THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Senin, 22 Februari 2016

TOKYO GHOUL - 1

inilah kisah cinta yang dikhianati! hehe, klik gambar menuju videonya langsung ya di yutub. hm menurutku si alurnya cepat amat, kayak langsung to the point getu ke inti masalahnya, ya supaya ga bete lihat prolognya hehe...





Hari ini, aku senang sekali karena akan berkencan dengan seorang gadis bernama Rize. Ini kencan pertamaku dan aku begitu bergairah menyambutnya. Tapi berita TV tentang ghoul yang kembali berulah itu membuat hari suram saja di kafe itu. Ah sudahlah, apa peduliku? Yang penting sekarang ini aku lagi tak sabar menanti cewek itu. Sahabatku daritadi menggodaiku. Mana bisa aku kencan di toko buku?
Ya, aku memang seorang pemuda biasa yang kutu buku. Tapi bukan berarti aku tak boleh punya cewek, kan? Sahabatku malah blak-blakan, sungguh membuatku malu saja. Eh, itu dia ceweknya datang! Tapi begitu melihatnya, Hide malah menyuruhku untuk melupakannya: bagaikan beauty and the beast katanya. What?! Jadi menurut kalian apakah aku ini jelek dan culun? T0T
Ya, aku sadar aku tak sepadan dengan gadis itu. Aku memang biasa-biasa saja dan tak menarik. Hobiku hanya membaca novel. Rasanya jadi tak percaya diri menemuinya. Aduh, bagaimana ini? Temuin gak ya? Hide bukannya memberikan dorongan malah membuatku down.
Tapi setelah melihat cewek itu menyukai buku yang sama denganku, aku jadi punya keberanian diri untuk mendekatinya. Syukurlah, kita sama-sama menyukai hal yang sama—banyak malah kesamaannya. Aku senang sekali! Akhirnya aku bisa jadi teman dekat cewek cantik berkacamata itu.
Akhirnya kami menghabiskan banyak waktu bersama. Aku senang sekali melihat kecantikannya itu. Membuatku jadi malu saja, belum lagi dia seksi dan dadanya pun menggoda mataku untuk melirik ke dalamnya. Kompletlah sebagai pacar idealku. Kuharap dia mau menerimaku sebagai pacarnya. Semoga saja cowok culun sepertiku pantas mendapatkannya.
Akhirnya malam itu tiba dan dia minta ditemani pulang. Dengan senang hati malah, belum lagi di daerahnya itu kan banyak ghoul yang bergentayangan. Dia pasti takut! Aku tak mau dia sampai kenapa-napa. Di jalan, kami banyak mengobrol dan bertukar pikiran soal buku :p. Kuceritakan padanya bahwa aku sangat menyukai buku dan ayahku punya banyak koleksi yang bisa kubaca. Tapi sayangnya, beliau sudah tak ada.
Akhirnya tibalah kami di gang sepi tempatnya tinggal. Aku senang sekali bisa mengantarnya dan tak curiga sama sekali. Dia memang memikat dan aku jadi mabuk kepayang berkatnya. Tapi apa yang kudapatkan? Kupikir dia hendak mendekapku penuh cinta, makanya aku senang banget saat dia merapatkan tubuhnya padaku. Tapi—
Ugh?! Kumelebarkan mata syok begitu merasakan darah di bahuku mengalir. A-apa yang terjadi?!
Kulirik gadis pujaan hatiku itu dan terperangah. Ma-matanya? Ghoul?!
Setelah menggigit bahuku, ia melepaskanku sejenak. Gadis gila! Kuterduduk sambil memegangi bahuku yang berlumuran darah. Sakit! Aku harus lari, ya aku harus segera pergi dari sini. Ini tak mungkin terjadi!
Tertatih-tatih kemudian kuberdiri sambil menahan sakit dan berlari. Aku tak mau dimakan oleh ghoul itu! Setengah mati kuberlari penuh kepanikan, tapi kagune gadis itu berhasil menyambar kakiku dan menyeretku ke arahnya. Arrrrrrrrrrrrrghhhh!
Ia menggantungku seolah aku ini mainannya dan aku pun tersadar tak akan bisa lari darinya. Tak sampai di situ, kesan manisnya kemudian berubah begitu ia melemparku ke container. Bruk!
Lebih baik aku mati saja kalau begini! Ia menganiayaku habis-habisan dan ingin mengeluarkan isi perutku segala. Kumuntah darah. Perdarahan hebat. Menderita habis! Kepalaku berdarah dan aku sudah tak berdaya setelah mengalami pendarahan sana-sini. Apakah aku akan mati?
Ng? Kenapa aku jadi merasa hangat dan tenang? Rasanya nyaman, seolah ada tubuh lain yang menyatu dalam tubuhku ini. Samar-samar, di kesadaranku yang masih belum pulih ini aku sempat mendengar dokter yang kepanikan dan mentransplantasikan suatu organ ke dalam perutku demi menyelamatkan nyawaku.
Kumembuka mata lesu di rumah sakit dalam keadaan kebingungan. Aku selamat? Tapi sepertinya ada yang berbeda denganku. Tapi apa itu? Kukembali syok begitu mengingat kejadian tragis itu. Ternyata Rize adalah ghoul. Aku tak percaya ini akan menimpaku. Aku hampir saja menjadi korban mereka!
Hm, mungkin karena masih dalam masa pemulihan, aku jadi malas makan. Aku sama sekali tak pernah menyentuh makanan di rumah sakit. Rasanya lesu sekali dan tak ada gairah untuk memakannya. Sampai-sampai dokter dan suster cemas. Mungkin ini efek donor organ itu.
Aku tak lapar. Ini aneh! Aku hanya bisa bersembunyi di balik selimutku karena masih trauma diserang ghoul.
Esoknya, aku sudah diizinkan untuk pulang ke kosan. Eh? Ada kiriman makanan lezat dari Hide sahabatku itu. Kuterima dengan lesu. Kenapa dia tak pernah menengokku di rumah sakit? Bagaimana pun dia adalah sahabatku satu-satunya yang sangat menyayangiku.
Kuhempaskan tubuhku ke ranjang kos yang sudah lama tak kudiami ini. Aku tinggal sendiri secara mandiri di sini. Makasih, Hide. Kau sangat memperhatikanku. Tapi aku sedang tak nafsu makan. Entah mengapa. Rasanya lesu sekali! Malas sekali rasanya untuk menelan apa pun.
Huft! Untuk mengatasi rasa jenuhku, kumenonton TV. Lagi-lagi berita tentang ghoul. Seorang pakar menginfokan kalau ghoul itu tak bisa makan makanan manusia karena rasanya akan sangat menjijikkan. Ia kemudian menunjukkan lidahnya. Kuterbelalak ngeri mendengarnya. Jangan-jangan aku—
Panik, kuberlari mengacak-acak kantong makanan kiriman Hide tadi. Burger! Bagaimana kalau kucoba dulu dengan burger itu? Hide sangat tahu kalau aku sangat menyukai makanan itu. Kucoba untuk menggigitnya, namun rasanya malas sekali untuk itu. Tapi harus! Aku harus membuktikannya. Aku harus membuktikan kalau aku masihlah manusia normal!
Aku hanya ingin jawaban atas keanehanku ini karena sudah beberapa hari ini aku tak makan!
Aku tak boleh ragu lagi! Bukankah ini makanan favoritku? Kucoba untuk mendorongnya masuk, namun belum satu kali kukunyah, huek! Kenapa rasa burger favoritku ini begitu menjijikkan? Memualkan!
Kumuntah-muntah. Namun segera kucoba pada makanan lainnya. Mungkin aku sedang tak bergairah atau apa. Namun hasilnya sama saja. Susu, roti dll semuanya kumuntahkan. Siapa yang tak stress?!
Kenapa lidahku jadi begini aneh? Kalap, kulahap semuanya dengan stress. Kupaksa masuk ke tubuhku, tapi rasanya begitu memualkan. Aku jadi stress setengah mati di dapur itu. Rasanya jadi ingin menangis!
Akhirnya kumemutuskan untuk makan makanan instan. Kuolah dengan lesu. Semoga saja berhasil meski aku pesimis untuk itu. Begitu kucoba, air mataku mengalir. Tidak, bukannya karena rasanya lezat. Tapi sama seperti sebelumnya, rasanya begitu menjijikkan.
Hiks! Siapa yang tak syok. Bayangkan saja jika kau menderita gejala penyakit mematikan, kau juga pasti akan kepanikan dan depresi sepertiku.
Akhirnya kuputuskan untuk jalan-jalan malam sejenak. Rasanya jadi lesu sekali. Semoga saja kecurigaanku ini tak benar. Mungkin dengan minum kopi di kafe bisa memulihkan nafsu makanku yang normal.
Dengan lesu, kumelangkah di keramaian malam Tokyo yang indah. Malam yang ceria, tapi tidak denganku yang habis sakit ini. Tapi begitu tiba di perempatan untuk menyebrang di banyak orang, ng? ng? ng? kok rasanya aku ingin makan daging si anu, si itu, si ini…
Huaaaaaaaaaaaarrrgghhh! Tidak! Aku tak boleh melihat orang-orang ini sebelum aku kehilangan akal. Aku sudah dicap aneh oleh mereka. Terakhir yang kulihat adalah seorang anak kecil yang kemudian mendongakiku. Kuabaikan dan tersadar seketika berkat mata murni bocah polos itu.
Kuberlari pulang dengan paniknya. Tak kurapikan lagi sepatuku seperti biasa. Kutatap cermin dan terbelalak syok begitu melihat sebelah mataku yang seperti ghoul. Tapi kenapa jadi seperti ini?!
Tak lama, muncul wajah seorang gadis ghoul di belakang cermin itu. Rize!
Duak! Kuhantam cermin itu dengan stresnya menggunakan tinjuku. Prang!
Sekarang aku sudah mengerti apa yang sebenarnya terjadi padaku ini. Ya, organ itu. Organ yang didonorkan padaku itu pasti organ Rize!
Kalap, kuambil sebuah pisau kemudian siap-siap mengarahkannya ke perutku. Aku harus mengeluarkan organ itu dari dalam tubuhku. Aku tak mau menerima barang organ dari ghoul itu! Aku tak mau menjadi ghoul!
Air mataku berceceran tak menentu. Tapi katanya… kata pakar itu, tubuh ghoul kebal terhadap senjata tajam. Tapi ah, coba saja dulu!
Beranikah aku? Baru kali ini aku berharap pisau ini bisa menembus tubuhku. Rasa sakit seperti apa pun akan kuterima, asalkan aku masih manusia! Aku berharap ini akan sakit. Hiaaaaaaa!
Treng. Pisaunya patah! Bagaimana ini? Aku meringkuk sedih dan stress luar biasa. Aku sudah hilang akal. Semua bukti mengarahkan kalau aku adalah ghoul!
Kemudian ku keluar kos lagi. Aku tak mau berakhir dalam penderitaan sengit ini. Pasti ada makanan di luar sana yang bisa kumakan. Ya, harapan itu masih ada! Meskipun tipis…
Dengan hoodie yang selalu kukenakan saat keluar rumah, kumelangkah pilu. Tak ada yang mengerti penderitaanku ini, Hide saja tak tahu masalahku ini. Ndus-ndus! Tiba-tiba saja, kumencium aroma makanan yang sangat lezat. Eh ini kan aroma harum burger buatan ibuku tercinta! Ya, tak salah lagi!
Burger kegemaranku sejak kecil sekarang ada di penciumanku ini. Dengan semangat, kuberlari ke sumber aroma itu. Aku sudah ngiler ingin mencicipinya. Kuberlari bagai hewan buas ke gang itu dan melihat—
Astaga! Krauk-krauk. Ja-jadi yang kuendus barusan itu bau—
Ghoul itu kemudian menyapaku dan mau berbagi makanan. Tidak! Aku manusia, bukan ghoul! Tapi rasa buas itu tak bisa kukendalikan. Begitu sadar, segera kukontrol diriku agar mata ghoul itu segera berubah menjadi mata manusia biasa ini.
Tiba-tiba saja, ada yang membunuh ghoul itu—seorang pria berkacamata berselera santai. Katanya, daerah itu adalah teritorinya sebagai ghoul. Celaka! Ebuset!
Ghoul berkacamata itu kemudian mencekikku. Ebuset! Dosa apa aku hingga harus mengalami cobaan beruntun seperti ini? Aku hanya ingin hidup sebagai cowok culun biasa, Ya Tuhan. Biar pun jelek, yang penting masih orang dan… tak makan orang tentunya!
Lagi-lagi mau dibunuh sama ghoul lain! Celakanya nasibku ini, kalau saja tak ada ghoul cantik dan imut lain yang menolongku setelah bertarung dengan ghoul jahat itu. Tangan dan kaki ghoul jahat itu tergores-gores. Dia pun pergi. Fiuh, aku selamat dari serangan ghoul karena ditolong oleh ghoul juga.
Eh, bukannya dia itu gadis imut pelayan di kafe itu ya? Rupanya dia juga seorang ghoul?! Wtf!
Dia menegurku karena pernah lihat di kafe. Dan dia juga berkomentar kenapa mata ghoulku hanya sebelah. Meneketehe?!
Aku tak mau berurusan dengan ghoul! Dia yang hendak memakan mayat itu kemudian menyuruhku untuk makan juga. Mau sih, mau! Eh, tapi apa yang kulakukan?! Tidak! Tidak! Aku ini orang!
Ghoul imut itu lalu memberiku daging mayat. Ih, inginnya kuterima. Aku sudah sangat ngiler melihatnya. Tapi dengan susah payah kemudian kukunci sebelah tanganku itu dengan penuh kesadaran sebagai seorang manusia.  Jangan jangan jangan…
Tapi aku mau! Jangan! Konflik internal pun tak dapat kuhindari. Kupeluk tangan sebelahku itu yang mau menggapainya. Pokoknya, aku harus tetap menjaga kesadaranku sebagai manusia!
Kumenangis-nangis ketakutan. Tak pernah kubayangkan sebelumnya jika harus makan mayat! Gadis itu menyuruhku untuk makan agar tak mati. Tapi mungkin lebih baik aku mati ya, tapi rasanya mati kelaparan itu tak enak. Malah semakin meningkatkan rasa buasku malah.
Tapi dengan tenangnya, ghoul ngaco itu lalu mendorong daging mayat itu masuk ke mulutku. Enak, sih enak! Tapi aku merindukan makanan manusia yang tak akan bisa kusentuh lagi untuk selamanya…  T0T



0 komentar: