THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 08 Desember 2015

petaka seks bebas

hay, sekali2 aku mo posting horor dari blognya akun twitter kisah horor ya. itu loh yang dah banyak bukunya di mediakita. aku paling suka ama way to die, kalo horor biasa si aku ga begitu suka karna mainstream. tapi kalo way to die nih ih serem banget deh karna ga pake hantu2an. suka deh! aku dah lahap habis kisah horor februari 2014 lalu saking penasarannya ama kisah2nya tuh. sumber link kopas ya buka di gambar ini ya tinggal klik aja. aku hanya mo share karna nih bagus. aku juga si suka nulis yang thriller mengerikan begini, kalo yang versi hantu juga suka tapi yang misterius ga gamblang seperti horor2 yang mainstream itu. jadi kalo ada label way to die pasti aku utamakan baca daripada label horor lainnya kan banyak di mana2 kisahnya. kalo yang ini sih baru beda. silakan baca sendiri kalo berani yang jelas greget ntar aku mo posting lagi way to die lainnya yang greget. izin copas ya!!! :=(D

http://kisahhorror.tumblr.com/post/63375418136/waytodie-pesta-bersama-dandy

#WayToDie: Pesta Bersama Dandy
 
Selama delapan belas tahun hidup di dunia, Dandy tidak pernah merasa bersenang-senang. Hidupnya datar saja, malah terlalu datar. Ia hampir tidak punya waktu untuk sekedar nongkrong dengan teman-teman sekolahnya, padahal mereka sering sekali mengajaknya pergi ke klub di tengah kota untuk berpesta semalaman. Tapi apa daya, seabrek les yang harus ia ikuti setelah sekolah, dan peraturan orang tuanya yang tidak membolehkan ia pulang malam mengekangnya. Dandy sudah cukup muak, ia merasa diperlakukan seperti anak perawan saja. Sial. Seluruh film dalam bentuk kepingan DVD sudah ia saksikan, tumpukan majalah pun sudah ia baca semua. Dandy tidak ingin lagi menyentuh mereka, melihatnya saja sudah membuatnya emosi. Malam itu Dandy berbaring di atas tempat tidurnya, ia menatap langit-langit kamarnya. Malam itu adalah malam minggu, malam di mana teman-temannya pasti tengah pergi keluar dan berpesta merayakan akhir pekan. Tidak seperti dirinya yang harus berada di kamar yang sudah seperti penjara baginya, dan menghitung berapa ratus malam minggu yang ia lalui seperti ini. Sendirian di dalam kamar.
Tidak, semua ini harus berakhir. Gerutu Dandy seraya bangkit. Ia mulai gelisah memikirkan kehidupan sosialnya, sampai kapan ia begini terus. Aliran darahnya mulai naik, sebuah api semangat berkobar di dalam dadanya. “udah cukup lama gue gini terus, gue harus berani bertindak.” Ujarnya kepada dirnya sendiri. “kalo gak gue akan selamanya dicap kuno.” Dandy menatap pintu kamarnya, ia menanamkan sebuah rencana bahwa malam minggu depan ia harus bisa melewati pintu itu dan meninggalkan penjara ini. Harus. Lagi pula sudah cukuplah selama ini ia ikut peraturan ayahnya yang sangat ia takuti, sekali-sekali memberontak pasti tidak ada salahnya. Ia juga mendambakan sebuah kesenangan seperti teman-temannya. Malam itu ia sudah tahu bahwa ia harus pergi dari penjara ini untuk menikmati kebebasan sejenak.
Senin pagi setelah pelajaran pertama Dandy mendatangi Adriano di kelasnya, kebetulan saat itu Adriano tengah berkumpul dengan teman-temannya. Tidak ada guru yang mengajar. Adriano dan teman-temannya menyadari kehadiran Dandy ketika ia masuk ke dalam kelas. “wah, wah. Ada apa nih lo tiba-tiba dateng ke sini. Lo gak belajar bersama?” gelak tawa Adriano pecah diiringi gelak teman-temannya. Wajah Dandy merah, ia menunduk beberapa saat. “jangan gitu dong.” Ujarnya lemas lalu duduk di sisi Adriano. “oke-oke, sori. Gue cuma becanda kok. Ada apa nih lo ke sini, gak biasanya.” Adriano sempat melihat ke pintu kelas ketika wanita paruh baya lewat, ia menyangka itu adalah guru yang akan mengajar tapi ia salah. Wanita itu hanya petugas kantin yang mengantarkan teh hangat ke ruang guru, kekeliruannya membuatnya tertawa geli. “malam minggu depan lo pada kemana?”, tanya Dandy tanpa basa basi. Adriano berpikir sebentar seraya menatap temannya yang duduk di hadapannya, “kemana ya hmm. Biasanya sih kita ke klub santro. Kenapa emang?”, Adriano menatap Dandy penuh keheranan. Dengan wajah polos dan suara seperti perempuan yang tengah lelah karena menstruasi Dandy menjawab, “gue ikut ya.”
Tak pelak lagi mereka semua tertawa terpingkal-pingkal hampir menangis, yang membuat mereka tertawa adalah seseorang Dandy yang terkenal dengan dunianya yang padat dengan les dan kegiatan belajar malah datang memohon untuk diajak berpesta. Dandy merasa terhina, ia tidak bisa menutupi amarahnya. Ia bangun dan pergi. Namun Adriano yang merasa tidak enak segera menyusulnya, “jangan gitu dong, sensi aja. Anak-anak cuma becanda, biarin aja lah.”. “biar gimana juga lo teman gue kok, kita kan barengan pas kelas satu.” Tambah Adriano. Tapi Dandy sudah keburu sakit hati, ia hanya diam. “lo boleh ikut kok.” Adriano meninju pelan bahu Dandy. “tapi gue gak ada kendaraan, gue gak boleh bawa mobil kalo keluar malem.” Sahut Dandy. Adriano kembali ingin tertawa, tapi ia menahannya. “tenang, nanti gue jemput. Gue bawa mobil kok. Oke bro.”, Adriano tersenyum lepas. “thanks ya dri, lo masih mau nganggep gue temen”, akhirnya amarah Dandy mulai luntur. “jangan berlebihan lah, lo tetep temen gue kok. Sampai ketemu Sabtu nanti ya.”, Adriano menepuk pundak Dandy. “oke”, akhirnya Dandy tersenyum lalu pergi meninggalkan kelas Adriano.
Adriano baru saja akan menekan klaskson mobilnya saat tidak menemukan Dandy di teras rumahnya, tapi Dandy yang mengintip dari jendela depan memberikan tanda kepadanya untuk tidak melakukan hal itu. Beberapa detik kemudian Dandy keluar dari rumah dengan mengendap-ngendap seperti maling, ia membuka pagar dan berlari kecil ke mobil Adriano. “jadi lo pergi diem-diem nih?” tanya Adriano. “sssttttt. Udah jalan cepet.” Potong Dandy, kedua matanya masih terpaut ke rumahnya. Ia takut jika ada seseorang yang menyadari kepergiannya. Ternyata keadaan cukup aman, tidak ada seorang pun tahu. Adriano memacu mobilnya untuk meninggalkan rumah Dandy, setengah jam kemudian mereka sudah sampai di depan sebuah gedung yang tidak terlalu besar tapi tampak begitu meriah dengan lampu-lampu tali yang berwarna-warni menyala di pintu depan. Di antara lampu-lampu tali itu, ada sebuah papan bertuliskan “santro club” yang tidak kalah meriahnya. “nah kita udah sampe, yuk turun. Anak-anak udah nunggu di dalam”, ajak Adriano. Mereka pun turun dari mobil, dan masuk ke dalam klub. Dandy terkejut begitu mengetahui suasana di dalam klub benar-benar ramai dan penuh dengan musik yang berdentum keras. Musik itu sampai menembus jantungnya, setiap kali musik berdentam, getarannya sampai ke jantungnya. Di dalam Dandy bertemu teman-teman Adriano, dan beberapa wanita yang tidak ia kenal. Adriano mengenalkan Dandy kepada teman-temannya, ia tidak mendengar nama mereka karena musik di dalam sana terlalu keras. Tapi ia mengangguk seakan mendengar nama mereka satu per satu. Beberapa menit setelah duduk bersama mereka, salah satu dari mereka menawari Dandy segelas besar bir. Dandy tentu tidak menolaknya, ia memang datang mencari sebuah pesta. Ia menenggak habis bir itu, dan ia terlihat begitu senang. Teman Adriano yang memberikannya bir kemudian memberinya sebuah pil kecil berwarna kuning, Dandy kebingungan. “apaan nih?” tanyanya. “itu ekstasi, biar lo kuat pesta semaleman. Kita juga minum itu kok.” Orang itu menjelaskan. Sekali lagi tanpa pikir panjang, Dandy memasukan pil itu ke dalam mulutnya dan mendorongnya dengan bir. Setengah jam kemudian pil itu mulai bekerja, Dandy merasa sangat segar. Ia kuat mengangkat dua ekor kerbau sekaligus. Ia juga mulai berubah, tidak ada lagi Dandy yang pemalu. Ia kini pemberani dan pengoceh ulung, dua orang wanita yang ia tidak kenal pun ia dekati dan sesekali ia cium lalu ia raba-raba dadanya. Malam itu ia baru tahu asiknya berpesta, ia seharusnya melakukan itu semenjak dulu. Satu jam kemudian Dandy menjadi begitu haus dan lapar, ia terus menenggak bir yang ada di meja. Ketika seseorang meletakan sepiring telur dadar tebal dengan irisan jamur di dalamnya, ia tanpa banyak bicara menyantapnya. Seseorang yang melihatnya tertawa dan berbisik-bisik ke telinga Adriano, tidak lama kemudian Adriano juga tertawa.
Malam semakin larut, dan Dandy semakin lupa daratan. Ia kini merasa dinding-dinding klub meleleh, dan musik yang ia dengar semakin keras hingga membuat telinganya seperti diiris-iris. Dunia pun seakan berputar-putar, membuatnya ingin muntah. Ia berlari keluar klub, dan muntah di pinggir jalan. Jalanan sudah sangat sepi saat itu, tapi anehnya ketika ia melihat ke jalan raya. Jalan raya mendadak bergelombang seperti ombak di lautan yang tengah dilanda badai, Dandy memutar tubuhnya untuk kembali ke dalam klub. Niatnya lenyap saat ia melihat seorang wanita yang sangat cantik mengenakan rok mini dan tangtop yang memperlihatkan dadanya yang besar dan padat berdiri di depan gedung kosong di sebelah klub. Dandy menatap wanita itu, dan wanita itu tersenyum kepadanya. Lidahnya berputar-putar di bibirnya yang merah merona. seakan menggoda Dandy, saat itu juga libido Dandy naik. Tanpa pikir panjang Dandy menghampiri wanita itu. Menciuminya, dan melucuti pakaiannya. Wanita itu tidak melawan sama sekali, ia seperti menikmati perlakuan Dandy. Dandy menyeretnya ke dalam gedung kosong yang tidak berpintu. Di dalam sana Dandy membaringkan tubuh telanjang wanita itu, dan mulai melepas pakaiannya sendiri. Dandy bercinta dengan wanita itu hingga tiga kali, ia tidak pernah senafsu itu sebelumnya. Setelah kali ketiga ia menggauli wanita itu Dandy pun tertidur dengan senyuman puas.
Ia terbangun saat cahaya matahari menerpa wajahnya, ia menutupi matanya yang silau dengan cahaya matahari. Setelah matanya sudah terbiasa, ia pun membuka matanya. Ia tertidur di dalam gedung kosong, dan orang-orang berkumpul di ambang pintu gedung, menatapnya dengan tatapan ngeri. Dandy terperanjat, ia menemukan dirinya tertidur di sana tanpa pakaian, dan sesosok mayat wanita yang sudah mulai membusuk di dalam pelukannya. Dandy melempar mayat itu, ekspresi wanita itu begitu datar, sepertinya ia mati karena sebuah penyakit. Dandy ingat semalam ia berada di sana bersama wanita cantik, dan mereka bercinta. Tapi kemana wanita itu? Lalu mengapa ia bangun dengan sesosok mayat wanita yang hampir membusuk dengan keadaan tanpa pakaian juga, sama seperti dirinya. Bau busuk yang menyengat membuat napas Dandy tercekat, bau daging busuk meresap di lidah dan tenggorokannya. Seluruh tubuhnya penuh noda kecoklatan yang berbau busuk, dan yang lebih parah adalah penisnya berlumuran cairan lengket kecokelatan dengan bercak merah di beberapa bagian. Beberapa lalat menghinggapi penisnya, bau busuk dari penisnya sepuluh kali lipat lebih parah dari bau busuk di tubuhnya. Ia kemudian melihat mayat perempuan itu lagi, kini ia berpusat pada pangkal paha mayat itu. Ratusan lalat mengerubungi vagina mayat wanita malang yang sempat ia anggap wanita cantik itu, lalat memang tertarik dengan sesuatu yang busuk. Apa lagi jika basah dan berlendir, seperti vagina mayat wanita itu.
Dandy awalnya tidak percaya bahwa ia semalam bercinta dengan mayat itu, tapi saat melihat sepermanya disekitaran perut bawah mayat wanita malang itu. ia tidak bisa lagi mengelak. Ia semalam bercinta dengan mayat. Otaknya berusaha memutar kembali apa yang terjadi semalam, dan ia mendapat apa yang ia cari. Telur dadar tebal yang ia makan berisi jamur yang dapat menyebabkan halusinasi tinggi, atau mereka biasa menyebutnya Magic Mushroom.
Dua bulan kemudian Dandy terbaring di tempat tidur sebuah rumah sakit, tubuhnya lemah dan sudah sangat kurus. Satu bulan belakangan ia sudah tidak pernah makan, dan kondisinya semakin melemah. Puluhan bisul muncul di sekujur tubuhnya, bisul yang semakin membesar dan saat pecah mengeluarkan nanah. Kulit di sekitar kelopak matanya mulai mengeras hingga ia tidak dapat lagi melihat, dan yang membuat keluarganya begitu terpukul adalah penis Dandy yang semakin membesar akibat pertumbuhan larva lalat yang semakin pesat dan tidak bisa lagi dikendalikan. Mereka terus menghasilkan ribuan telur di dalam penis Dandy setiap harinya. Dandy harus mengalami kencing darah, dan nanah selama sebulan penuh.
Ketika buang air kecil Dandy selalu melolong kesakitan. Jalankeluar satu-satunya adalah mengamputasi penisnya, tapi keluarga Dandy keberatan. Suatu malam Dandy terbangun karena merasa tubuhnya terasa begitu panas, ia membangunkan ibunya. Tapi ibunya tidak tahu harus berbuat apa, Dandy sempat kejang beberapa kali. Ia berkata kapada ibunya, “bu, aku benci sekali pesta.” Lalu setelah itu napas pelan-pelan memudar, dan berhenti. Catatan dokter mengatakan Dandy meninggal karena infeksi gonorrhea, dan syphilis yang akut. Sebelum dikuburkan, dokter memutuskan untuk melakukan pembedahan akan penisnya yang terus membesar. Dokter mengeluarkan jutaan larva cacing dari otot-otot penisnya, dan seorang dokter berkata “mayat yang anak ini gauli memberikan larva lalat yang luar biasa. Kasihan sekali anak ini.”
Lalu mereka membungkus mayat Dandy dan mengirimnya ke ambulans.

http://animanga-oushiza.blogspot.co.id/2015/10/penyakit-kutukan-di-balik-angka.html

0 komentar: