THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 01 Desember 2015

playlist kematian

nah 1 lagi persembahan horor serem creepy pasta yang pastinya ngundang rasa penasaran! eh klik gambar ya tuk menuju sumber link kopasnya. btw si aku dah mo selesaikan kumcer horor keduaku, moga cepet kelar de. tinggal beberapa sentuhan lagi tuh. hehe, moga aja pas kelar tu kumcer horor perdanaku di acc bukune. amin! doain ya :=(D

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=799781610103945&id=516111181804324&set=pb.516111181804324.-2207520000.1431777954

The Headphone Guy (original story by beruthiel)

************************************************

Aku sering bertemu dengan pria itu di stasiun bus setiap sore saat berangkat kerja di kelab malam di bagian lain kota. Orangnya masih muda, mungkin sekitar 25-26 tahun, dengan rambut pirang gelap, tulang pipi tinggi, mata hijau cerah di balik kacamata bingkai tebal. Ia sering mengenakan syal yang dililit gaya di lehernya, jaket panjang atau sweater modis, dan celana kain atau celana jins berpotongan lurus yang rapi plus sepatu model Oxford, ditambah tas selempang kulit; model penampilan ala penulis novel atau pengarang skenario muda yang sering kulihat membanjiri kedai-kedai kopi modern di kota ini.

Pendek kata, ia cukup menarik, kalau kau suka tipe seperti itu. Dan ia selalu memakai headphone, baik saat berjalan, menunggu bus, maupun duduk di dalam bus. Nampaknya, ia sangat suka musik; tidak peduli walaupun cuaca panas, atau bus sedang penuh sesak, atau ada hal-hal menyebalkan seperti orang mabuk, pengemudi sok yang memencet klakson secara berlebihan atau pemuda berandalan yang bersikap menyebalkan, ia tetap terlihat tenang dan santai.

Aku iri sekali dengan ketenangannya. Tak banyak lagi orang yang punya ketenangan seperti itu, apalagi di kota besar yang sibuk seperti ini.

Kadang, kalau kami duduk agak berdekatan, aku suka memerhatikannya dengan intens, dan dari dekat, ia semakin menarik saja. Kadang ia membaca buku, mungkin buku puisi atau novel. Saat disapa atau ditegur seseorang, bahkan yang sekedar memintanya bergeser karena ingin duduk, ia selalu tersenyum. Ah, senyumnya itu. Aku selalu ingin menegurnya, tapi tidak berani.

Suatu sore, saat menunggu di halte bus yang sepi, kulihat ia duduk sendirian sambil membawa beberapa barang yang cukup banyak selain tas selempang kulitnya yang biasa. Di tangannya, ada kantung kertas coklat penuh berisi buku yang nampaknya sudah cukup tua, dan ia perlu memegangi mereka dengan dua tangan. Aku tak tahu apakah ia akan membaca buku-buku itu atau mungkin merestorasinya, tapi kali ini, ia nampaknya cukup kepayahan mengurusi barang yang nampaknya berat itu sehingga tidak mengenakan headphone-nya. 

'Apakah aku harus menegurnya?' Pikirku. 'Ini bisa jadi bahan pembicaraan yang menarik, 'kan? Aku bisa tanya soal buku-bukunya. Apalagi, sekarang tak ada orang.' Tepat pada saat itu, bus berhenti, dan kulihat ia berdiri dengan bawaannya. Saat itu, 2 atau 3 buah buku di tumpukan teratas mendadak meluncur keluar dari kantung kertas yang dibawanya, dan terjatuh ke lantai dekat bangku halte.

'Kesempatan!' Pikirku, dan langsung maju untuk membantunya memungut buku-buku itu.

"Terima kasih," ujarnya, mendongak menatapku sambil tersenyum.

"Sama-sama," balasku, tak bisa memercayai keberuntunganku. Akhirnya, aku bicara padanya! Suaranya lembut dan ternyata dalam sekali, dan mata hijaunya nampak semakin luar biasa kalau dilihat dari dekat. Kurasa tanganku sedikit gemetar saat tangannya sedikit menyentuh jariku ketika ia mengambil bukunya.

"Kau tidak naik?" Tanyanya, masih tersenyum.

"Ah...oh...tidak, aku naik bus yang berikutnya."

Pemuda itu mengangguk lagi. "Kalau begitu, terima kasih, ya. Sampai ketemu."

Aku hanya bisa mengangguk, terpana, ketika busnya menjauh. Akhirnya, aku bicara dengannya! Ah, mungkin hari berikutnya aku akan menegurnya lagi, dan mungkin, aku akan punya cukup keberanian untuk mengajaknya minum kopi...

Lamunanku terputus ketika aku duduk lagi di bangku halte. Di bangku itu, kulihat sebuah ponsel berwarna hitam, model terbaru yang begitu tipis sampai rasanya bisa kupatahkan dengan tebasan telunjuk. Aku ingat pernah melihat pemuda itu mengeluarkannya dari saku saat hendak memilih-milih lagu atau membaca pesan. Mungkin tak sengaja terdesak keluar dari sakunya saat ia duduk. Aku juga sering mengalaminya saat memasukkan ponsel ke dalam saku celana yang tak begitu besar, dan beberapa kali hampir kehilangan ponsel karenanya.

'Lagu apa sih yang selalu ia dengar?' Tiba-tiba muncul niat isengku untuk memeriksa playlist musiknya. Aku ingin tahu lagu macam apa yang selalu didengarkan pemuda seperti itu. Koleksi musik klasik? Musik-musik asing dengan campuran komposisi modern dan etnik? Atau mungkin band-band hispter yang belum pernah kudengar? 

Benar saja, ketika kubuka playlistnya, yang kulihat adalah deretan judul-judul aneh seperti "1A_Dog," "2Cat," "3LittleSister," "4Maria," "5MechanicGuy," dan seterusnya. Jujur, aku tak pernah dengar semua lagu ini, jadi aku penasaran dan mendekatkan speaker ponsel ke telingaku, lantas menekan 'Play.'

Aku terheran-heran mendengar suara dengkingan anjing dari file "1A_Dog." Apa ini? Apakah efek suara sebelum lagu dimulai? Tapi, setelah semenit mendengar suara mendengking, file itu berhenti.

'"Itu saja?" Ujarku heran, namun file berikutnya mulai bermain, dan aku tersentak sedikit. "2Cat" dimulai dengan suara raungan kucing yang sepertinya marah, namun setelah beberapa lama, berubah menjadi meongan-meongan kecil menyedihkan sebelum berhenti.

Apa-apaan ini? Aku mendengarkan ketika file "3LittleSister" bermain. Mulanya, aku mendengar suara berderit, seperti pintu dibuka. Lalu, suara bayi yang nampaknya tertawa, dan mendadak, bayi itu menangis. Keras, tapi tak lama. Suaranya berubah menjadi suara tersedak, disusul tangisan-tangisan pendek, dan akhirnya berhenti.

Bulu kudukku berdiri. Apa-apaan ini? 

Ketika file "4Maria" mulai dimainkan, aku mendengar derit pintu lagi seperti tadi. Bulu kudukku meremang ketika aku mendengar suara tangisan seorang wanita, disusul suara memohon: "jangan...kumohon jangan...."

Aku menutup mulut ketika mendengar wanita itu menjerit; suara jeritan kesakitan yang sangat keras dan intens, saling susul menyusul seolah wanita itu sedang disiksa. Mendadak, terdengar suara seperti orang tersedak, disusul benda berat jatuh, lalu sunyi.

Aku begitu ketakutan sampai tak bisa bergerak; aku ingin menghentikan playlist ini, namun bagai terhipnotis, aku terus mendengarkan. 

"5MechanicGuy" dimulai juga dengan suara pintu berderit terbuka, disusul suara ratapan, kali ini suara pria. "Kumohon, lepaskan aku...aku tak akan lapor polisi...tolonglah, aku punya anak...." Suaranya kemudian terputus dan berubah menjadi jeritan, dan kudengar suara hantaman benda keras yang berlangsung beberapa kali, bercampur dengan samar-samar suara 'krak, krak' seperti tulang retak. Lalu hening.

Cepat-cepat kujauhkan tanganku dari ponsel itu, dan kutekan 'Stop.' Napasku tersengal-sengal, seolah aku baru saja lari puluhan kilometer. Kurasakan dahiku berkeringat, dan perutku mual. Apa-apaan pemuda ini? Kulihat daftar playlist selanjutnya: "6Mother," "7NeighborKid," "8YoungGirlBusStation," "9Zachary."

Hanya itu. Tak ada lagi playlist lain.

"Maaf."

Aku terlonjak ketika seseorang menegurku. Aku menoleh, dan kulihat pemuda itu. Berdiri sangat dekat denganku, dengan satu tangan memeluk kantung kertas berisi buku, dan tangan satunya diulurkan ke depan wajahku.

"Itu punyaku."

Ia menatapku dengan intens. Kali ini, ia tak tersenyum.

Bagai terhipnotis, aku mengulurkan ponsel padanya, dan sama seperti saat membantu memungut bukunya, tanganku juga gemetaran. Ia menerima ponselnya, memerhatikannya beberapa saat, lalu menatapku dan bertanya pelan sambil menyeringai, "kau suka musiknya?"

Tanpa berkata apa-apa lagi, aku berdiri dan berlari pulang, meninggalkannya di halte bus. 

http://animanga-oushiza.blogspot.co.id/2015/10/penyakit-kutukan-di-balik-angka.html

- Beruthiel

0 komentar: