diam saja dan tampak bĂȘte.
Kumenyikutnya untuk ikut bersenang-senang, tapi ia tetap saja terdiam.
Hanya aku saja yang
kegirangan begini. Sudah lama aku tak mendengar lagu itu. Dan akhirnya tiba di
bagian lirik utama alias reff. Haruga gago namu umyon la ontong dancing
saenggak… namun tiba-tiba saja pas masuk ke bagian itu, mulutku terkunci
dan tak bisa menyanyikannya lagi. Duh, seperti ada yang menekan rahangku
kuat-kuat. Duh, padahal kan aku mau nyanyi!
Biarkan aku menyanyikan
lirik lagu itu! Duh, kok susah, sih? Ini kenapa, ya? Namun aku baru menyadari
apa penyebabnya begitu,… kuterbangun dengan lengan atas melingkar dan merapat
di bawah dagu. Duh, jadi ini penyebabnya mengapa rahangku terkunci rapat?
Rupanya tertekan oleh lengan sendiri yang memeluk bantal yang menyamping ini.
Aku kan tidur
terlentang. Tapi untuk apa juga kalau aku nyanyi begini? Aku kan sedang tidur
pula. Siapa juga yang bakalan dengar dan seru-seruan? Ya, meski aku sudah bisa
membebaskan rahangku sendiri, sih. Tapi kan percuma saja aku nyanyi sambil
tiduran gini. Hiks.
Rupanya semua kontes
tadi hanya mimpi!
***
hy, hy, hy! ini salah satu karya THIRTEEN yang terunik ceritanya. pokoknya si tokoh akan ngalamin musibah yang akan mencelakakan nyawanya tiap bulan selama dia masih berusia 13 tahun. apakah ia akan selamat? silakan mampir dengan ngeklik gambar kover di atas menuju linknya di web STORIAL. makasih ya dukungannya :=(D
0 komentar:
Posting Komentar