salut banget ama yang episod kemaren tuh. kupikir di sini canakya yang paling genius, raja sih selain mikirin strategi perang hanya butuh otot aja kekuatan. tapi peranan canakya bagaikan mpr di atas presiden yang kasih saran2 brilian, kekuasaan tertinggilah. mulanya aku ga ngerti napa juga canakya suruh orang curi kue lalu taruh ke tas si peminta2 hingga dituduh ama penjualnya tuh mencuri padahal kue itu dikasih ama ashoka. pasti kaget lihat napa canakya tega? di situlah syoknya film ini. ternyata tentu aja ada maksudnya canakya, ga asal berbuat tapi ada peritmbangannya, mulanya aku si juga ga ngerti apa maksudnya. tapi setelah dipikir2 tuh oh rupanya maksudnya tersirat, agar ashoka jangan langsung percaya pada apa yang langsung dilihat tapi telusuri ke belakangnya bagaimana dilihatnya. dy ngotot si peminta2 ga mencuri seperti itulah ngototnya canakya yang merasa tabib bukan pelakunya. tapi caranya itulah yang bikin syok dan genius. canakya seolah menuntun agar ashoka berpikir aja....
Sinopsis Ashoka Samrat episode 14. Ashok tidak
bisa terima dengan apa yang di katakan Guru (perdana menteri), tanpa gentar dia
berkata, "saya sudah menangkap pelaku sebenarnya tapi kalian tidak mau mengambil
tidakan melawannya, ini ketidak adilan. Ketika masalah keadilan, walaupun yang
satu adalah raja, ahli waris ataupun pangeran, jika anda dan Samrat tidak bisa
menegakan keadilan, maka aku- Ashok yang akan melakukan keadilan!" Guru dengan
geram mengangkat, "hentikan! Apakah kau ingin mengajariku bagaimana menegakkan
keadilan? Aku tahu kewajibanku pada rakyat, jadi jangan mengurui aku!" Guru
dengan bertepuk tangan menyuruh membaw masuk orang-orang yang di tangkapnya.
Lalu dengan isyarat tangan, dia menyuruh Ashok memeriksa orang-orang itu. Sambil
melirik tak suka, Ashok menuruti apa yang di suruh Guru. Satu persatu dia
memeriksa tato di tubuh orang-orang itu dengan seksama.
Sushim dengan panik memberitahu Charumitra kalau Ashok telah
melihat tato di tubuhnya, "kalau sampai dia mengatakan hal ini pada ayah, aku
akan di tangkap." Charu yang ikutan panik bertanya mengapa Sushim menemui Ashok,
padahal dia sudah melarangnya? Dengan rasa bersalah Su shim menjawab, "Semua ini
karena dirimu ma. AKu punya tato ini karenamu..." Tanpa bicara Charu membalikan
bandan dan menghampiri kotak yang ada di atas meja. Sushim memanggilnya,
"Maafkan aku, seharusnya aku tidak meninggalkan upacara puja. Tapi ketika ayah
berkata kalau iblis masih hidup, aku jadi takut, makanya aku pergi menemui
Ashok..." Charu berbalik menatap Sushim dengan sebilah belati di tangan. Melihat
itu, Sushim jadi tegang. Charu mendekatinya, Sushim dengan ketakutan mundur,
"ma.. apa ini?" Charau berkata kalau dirinya akan coba menyelamatkan Sushim agar
tidak tertangkap.
Ashok memberitahu Guru kalau tak seorangpun
dari orang-orang itu yang mempunyai tato iblis. Guru dengan sangsi bertanya,
"apakah kau mengatakan yang sebenarnya?" Ashok menjawab kalau hanya pengecut
yang berbohong, dan dirinya bukan pengecut. Guru melambaikan tanganya menyuruh
orang-orang itu pergi. Guru kemudian meminta Ashok mengambarkan tato yang dia
lihat. Ashok menurut. Dia mengambil pena dan kertas, lalu mengambarkan tato yang
dia lihat di tubuh iblis. Lalu menyerahkannya pada Guru. Guru mengamati gambar
itu lalu terlihat berpikir keras...
Di tempat terpisah, Sushim berteriak kesakitan ketika
Charumitra dengan pisau membara menggores tato ditubuh Susshim, lalu membubuhkan
sejenis obat sambil berkata, "ayahmu tidak pernah menghabiskan waktu denganmu,
dia tidak akan tahu tentang tato itu. Dan obat ini...dalam 12 jam akan menghapus
tato itu sepenuhnya."
Malihat reaksi Guru saat melihat tato itu, Ashok berkata,
"kalau anda mempunyai masalah, maka biar aku saja yang memberitahu Samrat kalau
Sushim adalah iblis itu." Guru menoleh kearah Ashok dengan tatapan tiak suka,
"kau pikir samrat akan mendengar kata-kata orang awam sepertimu? kau bahkan tahu
siapa yang kau bicarakan. Pangeran Sushim putra Samrat. Samrat tidak akan
mendengarmu." Ashok mengeluh, "ini masalahnya. Dia harus mendengarkan
kebenaran." Guru bertanya apakah Ashok dapat memenuhi janji? Ashok berkata kalau
dirinya selalu memegang teguh janji yang di buatnya. Guru berkata karena Ashok
mengatakannya penuh keyakinan, maka dirinya akan menyelidiki masalah ini, "tapi
ini akan makan waktu lama. Dan berjanjilah, bahwa sampai waktu itu tiba, jangan
memberitahu siapapun kalau Sushim adalah iblis itu." Ashok dengan heran
bertanya, "mengapa begitu?" Guru menjawab, "sebelum menuduh pangeran Sushim, aku
harus mencari bukti-buktinya terlebih dahulu. Jika sampai ada orang yang tahu,
maka mereka akan menghapus bukti itu. Tugas kita adalah menangkap iblis yang
sebenarnya, untuk itu kita harus menyelidikinya secaraa diam-diam." Ashok
terlihat berpikir...
Charu meminta Sushim agar tidak keluar dari kamar hingga besok,
karena dirinya akan menghapus semua bukti-bukti yang menentang Sushim. Sushim
mengangguk.
Bindusara memebritahu Achari Chanakya kalau dirinya merasa
lebih baik setelah melakukan puja. Chanakya memberitahu Bindu kalau setelah
selesai melakukan upacara suci itu, mereka akan selalu merasa terisi. Setelah
berkata begitu, Chanakya terlihat termenung sejenak, melihat itu Bindu bertanya,
"apa yang membuat anda khawtir achari?" Chanakya dengan rasa ingin tahu bertanya
kenapa rajkumar Sushim meninggalkan upcara pemujaan? Bindu terlihat bingung, tak
tahu harus menjawab apa. Helena dan Justsin datang. Bindu mempersilahkan mereka
duduk. Keduanya tersenyum dan mengangguk, tapi tidak duduk. Pada Chanakya,
Helena dan Justin memberi hormat. Chanakya membalas penghormatan mereka dengan
anggukan kepala. Justi memuji Bindu dengana mengatakan kalau upacara puja hari
ini berjalan lancar. Bindu tersenyum. Helena berkata kalau dia datang untuk
menyuruh Bindu istirahat. Bindu mengucapkan terima kasih atas perhatian Helena.
Justin menyela dengan berkata, "..sesuai ritual, anda harus memilih salah satu
ratu untuk menghabiskan malam bersama anda. Dan saat ini, semua ratu sedang
menunggu.." helena mendukung kata-kata Justin. Bindu diam berpikir.
Noor sedang di mandikan pelayan. Dia meminta salah satu pelayan
pergi memanggil Dharma. Dharma datang. Noor dengan arogan berkata, "aku dengar
kau memiliki sihir di tanganmu. Buatlah beberapa krim herbal yang bisa menambah
kecantikanku sehingga Samrat tidak akan melihat orang lain selain aku." Dharma
terpaku mendengar perintah Noor. Melihat itu, Noor menegurnya, "ada apa?
Cepatlah buat!" Dengan terpaksa Dharma memenuhi perintah Noor. Saat Dharma
sedang meracik ramuan, pelayan norr berkata, "ratu noor, anda sudah sangat
begitu cantik, anda tidak butuh ramuan apapun." Noor menyahut, "..malam ini
sangat penting, aku tidak bisa melewatkan kesempatan ini."
Helena memberi saran agar malam ini Bindu menghabiskan malam
bersama Subrishri, karena dia sangat cantik, sederhana dan tidak terlibat
politik, "dia sangat berhak mendapatkan waktu anda."
Di kamarnya Subrishri meminta pelayan menidurkan pengeran
Drupat, sehingga Bindu bisa datang menemuinya. Pelayan mengangguk, "jangan
khawatir, Ratu. Silahkan tunggu Samrat."
Bindu berkata kalau dirinya setuju dengan Helena kalau Subrishi
adalah wanita sederhana. Masalahnya adalah dia tidak banyak bicara. Chanakya
menyela setelah terlbih dahulu minta maaf, "maaf, saya tidak bermaksud
mencampuri masalah pribadi anda. Saya hanya ingin mengatakan bahwa anda telah di
serang berkali-kali sehingga orang-orang bertanya-tanya siapa yang akan jadi
Samrat berikutnya. Malam ini, kamar siapa yang anda datangi, maka ratu itu akan
di anggap favorit dan anaknya akan menjadi Samrat berikutnya. Oleh karena itu,
kumohon, ambillah keputusan dengan bijak."
Charumitra sedang mengasapi kamarnya dengan asap dupa yang
harum ketika Guru (perdana menteri) datang ingin menemuinya. Tapi penjaga
memberitahu Guru kalau Charu melarang siapapun masuk kekamarnya kecuali
Bindusara. Guru kemudian menanyakan keberadaan pangeran Sushim pada penjaga.
Saat itu Sushim sedang di istal, Bal Ghoavin menyiapkan segala
sesuatunya. Merasa tidak puas dengan kerja, Bal, sambil membentak, Sushim
menendang Bal Ghavin sampai bal terpelanting jatuh. Sushim menyuruh Bal Ghovin
memasukan senjata kedalam buntelannya dan menaruhnya diatas punggung kuda.
Dengan gugup dan takut, bal menjalankan perintah Sushim. Ketika dia hendak
mengangkat buntelan, segepok kunci jatuh dari dalam buntelan itu. Bal menjadi
panik. Sushim memunggut kunci itu, sambil melotot dia menepuk pundak Bal Ghovin.
Tapi bukan hanya itu saja, dengan kekuatan penuh Sushim mendorong tubuh Bal
hingga jatuh, lalu dia menaiki punggung kudanya tanpa rasa bersalah. Bal Ghovin
gemetar ketakutan di sudut istal. Sushim sedang mengambil cambuk dari tangan
pelayan ketika ekor matanya menangkap kehadiran Ashoka. Dengan penuh kebencian,
Sushim menatap Ashoka. Yang di tatap balas memandang dengan tatapan serupa.
Ashok berjalan mendekat. tiba-tiba Sushim mengayunkan cambuknya kearah Ashok.
dengan gesit Ashok menghindar. Cambuk Sushim berlalu hanya beberapa inci dari
kepalanya. Melihat usahanya gagal, Sushim dengan cepat berlalu dari tempat itu
di ikuti tatapan penuh kebencian dari Ashoka.
Setelah Sushim pergi, ashok mendekati Bal Ghovin yang gemetar
dan duduk disampingnya. Dia bertanya pada bal, "iblis itu mau melarikan diri
kemana?" Mendengar suara Ashok, Bal tersentak ketakutan, "apa? iblis?" Melihat
itu Ashok segera menenangkan, "maksudku pangeran Sushim seperti iblis.." Bal
Ghovin melarang Ashok memanggil seorang pangeran seperti itu, "dia pergi beruru.
Dia membawa semua senjata..." Ashok membaringkan tubuhnya diatas tumpukan jerami
sambil memikirkan Sushim yang merupakan iblis mempunyai begitu banyak senjata.
Bala bertanya kenapa Ashok tidak pergi dari istana? Ashok memberitahu bal kalau
tabib bukanlah iblis, "aku memberitahu samrat sampai aku berhasil menangkap
iblis itu, aku tidak akan mengambil hadiah yang dia berikan." Bal menyesalkan
tindakan Ashok, menurutnya Ashok seharusnya pei begitu mendapat kesempatan.
Ashok menyahut kalau dirinya tidak bisa berbohong, "aku tidak takut pada iblis
itu, aku punya keberanian untuk menangkap iblis yang sebenarnya. Kalau kau
berada di tempatku, kau pasti melakukan hal yang sama." Bal menggeleng, "kalau
aku tahu iblis masih hidup, maka aku akan lari dari tempat ini." Ashok menepuk
bahu Bal, "jangan khawatir, aku ada bersamamu." Setelah berkata begitu Ashok
peri. Bal Ghovin berpikir, "kau benar Ashok. Selama kau ada disini, aku punya
kesempatan untuk bebas dan pergi jauh di mana tidak akan ada iblis."
Ratu Noor sedang bersiap-siap di bantu pelayan. Semua aksesoris
yang dia miliki di pakainya semua. Sambil berkaca, Noor tersenyum puas dengan
penampilannya.
Di kamarnya, Bindu sedang meminum obatnya sambil memejamkan
mata menahan pahit. Setelah habis, dia menyerahkan gelas kosong itu pada Dharma.
Dharma menerima gelas itu dan hendak beranjak peri ketika tiba-tiba Bindu
berkata kalau dirinya ingin beristirahat di kamar saja. Dharma tersenyum senang,
"tapi Samrat, anda harus mengikuti ritual." Bindu menggeleng, "ketika hati
mengatakan tidak, maka ritual akan menjadi sesuatu yang di paksakan." Dharma
mengingatkan, "anda mempunyai beberapa tugas sebagai suami, dan anda harus
menjalani tugas itu, memenuhi janji anda." Bindu teringat Dharma yang pernah
mengatakan hal yang sama. Dengan sedih dia berkata, "beberapa tahun yang lalu,
seseorang mengatakan ini padaku dan mengingatkan aku untuk memenuhi tugasku.
Tapi aku pergi meninggalkan dia, orang yang paling dekat di hatiku." Dharma
tertegun. Dan masih mematung hingga Bindusara berlalu pergi dari hadapannya.
Chanakya sedang bersemedi di kamarnya dengan mata terpejam
ketika Ashoka masuk kekamarnya. Ashok berdiri di belakang Chanakya dengan hati
gundah. Dia teringat kata-kata Bal Ghovin dan Guru (perdana meteri). Ashok
menghela nafas berat. dia ingin mengatakan sesuatu, tapi melihat Chanakya yang
sedang khusyuk, Ashok membatalkan niatnya. Dia hendak membalikan badan ketika
Chanakya menyapanya, "... Samrat Vanraj, kau merasa segan untuk mengatakan
sesuatu?" Mendengar sapaan Chanakya, Ashok tersenyum tipis, "bukan begitu."
Chankay berkata kalau ksatria tidak enggan untuk mengatakan kebenaran. Ashok
teirngat janjinya pada Guru untuk tidak memberitahu siapa-siapa kalau Sushim
adalah iblis. Ashok mengalihkan perhatian Chanakya dengan bertanya, "apa yang
akan di lakukan pada pelakunya kalau tertangkap?" Chanakya menjawab, "mereka di
hukum. Samrat yang akan memberi mereka hukuman." Ashok bertanya lagi, "jika aku
memberitahu Samrat Bindusara bahwa seseorang yang dekat denganya adalah iblis,
akankah ia memihak dia?" Chanakya tidak menjawab pertanyaan Ashok, tapi balik
bertanya, "..ku anggap kau rakyat, orang biasa, apakah kau berpikir bahwa ketika
kau memberitahu samrat Bindusara kalau orang terdekatnya adalah iblis yang
sebenarnya lalau dia akan memihaknya?" Ashok terlihat berpikir sebentar lalu
menggeleng, "tidak." Chanakya tersenyum, "ini aneh. Kau yang selalu memperolok
samrat, yang selalu bilang kalau dia tidak perduli pada rakyat, sekarang
mengatakan kalau dia akan berlaku adil?" Dengan enteng Ashok menyahut kalau
perspektifnya terhadap samrat berubah setelah mengenalnya dari dekat, "aku telah
melihat sisi baik samrat, caranya membawaku ketika aku terluka, dia juga memberi
kami makanan kerajaan." Chanakya tersenyum, "kalau kau tahu kebenarannya kenapa
masih bertanya padaku?" Ashok menjawab, "aku ingin menedngar pendapat anda."
Chanakya mengatakan kalau keadilan tidak ada hubungannya dengan kesejahteraan,
"kalau kau ingin keadilan maka kau harus memiliki hati yang kuat. Kapanpun aku
menemukan situasi dimana Samrat Bindusara akan memihak,.. ya dia melakukan
keberpihakan itu. Kau masih anak-anak, kau akan memahami semua itu seiring
berjalannya waktu." Dengan cepat Ashok menjawab, "aku tidak perlu waktu untuk
memahami keadilan. Jika samrat tidak melakukan keadilan maka aku akan
melakukannya sendiri."
Chanakya berdiri termenung di kamarnya ketika Radhagupta
datang. Tanpa basa-basi Radha bertanya kenapa Chanakya membuat Ashok meragukan
Bindusara? Chanakya menjawab, "kita melihat anak itu sebagai samrat berikutnya.
Dia telah memiliki rasa percaya pada Samrat Bindusara. Aku memanipulasi
perasaannya sehingga muncul keraguan di hatinya. Dengan begitu dia akan mencoba
untuk memahami samrat bindusara lebih dekat. Dia akan menguji samrat Bindusara
dan ujian itu akan membuat Ashok semakin dekat dengan samrat Bindusara."
Mendengar itu, Radhagupta mengungkapkan keheranannya, "jika samrat Bindusara
begitu mencintai Dharma, kenapa anda tidak memberitahu dirinya kalau Dharma dan
Ashok ada di sini? Aku tahu anda tidak takut pada Khurasan ataupun ratuh
Helena." Chanakya memberitahu Radhagupta kalau dirinya memang memiliki rasa
takut. Radhagup semakin heran, karena selama ini dia selalu melihat Chanakya
tidak punya rasa takut. Chanakya menjelaskan ketakutannya, "di sini kita
memiliki banyak musuh, semua egois. Mereka semua menginginkan tahta. Dalam
situasi seperti ini kita bahkan tidak bisa melindugi Samrat bindusara apalagi
melindungi Dharma dan Ashok. Kalau keluarga kerajaan tahu ada satu orang lagi
yang mempunyai hak atas tahta, mereka akan jadi gila dan akan coba menghabisi
Ashok." Radhagupt bertanya, "lalu sampai kapan kita akan menyembunyikan semua
ini?" Chankaya menjawab, "sampai Ashok mendapatkan kekuasaan."
Bindusara sedang duduk di sisi tempat tidur dengan tangan di
dagu. Dia teringat kata-kata Chanakya kalau siapapun ratu yang akan dirinya
datangi malam ini, itu akan memberi pesan kalau dirinya sangat mencintai ratu
itu dan akan menjadikan anaknya sebagai samrat berikutnya. Chanakya meminta
dirinya untuk berpikir sebagai samrat bukan seorang suami.
Para Ratu bersiap menunggu kedatangan Bindusara di kamranya
masing-masing. Bindusara berjalan keluar dari kamarnya menyusuri lorong-lorong
menuju kamar para ratu. Satu persatu para dayang memberitahu ratu mereka kalau
samrat sedang menuju ketempatnya, mereka semua terlihat bahagia, tapi begitu
samrat tidak berbelok hanya lurus saja, mereka mulai kecewa dan marah-marah.
Terutama ratu Charumitra. Begitu Samrat tidak datang kekemarnya, dan tidak ada
di kamarnya, dia langsung berpikir kalau Samrat pergi ke tempat ratu Noor.
Charumitra berpikir kalau Bindusara lebih mencintai siamak daripada Sushim.
Berpikir seperti itu, Charumitra langsung melakukan ritual ilmu hitam untuk Noor
karena telah mencuri Bindusara darinya malam ini.
Padahal bindusara tidak mendatangi siapa-siapa malam ini. Dia
hanya berjalan keliling lorong istana lalau balik lagi ke kamarnya. Saat akan
memasuki kamar, dia berpapasan dengan Dhrama. Melihat Dharma, Bindusara langsung
menghentikan langkahnya. Bindusara tertegun memandang Dharma. Di tatap Bindu
begitu rupa, Dharma segera merapatkan kain untuk menutupi wajahnya.
Dharma berdiri kaku di depan Bindusara yang juga berdiri tak
jauh darinya. Pada Dharma, Bindusara berkata kalau semua ratu sedang menunggu
dirinya, "tetapi aku samrat, aku harus mengambil keputusan bijak demi rakyatku.
Aku tidak tahu siapa yang akan jadi samrat berikutnya, dan aku tidak ingin
memilih dia dengan tergesa-gesa." Dharma menginggatkan Bidusara bahwa sesuai
dengan ritual, dia harus menghabiskan malam bersama ratu favoritnya. Bindu
menyahut, "sesuai dengan ritual aku harus menghabiskan malam bersama orang yang
aku suka. Aku sudah mengambil keputusan di mana aku akan menghabiskan malamku.
Ayo ikut aku.." Bindu mengajak Dharma pergi ke suatu tempat. Tiba di sana,
Bindumemberitahu Dharma kalau dirinya tidak memberitahu siapapun tentang tempat
itu, 'tapi aku telah membawamu kesini, karena kamu terlihat seperti ratuku
ini.." Bindusara menunjukan sesuatu, Dharma terkejut melihatnya...
Sinopsis Ashoka Samrat episode 15.