THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 14 Agustus 2020

Mata-mata

 


Kami tengah sibuk menyusun rencana dan strategi malam itu di kelas, inilah misi rahasia kami yang akan kami lancarkan besok. Sebenarnya aku menikmati saat-saat bersama merancang strategi seperti ini.

Begitu menjelang pagi, aku pun mengenakan kostumku, begitu pun dengan teman-teman setim lainnya. Baju dress yang kukenakan sungguh indah dan tampak seperti nona saja. Aku jadi tampak cantik dengan penyamaran seperti ini, yang pastinya tak akan mencurigakan siapa pun terutama target.

Begitu keluar, tiba-tiba saja kuteringat. Duh sudah jauh begini, aku lupa mengenakan sepatunya. Di mana ya kuletakkan tadinya? Apa sebaiknya kuambil saja dan kembali saja ke sana? Kuberusaha mengingat-ingatnya.

“Eh, aku kembali lagi saja yah ambil sepatunya,” kataku. Kan tak enak kalau telanjang kaki begini.

“Tak usah. Sudah telat, nih. Sudah buka acaranya,” tegur rekanku.

Ya, mau bagaimana lagi? Terpaksa deh aku bertelanjang kaki begini. Huh! Masa sih cantik-cantik begini telanjang kaki saja? Tapi aku harus mengenyampingkan kepentingan pribadi demi misi ini. Mungkin bagi mereka, sepatu itu tak penting karena kakiku tak kelihatan begini. Tapi kan sebagai cewek, tentu saja aku tak kepedean. Ntar rusak deh penampilanku, plus kakiku sakit pula tanpa alas kaki. Kan aku mau tampil semenarik mungkin, hiks! Semoga saja tak ada yang perhatikan.

Huh, lagian ini kecerobohanku juga, saking buru-burunya sampai lupa deh sepatunya. Kami lalu duduk di sekitar target di festival itu. Kumendengar target kami menyanyikan lagu Jepang. Karena aku harus bisa lebih dekat dengannya tanpa dicurigai, kami pun membahas lagu Jepang itu. Aku juga suka lagu itu.

Ia memegang teks lagunya. Wah, lumayan banyak ya lagu anime di bukunya itu. Kami sehobi, deh. Sementara itu, teman-teman lainnya melancarkan misi mereka di belakang tanpa ketahuan.

“Duh, aku lupa! Ini bagaimana lagi lagunya?”

“Gubrak! Kan tadi sudah kunyanyikan. Gimana, sih?”

Aku jadi malu sendiri deh karena kurang menyimak. “Eh, aku tak nyangka deh kalau kamu suka lagu-lagu anime kayak aku, hehe.”

Tatapannya lalu lurus ke depan. “Eh, kamu tak punya memori indah apa di sekolah ini?”

Kutertegun.

“Kau selalu melihat ke arah jalan dan selalu menanti angkot itu berhenti.”

“Maksudmu?”

“Apa kamu tak mencintainya lagi?”

Huh, pembicaraannya kok ke arah situ, sih? Bikin kesal saja! “Siapa juga yang bilang kalau aku mencintainya?”

Sudahlah! Jangan bahas orang itu lagi. Plis! Ia itu sudah menikah dan aku sudah melupakannya, tak ada lagi rasa di hati ini. Tapi benarkah itu?

Namun setelah kumemikirkannya, tiba-tiba saja terjadi kericuhan. Hah?! Ketahuan? Mereka yang ditugaskan di dalam ruangan sana untuk mengambil dokumen rahasia itu tertangkap. Duh! Padahal aku sudah melancarkan misi di sini yang akan selesai sebentar lagi. Bagaimana ini?

Kupandangi rekanku di belakang sana. Aku memang bekerja berdua di bagian bangku sini. Terus bagaimana dengan kami? Haruskah kami juga ikut berkorban?

***

Demi kesetiakawanan, Ilham akhirnya mengaku juga bahwa kami berdua adalah komplotan mereka. Seolah kami tengah melakukan hal yang salah. Bagaimana ini? Kami berdua pun digiring ke penjara khusus dan berdua di sel itu.

Ilham tampak sabar-sabar saja, tapi bagaimana dengan aku? Aku sudah berganti pakaian seadanya, tak mengenakan pakaian bagus lagi. Penjaranya memang bagus dengan tegel hijau kinclong. Tak buruk sih, tapi tetap saja kan kurungan!

“Ilham, kenapa sih kamu pake acara ngaku segala?!” hardikku.

“Bagaimana pun kita harus ngaku, Rin,” sahutnya sabar. Ia tengah duduk di bangku tidurnya. Tampak kepikiran juga.

“Terus kapan kita bebasnya?” tuntutku berlipat tangan.

Ia tertegun. Firasatku jadi tak enak. Jangan-jangan lama?

Aku jadi gelisah tak sabaran, kemudian mengguncang-guncang terali besinya. “Keluarin aku! Aku mau kerja! Aku mau ngetik. Aku ini penulis. Tolong! Keluarin aku!” kumemohon memelas.

Duh, bagaimana ini? Aku kan mau kerja! Kalau dikurung begini, bagaimana aku bisa cari makan? Kumenggigit jari. Kapan aku bisa bebas? Aku tahu tak ada yang mau berbesar hati mengeluarkanku dari sini. Mau tak mau, aku harus menyerah saja.

Tapi apa bisa ya bawa laptop di sini? Dalam keadaan seperti ini pun, aku masih memikirkan kerjaan segala. Atau hanya hari Minggu saja aku baru bisa mengetik di laptop? Duh, terlalu lama kalau begitu, mengingat hari Minggu hari bebas. Duh! Aku juga tak bisa menyalahkan Ilham karena memang harus menanggung risiko bersama seperti ini.

Kemudian kumerenung kenapa bisa jadi seperti ini. Apa ada mata-mata di tim kami? Aku kemudian mengingat-ingat kondisi di markas begitu merasakan ada yang aneh…

Adik Ilham memang sudah cerdas meski masih kecil begitu. Kami menggunakan rumahnya untuk menyusun strategi memang. Kumelihat ia tengah menghafal peta. Wow! Hal yang jarang dilakukan oleh anak kecil.

Aku sendiri mengganti bajuku dengan celana pendek menggoda. Banyak rekan pria yang terpana melihatku berpakaian begini saja, tapi aku cuek saja. 

***

hy, readers! mau berbagi yang seru-seru nih tentang genre horor misteri yang dijamin konfliknya tajam-tajam dan menyebarkan kengerian. kalian tinggal search aja judul UMURKU 13 TAHUN DAN KAMU di aplikasi NOVELME. bagi yang belum punya, donlod aja dulu. salah satu ceritanya tentang cewek yang mengalami kejadian gaib saat mens saja, unik bukan? buktikan saja sendiri kisahnya :=(D

0 komentar: