hay, sekali2 aku mo posting horor dari blognya akun twitter kisah horor ya. itu loh yang dah banyak bukunya di mediakita. aku paling suka ama way to die, kalo horor biasa si aku ga begitu suka karna mainstream. tapi kalo way to die nih ih serem banget deh karna ga pake hantu2an. suka deh! aku dah lahap habis kisah horor februari 2014 lalu saking penasarannya ama kisah2nya tuh. sumber link kopas ya buka di gambar ini ya tinggal klik aja. aku hanya mo share karna nih bagus. aku juga si suka nulis yang thriller mengerikan begini, kalo yang versi hantu juga suka tapi yang misterius ga gamblang seperti horor2 yang mainstream itu. jadi kalo ada label way to die pasti aku utamakan baca daripada label horor lainnya kan banyak di mana2 kisahnya. kalo yang ini sih baru beda. silakan baca sendiri kalo berani yang jelas greget ntar aku mo posting lagi way to die lainnya yang greget. izin copas ya!!! :=(D
#WayToDie: Pesta Bersama Dandy
Selama delapan belas tahun hidup di dunia,
Dandy tidak pernah merasa bersenang-senang. Hidupnya datar saja, malah
terlalu datar. Ia hampir tidak punya waktu untuk sekedar nongkrong
dengan teman-teman sekolahnya, padahal mereka sering sekali mengajaknya
pergi ke klub di tengah kota untuk berpesta semalaman. Tapi apa daya,
seabrek les yang harus ia ikuti setelah sekolah, dan peraturan orang
tuanya yang tidak membolehkan ia pulang malam mengekangnya. Dandy sudah
cukup muak, ia merasa diperlakukan seperti anak perawan saja. Sial.
Seluruh film dalam bentuk kepingan DVD sudah ia saksikan, tumpukan
majalah pun sudah ia baca semua. Dandy tidak ingin lagi menyentuh
mereka, melihatnya saja sudah membuatnya emosi. Malam itu Dandy
berbaring di atas tempat tidurnya, ia menatap langit-langit kamarnya.
Malam itu adalah malam minggu, malam di mana teman-temannya pasti tengah
pergi keluar dan berpesta merayakan akhir pekan. Tidak seperti dirinya
yang harus berada di kamar yang sudah seperti penjara baginya, dan
menghitung berapa ratus malam minggu yang ia lalui seperti ini.
Sendirian di dalam kamar.
Tidak, semua ini harus berakhir. Gerutu Dandy
seraya bangkit. Ia mulai gelisah memikirkan kehidupan sosialnya, sampai
kapan ia begini terus. Aliran darahnya mulai naik, sebuah api semangat
berkobar di dalam dadanya. “udah cukup lama gue gini terus, gue harus
berani bertindak.” Ujarnya kepada dirnya sendiri. “kalo gak gue akan
selamanya dicap kuno.” Dandy menatap pintu kamarnya, ia menanamkan
sebuah rencana bahwa malam minggu depan ia harus bisa melewati pintu itu
dan meninggalkan penjara ini. Harus. Lagi pula sudah cukuplah selama
ini ia ikut peraturan ayahnya yang sangat ia takuti, sekali-sekali
memberontak pasti tidak ada salahnya. Ia juga mendambakan sebuah
kesenangan seperti teman-temannya. Malam itu ia sudah tahu bahwa ia
harus pergi dari penjara ini untuk menikmati kebebasan sejenak.
Senin pagi setelah pelajaran pertama Dandy
mendatangi Adriano di kelasnya, kebetulan saat itu Adriano tengah
berkumpul dengan teman-temannya. Tidak ada guru yang mengajar. Adriano
dan teman-temannya menyadari kehadiran Dandy ketika ia masuk ke dalam
kelas. “wah, wah. Ada apa nih lo tiba-tiba dateng ke sini. Lo gak
belajar bersama?” gelak tawa Adriano pecah diiringi gelak
teman-temannya. Wajah Dandy merah, ia menunduk beberapa saat. “jangan
gitu dong.” Ujarnya lemas lalu duduk di sisi Adriano. “oke-oke, sori.
Gue cuma becanda kok. Ada apa nih lo ke sini, gak biasanya.” Adriano
sempat melihat ke pintu kelas ketika wanita paruh baya lewat, ia
menyangka itu adalah guru yang akan mengajar tapi ia salah. Wanita itu
hanya petugas kantin yang mengantarkan teh hangat ke ruang guru,
kekeliruannya membuatnya tertawa geli. “malam minggu depan lo pada
kemana?”, tanya Dandy tanpa basa basi. Adriano berpikir sebentar seraya
menatap temannya yang duduk di hadapannya, “kemana ya hmm. Biasanya sih
kita ke klub santro. Kenapa emang?”, Adriano menatap Dandy penuh
keheranan. Dengan wajah polos dan suara seperti perempuan yang tengah
lelah karena menstruasi Dandy menjawab, “gue ikut ya.”
Tak pelak lagi mereka semua tertawa
terpingkal-pingkal hampir menangis, yang membuat mereka tertawa adalah
seseorang Dandy yang terkenal dengan dunianya yang padat dengan les dan
kegiatan belajar malah datang memohon untuk diajak berpesta. Dandy
merasa terhina, ia tidak bisa menutupi amarahnya. Ia bangun dan pergi.
Namun Adriano yang merasa tidak enak segera menyusulnya, “jangan gitu
dong, sensi aja. Anak-anak cuma becanda, biarin aja lah.”. “biar gimana
juga lo teman gue kok, kita kan barengan pas kelas satu.” Tambah
Adriano. Tapi Dandy sudah keburu sakit hati, ia hanya diam. “lo boleh
ikut kok.” Adriano meninju pelan bahu Dandy. “tapi gue gak ada
kendaraan, gue gak boleh bawa mobil kalo keluar malem.” Sahut Dandy.
Adriano kembali ingin tertawa, tapi ia menahannya. “tenang, nanti gue
jemput. Gue bawa mobil kok. Oke bro.”, Adriano tersenyum lepas. “thanks
ya dri, lo masih mau nganggep gue temen”, akhirnya amarah Dandy mulai
luntur. “jangan berlebihan lah, lo tetep temen gue kok. Sampai ketemu
Sabtu nanti ya.”, Adriano menepuk pundak Dandy. “oke”, akhirnya Dandy
tersenyum lalu pergi meninggalkan kelas Adriano.
Adriano baru saja akan menekan klaskson
mobilnya saat tidak menemukan Dandy di teras rumahnya, tapi Dandy yang
mengintip dari jendela depan memberikan tanda kepadanya untuk tidak
melakukan hal itu. Beberapa detik kemudian Dandy keluar dari rumah
dengan mengendap-ngendap seperti maling, ia membuka pagar dan berlari
kecil ke mobil Adriano. “jadi lo pergi diem-diem nih?” tanya Adriano.
“sssttttt. Udah jalan cepet.” Potong Dandy, kedua matanya masih terpaut
ke rumahnya. Ia takut jika ada seseorang yang menyadari kepergiannya.
Ternyata keadaan cukup aman, tidak ada seorang pun tahu. Adriano memacu
mobilnya untuk meninggalkan rumah Dandy, setengah jam kemudian mereka
sudah sampai di depan sebuah gedung yang tidak terlalu besar tapi tampak
begitu meriah dengan lampu-lampu tali yang berwarna-warni menyala di
pintu depan. Di antara lampu-lampu tali itu, ada sebuah papan
bertuliskan “santro club” yang tidak kalah meriahnya. “nah kita udah
sampe, yuk turun. Anak-anak udah nunggu di dalam”, ajak Adriano. Mereka
pun turun dari mobil, dan masuk ke dalam klub. Dandy terkejut begitu
mengetahui suasana di dalam klub benar-benar ramai dan penuh dengan
musik yang berdentum keras. Musik itu sampai menembus jantungnya, setiap
kali musik berdentam, getarannya sampai ke jantungnya. Di dalam Dandy
bertemu teman-teman Adriano, dan beberapa wanita yang tidak ia kenal.
Adriano mengenalkan Dandy kepada teman-temannya, ia tidak mendengar nama
mereka karena musik di dalam sana terlalu keras. Tapi ia mengangguk
seakan mendengar nama mereka satu per satu. Beberapa menit setelah duduk
bersama mereka, salah satu dari mereka menawari Dandy segelas besar
bir. Dandy tentu tidak menolaknya, ia memang datang mencari sebuah
pesta. Ia menenggak habis bir itu, dan ia terlihat begitu senang. Teman
Adriano yang memberikannya bir kemudian memberinya sebuah pil kecil
berwarna kuning, Dandy kebingungan. “apaan nih?” tanyanya. “itu ekstasi,
biar lo kuat pesta semaleman. Kita juga minum itu kok.” Orang itu
menjelaskan. Sekali lagi tanpa pikir panjang, Dandy memasukan pil itu ke
dalam mulutnya dan mendorongnya dengan bir. Setengah jam kemudian pil
itu mulai bekerja, Dandy merasa sangat segar. Ia kuat mengangkat dua
ekor kerbau sekaligus. Ia juga mulai berubah, tidak ada lagi Dandy yang
pemalu. Ia kini pemberani dan pengoceh ulung, dua orang wanita yang ia
tidak kenal pun ia dekati dan sesekali ia cium lalu ia raba-raba
dadanya. Malam itu ia baru tahu asiknya berpesta, ia seharusnya
melakukan itu semenjak dulu. Satu jam kemudian Dandy menjadi begitu haus
dan lapar, ia terus menenggak bir yang ada di meja. Ketika seseorang
meletakan sepiring telur dadar tebal dengan irisan jamur di dalamnya, ia
tanpa banyak bicara menyantapnya. Seseorang yang melihatnya tertawa dan
berbisik-bisik ke telinga Adriano, tidak lama kemudian Adriano juga
tertawa.
Malam semakin larut, dan Dandy semakin lupa
daratan. Ia kini merasa dinding-dinding klub meleleh, dan musik yang ia
dengar semakin keras hingga membuat telinganya seperti diiris-iris.
Dunia pun seakan berputar-putar, membuatnya ingin muntah. Ia berlari
keluar klub, dan muntah di pinggir jalan. Jalanan sudah sangat sepi saat
itu, tapi anehnya ketika ia melihat ke jalan raya. Jalan raya mendadak
bergelombang seperti ombak di lautan yang tengah dilanda badai, Dandy
memutar tubuhnya untuk kembali ke dalam klub. Niatnya lenyap saat ia
melihat seorang wanita yang sangat cantik mengenakan rok mini dan
tangtop yang memperlihatkan dadanya yang besar dan padat berdiri di
depan gedung kosong di sebelah klub. Dandy menatap wanita itu, dan
wanita itu tersenyum kepadanya. Lidahnya berputar-putar di bibirnya yang
merah merona. seakan menggoda Dandy, saat itu juga libido Dandy naik.
Tanpa pikir panjang Dandy menghampiri wanita itu. Menciuminya, dan
melucuti pakaiannya. Wanita itu tidak melawan sama sekali, ia seperti
menikmati perlakuan Dandy. Dandy menyeretnya ke dalam gedung kosong yang
tidak berpintu. Di dalam sana Dandy membaringkan tubuh telanjang wanita
itu, dan mulai melepas pakaiannya sendiri. Dandy bercinta dengan wanita
itu hingga tiga kali, ia tidak pernah senafsu itu sebelumnya. Setelah
kali ketiga ia menggauli wanita itu Dandy pun tertidur dengan senyuman
puas.
Ia terbangun saat cahaya matahari menerpa
wajahnya, ia menutupi matanya yang silau dengan cahaya matahari. Setelah
matanya sudah terbiasa, ia pun membuka matanya. Ia tertidur di dalam
gedung kosong, dan orang-orang berkumpul di ambang pintu gedung,
menatapnya dengan tatapan ngeri. Dandy terperanjat, ia menemukan dirinya
tertidur di sana tanpa pakaian, dan sesosok mayat wanita yang sudah
mulai membusuk di dalam pelukannya. Dandy melempar mayat itu, ekspresi
wanita itu begitu datar, sepertinya ia mati karena sebuah penyakit.
Dandy ingat semalam ia berada di sana bersama wanita cantik, dan mereka
bercinta. Tapi kemana wanita itu? Lalu mengapa ia bangun dengan sesosok
mayat wanita yang hampir membusuk dengan keadaan tanpa pakaian juga,
sama seperti dirinya. Bau busuk yang menyengat membuat napas Dandy
tercekat, bau daging busuk meresap di lidah dan tenggorokannya. Seluruh
tubuhnya penuh noda kecoklatan yang berbau busuk, dan yang lebih parah
adalah penisnya berlumuran cairan lengket kecokelatan dengan bercak
merah di beberapa bagian. Beberapa lalat menghinggapi penisnya, bau
busuk dari penisnya sepuluh kali lipat lebih parah dari bau busuk di
tubuhnya. Ia kemudian melihat mayat perempuan itu lagi, kini ia berpusat
pada pangkal paha mayat itu. Ratusan lalat mengerubungi vagina mayat
wanita malang yang sempat ia anggap wanita cantik itu, lalat memang
tertarik dengan sesuatu yang busuk. Apa lagi jika basah dan berlendir,
seperti vagina mayat wanita itu.
Dandy awalnya tidak percaya bahwa ia semalam
bercinta dengan mayat itu, tapi saat melihat sepermanya disekitaran
perut bawah mayat wanita malang itu. ia tidak bisa lagi mengelak. Ia
semalam bercinta dengan mayat. Otaknya berusaha memutar kembali apa yang
terjadi semalam, dan ia mendapat apa yang ia cari. Telur dadar tebal
yang ia makan berisi jamur yang dapat menyebabkan halusinasi tinggi,
atau mereka biasa menyebutnya Magic Mushroom.
Dua bulan kemudian Dandy terbaring di tempat
tidur sebuah rumah sakit, tubuhnya lemah dan sudah sangat kurus. Satu
bulan belakangan ia sudah tidak pernah makan, dan kondisinya semakin
melemah. Puluhan bisul muncul di sekujur tubuhnya, bisul yang semakin
membesar dan saat pecah mengeluarkan nanah. Kulit di sekitar kelopak
matanya mulai mengeras hingga ia tidak dapat lagi melihat, dan yang
membuat keluarganya begitu terpukul adalah penis Dandy yang semakin
membesar akibat pertumbuhan larva lalat yang semakin pesat dan tidak
bisa lagi dikendalikan. Mereka terus menghasilkan ribuan telur di dalam
penis Dandy setiap harinya. Dandy harus mengalami kencing darah, dan
nanah selama sebulan penuh.
Ketika buang air kecil Dandy selalu melolong
kesakitan. Jalankeluar satu-satunya adalah mengamputasi penisnya, tapi
keluarga Dandy keberatan. Suatu malam Dandy terbangun karena merasa
tubuhnya terasa begitu panas, ia membangunkan ibunya. Tapi ibunya tidak
tahu harus berbuat apa, Dandy sempat kejang beberapa kali. Ia berkata
kapada ibunya, “bu, aku benci sekali pesta.” Lalu setelah itu napas
pelan-pelan memudar, dan berhenti. Catatan dokter mengatakan Dandy
meninggal karena infeksi gonorrhea, dan syphilis yang akut. Sebelum
dikuburkan, dokter memutuskan untuk melakukan pembedahan akan penisnya
yang terus membesar. Dokter mengeluarkan jutaan larva cacing dari
otot-otot penisnya, dan seorang dokter berkata “mayat yang anak ini
gauli memberikan larva lalat yang luar biasa. Kasihan sekali anak ini.”
Lalu mereka membungkus mayat Dandy dan mengirimnya ke ambulans.
0 komentar:
Posting Komentar