inilah kisah cinta yang dikhianati! hehe, klik gambar menuju videonya langsung ya di yutub. hm menurutku si alurnya cepat amat, kayak langsung to the point getu ke inti masalahnya, ya supaya ga bete lihat prolognya hehe...
Hari ini, aku senang sekali
karena akan berkencan dengan seorang gadis bernama Rize. Ini kencan pertamaku
dan aku begitu bergairah menyambutnya. Tapi berita TV tentang ghoul yang
kembali berulah itu membuat hari suram saja di kafe itu. Ah sudahlah, apa
peduliku? Yang penting sekarang ini aku lagi tak sabar menanti cewek itu.
Sahabatku daritadi menggodaiku. Mana bisa aku kencan di toko buku?
Ya, aku memang seorang pemuda
biasa yang kutu buku. Tapi bukan berarti aku tak boleh punya cewek, kan?
Sahabatku malah blak-blakan, sungguh membuatku malu saja. Eh, itu dia ceweknya
datang! Tapi begitu melihatnya, Hide malah menyuruhku untuk melupakannya:
bagaikan beauty and the beast katanya. What?! Jadi menurut kalian apakah aku
ini jelek dan culun? T0T
Ya, aku sadar aku tak sepadan
dengan gadis itu. Aku memang biasa-biasa saja dan tak menarik. Hobiku hanya
membaca novel. Rasanya jadi tak percaya diri menemuinya. Aduh, bagaimana ini?
Temuin gak ya? Hide bukannya memberikan dorongan malah membuatku down.
Tapi setelah melihat cewek itu
menyukai buku yang sama denganku, aku jadi punya keberanian diri untuk
mendekatinya. Syukurlah, kita sama-sama menyukai hal yang sama—banyak malah
kesamaannya. Aku senang sekali! Akhirnya aku bisa jadi teman dekat cewek cantik
berkacamata itu.
Akhirnya kami menghabiskan banyak
waktu bersama. Aku senang sekali melihat kecantikannya itu. Membuatku jadi malu
saja, belum lagi dia seksi dan dadanya pun menggoda mataku untuk melirik ke
dalamnya. Kompletlah sebagai pacar idealku. Kuharap dia mau menerimaku sebagai
pacarnya. Semoga saja cowok culun sepertiku pantas mendapatkannya.
Akhirnya malam itu tiba dan dia
minta ditemani pulang. Dengan senang hati malah, belum lagi di daerahnya itu
kan banyak ghoul yang bergentayangan. Dia pasti takut! Aku tak mau dia sampai
kenapa-napa. Di jalan, kami banyak mengobrol dan bertukar pikiran soal buku :p.
Kuceritakan padanya bahwa aku sangat menyukai buku dan ayahku punya banyak
koleksi yang bisa kubaca. Tapi sayangnya, beliau sudah tak ada.
Akhirnya tibalah kami di gang sepi
tempatnya tinggal. Aku senang sekali bisa mengantarnya dan tak curiga sama
sekali. Dia memang memikat dan aku jadi mabuk kepayang berkatnya. Tapi apa yang
kudapatkan? Kupikir dia hendak mendekapku penuh cinta, makanya aku senang
banget saat dia merapatkan tubuhnya padaku. Tapi—
Ugh?! Kumelebarkan mata syok
begitu merasakan darah di bahuku mengalir. A-apa yang terjadi?!
Kulirik gadis pujaan hatiku itu
dan terperangah. Ma-matanya? Ghoul?!
Setelah menggigit bahuku, ia
melepaskanku sejenak. Gadis gila! Kuterduduk sambil memegangi bahuku yang
berlumuran darah. Sakit! Aku harus lari, ya aku harus segera pergi dari sini.
Ini tak mungkin terjadi!
Tertatih-tatih kemudian kuberdiri
sambil menahan sakit dan berlari. Aku tak mau dimakan oleh ghoul itu! Setengah mati
kuberlari penuh kepanikan, tapi kagune gadis itu berhasil menyambar kakiku dan
menyeretku ke arahnya. Arrrrrrrrrrrrrghhhh!
Ia menggantungku seolah aku ini
mainannya dan aku pun tersadar tak akan bisa lari darinya. Tak sampai di situ,
kesan manisnya kemudian berubah begitu ia melemparku ke container. Bruk!
Lebih baik aku mati saja kalau
begini! Ia menganiayaku habis-habisan dan ingin mengeluarkan isi perutku segala.
Kumuntah darah. Perdarahan hebat. Menderita habis! Kepalaku berdarah dan aku
sudah tak berdaya setelah mengalami pendarahan sana-sini. Apakah aku akan mati?
Ng? Kenapa aku jadi merasa hangat
dan tenang? Rasanya nyaman, seolah ada tubuh lain yang menyatu dalam tubuhku
ini. Samar-samar, di kesadaranku yang masih belum pulih ini aku sempat mendengar
dokter yang kepanikan dan mentransplantasikan suatu organ ke dalam perutku demi
menyelamatkan nyawaku.
Kumembuka mata lesu di rumah
sakit dalam keadaan kebingungan. Aku selamat? Tapi sepertinya ada yang berbeda
denganku. Tapi apa itu? Kukembali syok begitu mengingat kejadian tragis itu.
Ternyata Rize adalah ghoul. Aku tak percaya ini akan menimpaku. Aku hampir saja
menjadi korban mereka!
Hm, mungkin karena masih dalam
masa pemulihan, aku jadi malas makan. Aku sama sekali tak pernah menyentuh
makanan di rumah sakit. Rasanya lesu sekali dan tak ada gairah untuk
memakannya. Sampai-sampai dokter dan suster cemas. Mungkin ini efek donor organ
itu.
Aku tak lapar. Ini aneh! Aku
hanya bisa bersembunyi di balik selimutku karena masih trauma diserang ghoul.
Esoknya, aku sudah diizinkan
untuk pulang ke kosan. Eh? Ada kiriman makanan lezat dari Hide sahabatku itu.
Kuterima dengan lesu. Kenapa dia tak pernah menengokku di rumah sakit?
Bagaimana pun dia adalah sahabatku satu-satunya yang sangat menyayangiku.
Kuhempaskan tubuhku ke ranjang
kos yang sudah lama tak kudiami ini. Aku tinggal sendiri secara mandiri di
sini. Makasih, Hide. Kau sangat memperhatikanku. Tapi aku sedang tak nafsu
makan. Entah mengapa. Rasanya lesu sekali! Malas sekali rasanya untuk menelan
apa pun.
Huft! Untuk mengatasi rasa
jenuhku, kumenonton TV. Lagi-lagi berita tentang ghoul. Seorang pakar
menginfokan kalau ghoul itu tak bisa makan makanan manusia karena rasanya akan
sangat menjijikkan. Ia kemudian menunjukkan lidahnya. Kuterbelalak ngeri mendengarnya.
Jangan-jangan aku—
Panik, kuberlari mengacak-acak
kantong makanan kiriman Hide tadi. Burger! Bagaimana kalau kucoba dulu dengan
burger itu? Hide sangat tahu kalau aku sangat menyukai makanan itu. Kucoba
untuk menggigitnya, namun rasanya malas sekali untuk itu. Tapi harus! Aku harus
membuktikannya. Aku harus membuktikan kalau aku masihlah manusia normal!
Aku hanya ingin jawaban atas
keanehanku ini karena sudah beberapa hari ini aku tak makan!
Aku tak boleh ragu lagi! Bukankah
ini makanan favoritku? Kucoba untuk mendorongnya masuk, namun belum satu kali
kukunyah, huek! Kenapa rasa burger favoritku ini begitu menjijikkan? Memualkan!
Kumuntah-muntah. Namun segera
kucoba pada makanan lainnya. Mungkin aku sedang tak bergairah atau apa. Namun
hasilnya sama saja. Susu, roti dll semuanya kumuntahkan. Siapa yang tak
stress?!
Kenapa lidahku jadi begini aneh?
Kalap, kulahap semuanya dengan stress. Kupaksa masuk ke tubuhku, tapi rasanya
begitu memualkan. Aku jadi stress setengah mati di dapur itu. Rasanya jadi
ingin menangis!
Akhirnya kumemutuskan untuk makan
makanan instan. Kuolah dengan lesu. Semoga saja berhasil meski aku pesimis
untuk itu. Begitu kucoba, air mataku mengalir. Tidak, bukannya karena rasanya
lezat. Tapi sama seperti sebelumnya, rasanya begitu menjijikkan.
Hiks! Siapa yang tak syok.
Bayangkan saja jika kau menderita gejala penyakit mematikan, kau juga pasti
akan kepanikan dan depresi sepertiku.
Akhirnya kuputuskan untuk
jalan-jalan malam sejenak. Rasanya jadi lesu sekali. Semoga saja kecurigaanku
ini tak benar. Mungkin dengan minum kopi di kafe bisa memulihkan nafsu makanku
yang normal.
Dengan lesu, kumelangkah di
keramaian malam Tokyo yang indah. Malam yang ceria, tapi tidak denganku yang
habis sakit ini. Tapi begitu tiba di perempatan untuk menyebrang di banyak
orang, ng? ng? ng? kok rasanya aku ingin makan daging si anu, si itu, si ini…
Huaaaaaaaaaaaarrrgghhh! Tidak!
Aku tak boleh melihat orang-orang ini sebelum aku kehilangan akal. Aku sudah
dicap aneh oleh mereka. Terakhir yang kulihat adalah seorang anak kecil yang
kemudian mendongakiku. Kuabaikan dan tersadar seketika berkat mata murni bocah
polos itu.
Kuberlari pulang dengan paniknya.
Tak kurapikan lagi sepatuku seperti biasa. Kutatap cermin dan terbelalak syok
begitu melihat sebelah mataku yang seperti ghoul. Tapi kenapa jadi seperti
ini?!
Tak lama, muncul wajah seorang
gadis ghoul di belakang cermin itu. Rize!
Duak! Kuhantam cermin itu dengan
stresnya menggunakan tinjuku. Prang!
Sekarang aku sudah mengerti apa
yang sebenarnya terjadi padaku ini. Ya, organ itu. Organ yang didonorkan padaku
itu pasti organ Rize!
Kalap, kuambil sebuah pisau
kemudian siap-siap mengarahkannya ke perutku. Aku harus mengeluarkan organ itu
dari dalam tubuhku. Aku tak mau menerima barang organ dari ghoul itu! Aku tak
mau menjadi ghoul!
Air mataku berceceran tak
menentu. Tapi katanya… kata pakar itu, tubuh ghoul kebal terhadap senjata
tajam. Tapi ah, coba saja dulu!
Beranikah aku? Baru kali ini aku
berharap pisau ini bisa menembus tubuhku. Rasa sakit seperti apa pun akan
kuterima, asalkan aku masih manusia! Aku berharap ini akan sakit. Hiaaaaaaa!
Treng. Pisaunya patah! Bagaimana
ini? Aku meringkuk sedih dan stress luar biasa. Aku sudah hilang akal. Semua
bukti mengarahkan kalau aku adalah ghoul!
Kemudian ku keluar kos lagi. Aku
tak mau berakhir dalam penderitaan sengit ini. Pasti ada makanan di luar sana
yang bisa kumakan. Ya, harapan itu masih ada! Meskipun tipis…
Dengan hoodie yang selalu
kukenakan saat keluar rumah, kumelangkah pilu. Tak ada yang mengerti penderitaanku
ini, Hide saja tak tahu masalahku ini. Ndus-ndus! Tiba-tiba saja, kumencium
aroma makanan yang sangat lezat. Eh ini kan aroma harum burger buatan ibuku
tercinta! Ya, tak salah lagi!
Burger kegemaranku sejak kecil
sekarang ada di penciumanku ini. Dengan semangat, kuberlari ke sumber aroma
itu. Aku sudah ngiler ingin mencicipinya. Kuberlari bagai hewan buas ke gang
itu dan melihat—
Astaga! Krauk-krauk. Ja-jadi yang
kuendus barusan itu bau—
Ghoul itu kemudian menyapaku dan
mau berbagi makanan. Tidak! Aku manusia, bukan ghoul! Tapi rasa buas itu tak
bisa kukendalikan. Begitu sadar, segera kukontrol diriku agar mata ghoul itu
segera berubah menjadi mata manusia biasa ini.
Tiba-tiba saja, ada yang membunuh
ghoul itu—seorang pria berkacamata berselera santai. Katanya, daerah itu adalah
teritorinya sebagai ghoul. Celaka! Ebuset!
Ghoul berkacamata itu kemudian
mencekikku. Ebuset! Dosa apa aku hingga harus mengalami cobaan beruntun seperti
ini? Aku hanya ingin hidup sebagai cowok culun biasa, Ya Tuhan. Biar pun jelek,
yang penting masih orang dan… tak makan orang tentunya!
Lagi-lagi mau dibunuh sama ghoul
lain! Celakanya nasibku ini, kalau saja tak ada ghoul cantik dan imut lain yang
menolongku setelah bertarung dengan ghoul jahat itu. Tangan dan kaki ghoul jahat
itu tergores-gores. Dia pun pergi. Fiuh, aku selamat dari serangan ghoul karena
ditolong oleh ghoul juga.
Eh, bukannya dia itu gadis imut
pelayan di kafe itu ya? Rupanya dia juga seorang ghoul?! Wtf!
Dia menegurku karena pernah lihat
di kafe. Dan dia juga berkomentar kenapa mata ghoulku hanya sebelah.
Meneketehe?!
Aku tak mau berurusan dengan
ghoul! Dia yang hendak memakan mayat itu kemudian menyuruhku untuk makan juga.
Mau sih, mau! Eh, tapi apa yang kulakukan?! Tidak! Tidak! Aku ini orang!
Ghoul imut itu lalu memberiku
daging mayat. Ih, inginnya kuterima. Aku sudah sangat ngiler melihatnya. Tapi
dengan susah payah kemudian kukunci sebelah tanganku itu dengan penuh kesadaran
sebagai seorang manusia. Jangan jangan
jangan…
Tapi aku mau! Jangan! Konflik internal
pun tak dapat kuhindari. Kupeluk tangan sebelahku itu yang mau menggapainya.
Pokoknya, aku harus tetap menjaga kesadaranku sebagai manusia!
Kumenangis-nangis ketakutan. Tak
pernah kubayangkan sebelumnya jika harus makan mayat! Gadis itu menyuruhku untuk
makan agar tak mati. Tapi mungkin lebih baik aku mati ya, tapi rasanya mati
kelaparan itu tak enak. Malah semakin meningkatkan rasa buasku malah.
Tapi dengan tenangnya, ghoul
ngaco itu lalu mendorong daging mayat itu masuk ke mulutku. Enak, sih enak!
Tapi aku merindukan makanan manusia yang tak akan bisa kusentuh lagi untuk
selamanya… T0T
0 komentar:
Posting Komentar