Prang!
Sesosok tubuh terpental keluar dari dalam jendela sebuah ruangan. Tubuh tersebut terkapar di koridor dengan tubuh lecet-lecet akibat serpihan kaca. Judit memandangi lawannya itu dengan napas terengah-engah, kemudian melangkah terhuyung-huyung menuju ruang di sebelahnya. Tubuhnya babak belur, tapi ia terus berjuang untuk melangkah menuju ruang pengendali demi keselamatan Eve dan ratusan orang yang berada di gedung ini termasuk dirinya sendiri.
“Semoga … semoga saja belum terlambat! Waktu yang tersisa tinggal 10 menit lagi…”
***
Ponsel Eve lalu terjatuh dan hancur berantakan…
Napas Eve tercekik. Diliriknya ke belakang dan melihat Deva tengah melilitkan sebuah rantai ke lehernya kemudian mencekiknya. Deva menarik rantai itu kuat-kuat sementara Eve berusaha melepaskannya sambil menggertakkan giginya.
“Mampus kau!” desis Deva.
Eve masih terus bertahan dan mencoba. Cekikan rantai Deva benar-benar kuat dan nyaris membuatnya kehilangan kesadaran. “Se-sebenarnya apa maumu? Kenapa kau ingin menghabisi aku? Aku punya salah apa sama kamu?” rintihnya.
“Hoho, kamu mau tahu? Kamu mau tahu alasannya?” Deva lalu menarik rantainya hingga Eve turut berjalan mundur mengikutinya. “Ayo, ikut aku!”
Eve tak mampu berbuat banyak selain mengikutinya daripada ia terus tercekik.
***
0 komentar:
Posting Komentar