hm dah episod banyak2 ne. dah ada pula epik kolosal india terbaru si mahaputra bagus juga si lumayan tapi masih lebih baguslah ashoka! mahaputra juga seru si n pemerannya abg labil kesukaanku hehe. kalo jodha akbar dah ga begitu liat lagi karna labony nya dah ga main lagi hiks padahal seru banget kalo ada labony nya itu loh, yang lain di rumah juga berpendapat sama. masih lebih cakep juga ashoka daripada mahaputra itu meski keduanya si sama2 cerdiknya. aku suka kolosal yang cerdik2 seperti ini. jadi aku juga cari ide kayak getu cerdiknya karna aku gak cerdik jadi mau riset dulu. novel kolosalku lagi buntu2nya jadi sebagai gantinya aku kerjain 4 draft buku horor sekaligus ne sebagai penggantinya. n aku tuh orangnya moody banget hiks, kalo dulu aku pernah rajin banget jadi pj even misalnya sekarang malah jadi malas banget n lebi luangkan waktu tuk impian diri ndiri. ya aku memang gak cucok urus2 orang, lebih cendrung urus draft naskah ndiri aja dulu hiks. ne keburukanku kalo dah moody kalo dah megang eh malah buntu karna begini sifat burukku nongol di tengah jalan. gemana ini?
Sinopsis Ashoka Samrat episode 20 by Jonathan Bay. Pada
Nikator, Rakhasa mengatakan kalau penyerang yang di kirimnya adalah
orang yang setia, dia bahkan bisa mengorbankan nyawa untuk dirinya. Tapi
Nikator sangsi karena penyerang itu tidak mencapai di mana dia
seharusnya, "aku merasa telah melakukan kesalahan dengan mempercayai
anda." Rakhasa punya dugaan kalau Chanakya ada hubungannya dengan
ketidakhadiran si penyerang, "kalau tidak berada dalam penjara Chanakya,
dia pasti sudah datang padaku."
Helena mengeluh
pada Justin kalau Chanakya selalu mengagalkan rencana mereka, "kita
harus membunuh chanakya." Justin tidak setuju, "apa yang akan kita
dapatkan dengan membunuhnya? Dia sudah membagi rencananya dengan Ashok.
Ashok akan menjalankan misi itu kedepannya jika
terjadi apa-apa pada Chanakya." Helena berkata kalau begitu mereka
harus membunuh Ashok juga. Justin meminta Helena agar tidak mengambil
keputusan secara tergesa-gesa. Helena kesal, "apa yang harus kita
lakukan?" Justin terdiam sebentar, dengan kalem dia berkata, "mungkin
itu pertanda kalau kita tidak bisa menaklukan tahta ini." Helena
terbelalak menatap Justin, "aku tidak menyangka anakku seorang
pengecut!" Justin langsung emosi di katakan pengecut, "lalu apa yang kau
lakukan ma? Anda tidak sabaran karena ketidaksabaranmu kita selalu
gagal. Anda harus sadar kalau kita tidak bisa merebut tahta, karena kita
tidak punya kemampuan itu. Kalau anda menginginkan kebaikan saya, jika
anda ingin menjadikan saya Samrat Magadha maka anda perlu menghormati
saya dan pemikiran saya. Anda harus membiarkan saya tumbuh dan mengambil
keputusan sendiri. Anda harus berhenti menyuapi saya." Helena tertegun
mendengar curahan isi hati Justin. Helena ingin menenangkan Justin
dengan menyentuh pundaknya. Tapi Justin menepis tangan Helena dan pergi
meninggalkannya. Helena terlihat sedih.
Di klinik
Dharma sedang melayani pasien. Sebelum pergi, pasien itu memuji kalau
Dharma memiliki sihir di tangannya. Dharma tersenyum. Bindusara datang
ke klinik. Dharma cepat-cepat menarik kerudung untuk menutupi wajahnya.
Bindu melihat-lihat kondisi sekitar di mana banyak pasien yang masih
terbaring sakit. Bindu bertanya pada Dharma, "apakah engkau membutuhkan
bantuan dari istana?" Dharma menjawab, "tidak lagi. Kami sudah mendapat
bantuan dari sana karena itulah kami bisa membantu para pasien." Seorang
gadis yang pernah di bantu Ashok menghampiri Dharma dan menanyakan Ashok. Dharma menjawab kalau Ashok tidak ada di klinik.
Gadis itu memberitahu Dharma kalau Ashok berjanji akan memberinya
Laddo. Dharma kemudian mengambil Laddo dan memberikannya pada gadis itu.
Gadis itu tersenyum, mengucapkan terima kasih dan berkata kalau Ashok
sangat baik. Dharma tersenyum. Bindu berkata kalau semua orang sangat
mencintai Ashok, "saya bertemu Ashok hari ini, dia sangat hebat. Dia memiliki bakat untuk menjadi pejuang besar. Jika dia belajar
di sekolah kerajaan dia bisa menjadi pemimpin pasukan istana." Dharma
tertegun, "pemimpin pasukan? Anakku? Tidak. Anakku tidak boleh melakukan
kekerasan."
Dikamarnya, Noor sedang berbicara
manis dengan Siamak ketika Justin datang. Mendengar kedatangan Justin,
Noor segera meminta Siamak pergi ke kamarnya sendiri dan juga menyuruh
semua pelayan pergi. Ketika hendak keluar, Siamak berpapasan dengan
Justin, siamak menyapanya dengan berkata kalau suatu hari dirinya akan
mengalahkan Justin. Justin tersenyum, "benarkah?" lalu di mengelus
kepala Siamak sebelum anak itu berlalu dari hadapannya.
Justin
menghampiri Noor. Noor menyambutnya dengan dingin. Justin kemudian
duduk di sampingnya dan berkata kalau dirinya ingin menghabiskan waktu
dengan Noor sehingga hatinya merasa sedikit damai. Noor mengingatkan
Justin, "bagaimana kalau ada orang datang dan bertanya apa yang kau
lakukan di sini?" Justin menyentuh lengan Noor dan menjawab, "dulu kau
menyukaiku dan tidak mempertanyakan keberadaanku." Noor menyahut, "dulu
kau berbeda. Dulu kau mau mendengarkan aku, mau memecahkan masalahku
tapi sekarang kau hanya berpikir tentang dirimu sendiri." Justin
berkata, "percayalah padaku, aku akan melindungi siamak, masadepannya
terjamin." Noor menyela, "saat masadepan mu sendiri tidak aman,
bagaimana kau menjamin masa depan siamak?" dengan rendah hati Justin
mengatakan kalau dirinya mungkin tidak punya banyak kemampuan, tapi dia
berjanji kalau dirinya akan mejadikan Siamak seorang yang kuat, sehingga
dia tidak akan membutuhkan siapa-siapa untuk terus maju dimasa depan,
"aku bisa memberikan hidupku untukmu!" Noor menarik tubuh Justin
mendekat dan berbisik, "apa yang membuatmu berpikir kalau aku
membutuhkan hidupmu dan kau tidak memberikannya maka aku akan
meninggalkanmu?" Justin tersenyum dengan mata berbinar-binar bahagia.
Di
kandang kuda, Bal Ghovin dan Ashok sedang berjalan-jalan sambil
berbincang. Bal memuji Ashok dengan mengatakan kalau dirinya sangat suka
saat Ashok bicara hebat. Ashok merasa itu sudah tugasnya. Tapi Bal
berkata Ashok berbeda dan luar biasa. Ashok hanya tersenyum dan berlalu
meninggalkan Bal Ghovin. Teman Bal datang menghampirinya, sambil menatap
kepergian Ashok anak itu berkata, "Ashok akan melupakan kita saat ia
sudah pergi ke sekolah." Bal Ghovin dengan penuh keyakinan menyahut,
"tidak akan seperti itu.." Anak itu menatang Bal Ghovin untuk menguji
Ashok apakah dia akan berubah setelah pergi ke sekolah. Bal Ghovin
berpikir sejenak, lalu bertanya. "apa yang harus aku lakukan?" Anak itu
menyuruh Bal Ghovin meminta Ashok memohonkan pengampunan untuk dirinya,
karena Samrat Bindusara mau mendengarkan Ashok. Bal Ghovin setuju. Dia
menatangi Ashok dan menceritakan kondisinya, "teman, aku bekerja
disini untuk membayar hutang ayahku. Samrat selalu mendengarmu, bisakan
kau meminta dia untuk mengampuni aku?" Ashok seperti paham apa yang di
minta Bal Ghovin, dengan akrab dia menepuk pundak Bal, "teman, aku bisa
memintakan itu pada samrat, tapi beliau tidak akan pilih kasih. Suatu
saat kau pasti akan mendapat kesempatan untuk menyelesaikan tugasmu dan
bebas dari sini. Aku tidak bisa meminta samrat untuk pilih kasih."
Setelah memberi bal Ghovin pengertian, Ashok melangkah pergi. Bal Ghovin menarik nafas berat. Temannya datang dan berkata, "kau lihat itu? Ashok sangat pintar, dia tahu
apa yang harus dikatakan dan bagaimana menipu orang. Begitu pergi dari
sini, dia akan segera melupakan kita dan berteman dengan anak-anak
bangsawan." Bal dengan berat hati terpaksa setuju dengan kata-kata
temannya itu.
Ashok mulai bisa bebas di istana.
Dia datang ke ruang tahta yang kosong di mana sidang pengadilan selalu
di langsungkan. Ashok berdiri di tengah aula dan menatap Tahta dengan
senyum bangga. Ia ingat bagaimana dirinya dulu di tuduh berkali-kali, di
masukan kedalam penjara dan di siksa, "..hari ini aku tidak punya
tuduhan di kepalaku, di hormati. Sebelumnya aku hanya bisa melihat
dinding pengadilan ini sebagai pesakitan tapi sekarang aku datang kesini
dengan hormat.." Sambil tersenyum lepas Ashok meninggalkan ruang
pengadilan dengan langkah yang ringan dan gagah.
Seorang dayang menemui si penyerang di penjara sambil membawakan makanan. Pelayan itu membujuk si penyerang agar tidak marah pada makanan dan memakan makanan yang di bawanya. Pelayan itu bahkan bejanji akan membantu si penyerang. Tapi si penyerang tak menghiraukan apa yang di katakan pelayan, bahkan dia mendorong si pelayan hingga terjatuh kelantai. Makanan yang di bawanya berserakan, bahkan kunci yang terselip di pinggangnya terjatuh di lantai. Dengan kesal pelayan berdiri dan berkata dengan nada mengingatkan bahwa kalau sampai mereka menemukan siapa konspirator sebenarnya, maka si penyerang tidak akan selamat. Lalu pelayan itu meletakan makanan di samping si penyerang dan beranjak pergi keluar sel. Di depan pintu pelayan melirik si penyerang dan tersenyum tipis sebelum akhirnya dia berlalu pergi dari penjara.
Seorang dayang menemui si penyerang di penjara sambil membawakan makanan. Pelayan itu membujuk si penyerang agar tidak marah pada makanan dan memakan makanan yang di bawanya. Pelayan itu bahkan bejanji akan membantu si penyerang. Tapi si penyerang tak menghiraukan apa yang di katakan pelayan, bahkan dia mendorong si pelayan hingga terjatuh kelantai. Makanan yang di bawanya berserakan, bahkan kunci yang terselip di pinggangnya terjatuh di lantai. Dengan kesal pelayan berdiri dan berkata dengan nada mengingatkan bahwa kalau sampai mereka menemukan siapa konspirator sebenarnya, maka si penyerang tidak akan selamat. Lalu pelayan itu meletakan makanan di samping si penyerang dan beranjak pergi keluar sel. Di depan pintu pelayan melirik si penyerang dan tersenyum tipis sebelum akhirnya dia berlalu pergi dari penjara.
Di
halaman istana, Justin dan Siamak sedang berlatih pedang. Ashok
melihatnya dari kejauhan sambil tersenyum. Noor yang duduk di tepi arena
mengamati latihan itu dengan senyum bangga. Latihan berlangsung dengan
penuh semangat. Saat Noor melihat Siamak menahan pedang Justin, Noor
dengan cemas berteriak, "hati-hati, nak!" Siamak menoleh kearah noor dan
berkata, "jangan kuatir, ma. Aku akan membuat paman kalah hari ini."
Karena hilang kosentrasi., Justin berhasil menodongkan pedang kearah
Siamak. Siamak terkejut. Justin tersenyum, "jangan lupa siamak, aku
lebih kuat darimu!" Siamak dengan penuh percaya diri mengatakan kalau
dirinya kebih percaya pada kekuatanya sendiri dan bukan pada kekuatan
musuh. Lalu siamak kembali mengayunkan pedang. Justin menangkisnya.
Tiba-tiba Siamak menyodorkan pedang ke arah wajah Justin, dengan kaget
Justin menghindar. Akibat gerakannya yang mendadak itu Justin terpelset
dan jatuh ketanah. Noor bertepuk tangan. Justin tersenyum penuh arti.
Ketika justin hendak berdiri, Siamak menghampirinya dengan pedang
terhunus. Justin tertawa, "kau sudah mulai menggunakan pedang seperti
aku.." Noor yang mendengar itu menyahut, "mengapa tidak? bagaimanapun
juga dia adalah..."~Justin menatap Noor dengan tatapan menunggu, Noor
tersadar, dia meralat kata-katanya, "..maksudku dia adalah muridmu."
Justin tersenyum penuh arti pada Noor. Lalu dia mengulurkan tangan pada
Siamak. Siamak menyambut uluran tangan Justin dan menggenggamnya dengan
erat. Ashok melihat semua adegan itu dari atas balkon istana.
Di
penjara, si penyerang melihat kunci yang di jatuhkan pelayan. Setelah
menoleh ke kiri dan kekanan, dia dengan cepat mengambil kunci itu dan
membuka gembok penjara. Setelah pintu terbuka, si penyerang tanpa buang
waktu lagi segera kabur keluar. Sayang seorang prajurit jaga
memergokinya, si prajurit segera berteriak memberitahu teman-temannya.
Kejar-kejaran pun terjadi di lorong penjara. Sampai di jalan buntu, si
penyerang menemukan jendela, dia menimbang hendak pergi kemana.
Serombongan pelayan muncul dari sisi lain jendela secara diam-diam. Si
penyerang tidak sadar kalau ada yang mengamati, dia bicara sendiri,
"..aku tahu di mana Rakhasa, aku akan menemuinya..!" Setelah berkata
begitu, si penyerang melompak keluar jendela. Nirjara tersenyum, "achari
Chanakya benar, si penyerang itu akan pergi menemui tuannya." lalu
dengan isyarat dia menyuruh prajurit mengikuti si penyerang.
Dharma
sedang menumbuk ramuan ketika Ashok menemuinya di klinik. Ashok
memberitahu Dharma tentang Justin dan Siamak berlatih pedang. Cara Ashok
bercerita begitu bersemangat membuat Dharma berpikir kalau Ashok mulai
menyukai senjata. Ashok berkata kalau semua akan baik, dirinya akan
masuk sekolah kerajaan dan menjadi pejuang besar. Lalu dia akan bekerja
sehingga Dharma bisa istirahat. Dharma tidak menyahuti kata-kata Ashok,
dia bangkit dari duduknya dan menjauhi Ashoka dengan wajah sedih. Ashok
mendekati Dharma dan masih berbicara tentangg harapan-harapannya, Dharma
menatap Ashok dengan tatapan sedih. Dharma berkata, "kau terpesona
melihat kekerasan di sini. Padahal aku selalu ingin kau berjuang untuk
perdamaian. Itu adalah mimpiku melihatmu hidup damai, melayani orang,
tidak membunuh orang." Dharma mengatakan kalau menjadi prajurit harus
membunuh orang dimedan perang. Prajurit menyukai pertumpahan darah, "dan
kau ingin aku bahagia melihatmu menjadi prajurit? Bagaimana aku bisa
bahagia mengetahui anakku membunuh anak ibu lain? Kalau kau membunuh
untuk memenangkan perang, bagaimana kau bisa mendapatkan ketenangan
pikiran dan kedamaian hati?" Ashok bertanya apakah Dharma tidak senang
dirinya pergi ke sekolah kerajaan? Dharma menjawab kalau dirinya lebih
senang jika Ashok tidak pergi kesana.
Dengan
jatuh bagun, si penyerang terus berlari melewati lorong rahasia untuk
menemui Rakhasa. Dugaannya tepat, dari arah berlawanan muncul Rakhasa
yang segera menyambut si penyerang dengan hati lega. Rakhasa berkata,
"aku senang melihatmu masih hidup." Keduanya lalu berpelukan. Dari
tempat tersembunyi muncul prajurit Chanakya, siap mengepung Rakhasa.
Dengan rasa ingin tahu rakhasa bertanya pada si penyerang bagaimana dia
sampai bisa lari dari penjara? Si penyerang berkata kalau dirinya
menemukan kunci yang terjatuh di sel penjaranya. Rakhasa tersadar kalau
mereka telah terjebak dalam rencana Chanakya. Rakhasa mengajak si
penyerang kabur dari tempat itu. Tapi terlambat, pasukan Chanakya sudah
mengepungnya dan segera menangkap mereka berddua.
Ashok
meminta kejelasan akan sikap Dharma dengan bertanya, "ma, kau tak suka
bukan kalau aku pergi ke sekolah kerajaan?" Dharma memengang bahu Ashok
dan memberi pengertian, "aku tidak ingin kau menjadi kejam, suka
kekerasan." Ashok menjawab dengan wajah setengah sedih bahwa dirinya
sangat ingin pergi kesekolah tapi pemikiran Dharma adalah segalanya bagi
dirinya, menurut Ashok belajar bertarung dan senjata bukan berarti
dirinya akan menjadi kejam dan menyukai pertumpahan darah, "tapi jika
ibuku tidak suka, maka aku tidak akan pergi." Lalu dengan memendam rasa
kecewa Ashok pergi meninggalkan Dharma di kuti tatapan sedih darinya.
Rakhasa
di masukan penjara dengan tangan terikat. Chanakya menemuinya. Melihat
Chanakya, Rakhasa berkata kalau dirinya mendapat tahu tentang Ashok dan
bahwa Chanakya akan menjadikan anak itu sebagai raja berikutnya.
Chanakya dengan kalem berkata, "karena itu kau ingin menjebaknya dengan
membuktikan kalau Ashok akan menjadi samrat berikutnya. Katakan kenapa
Helena melakukan semua itu? Aku akan membebaskanmu." Rakhasa berkata
kalau Chanakya pernah membodohinya sekali, "kau membodohiku dengan
mengatakan kau akan menjadikan aku perdana menteri kalau chadragupta
menjadi samrat, tapi kau tidak memenuhi janjimu." Chanakya menyahut,
"niatmu tidak tulus. Kau ingin menjadi perdana menteri agar kau bisa
menghabisi aku dan Chandragupta dan menjadi samrat baru. Kau selalu
ingin menjadi samrat." Rakhasa bilang kalau Chanakya tidak punya bukti
untuk membuktikan teorinya, "kau mengirimku ke daerah lain sehingga aku
tidak menjadi perdana menteri." Chanakya menyahut kalau dirinya bisa
melakukan apa saja untuk melindungi Magadha. Rakhasa mengejek Chanakya
dengan mengatakan kalau chanakya ingin menjadi dewa pelindung magadha
dengan membunuh atau membungkan orang yang menentang dirinya. Chanakya
tak mengubris kata-kata Rakhasa, dia mencoba bertanya sekali lagi apa
niat Helena sebenarnya? Rakhasa berkata, "kau bilang akan melakukan apa
saja untuk Magadha. Aku memberimu tawaran, bunuh dirilah sekarang juga
dan aku akan memberitahu tentang Helena pada Bindu." Chanakya berkata
kalau dirinya bisa saja bunuh diri sekarang juga, masalahnya adalah dia
tidak mempercayai Rakhasa. Rakhasa berkata, "kalau begitu aku tidak akan
memberitahu apa rencana Helena." Chanakya kemudian memerintahkan
prajurit membawa Rakhasa kepinggiran Patliputra, tapi sebelum itu dia
menyuruh prajurit itu melepas kalung Rudraksa dari lehernya. Setelah
Rakhasa di bawah peri radhagupta menghampiri chanakya dan bertanya
mengapa dia mengambil kalung Rudraksa dari leher Rakhasa. Chanakya
berkata kalau dia akan menunjukan kalung itu pada Helena untuk
mengetahui reaksinya.
Bindusara sedang berlatih
ketika Ashok menemuinya dengan wajah sedih. Bindusara bertanya kenapa
Samrat Vanrajnya tampak sedih? Ashok memberitahu Bindusara kalau dirinya
tidak bisa menerima tawarannya untuk masuk sekolah kerajaan. Helena dan
Dharma mendengarkan percakapan itu dari jauh. Dengan wajah heran Bindu
bertanya, "mengapa? Apakah Sushim mengatakan yang tidak-tidak?" Ashok
menjawab, "tidak, rajkumar Sushim tidak mengatakan apa-apa." Bindu
bertanya, "lalu apa alasannya?" Ashok meminta maaf pada Bindu karena
tidak bisa memenuhi keinginannya, "tapi rasa hormat yang anda berikan
untukku sangat besar. Anda mengizinkan aku tinggal di istana agar aku
bisa bersekolah di sekolah kerajaan. Tapi sekarang saya tidak akan
tinggal di sana. Saya kan pergi." Ashok memberi salam hormat pada
Bindusara lalu beranjak meninggalkannya. Bindu menatap kepergian Ashok
dengan perasaan tak mengerti. Helena berpikir, "mengapa Ashok menolak
kesempatan besar seperti itu dan peri begitu saja. Apa alasan di balik
semua itu?"
Dharma dengan sedikit rasa besalah
berkata-kata sendiri, "apakah aku benar dengan tidak membiarkan Ashok
bertemu ayahnya? tapi hidup Ashok akan ada dalam bahaya sekarang apalagi
kalau kebenaran tentang siapa ayahnya di ketahui banyak orang." Bindu
muncul di belakang Dharma dan memberitahunya kalau Ashok menolak untuk
pergi ke sekolah kerajaan. Bindu meminta Dharma membujuk Ashok dan
menyakinkannya agar mau menerima tawaran itu lagi karena menurut Bindu,
Ashok memiliki bakat yang unik dan perlu di poles. Bindu meminta dharma
membujuk Ashok, karena Dharma sudah seperti ibu baginya, dan Ashok pasti
akan mendengarkan kata-katanya. Setelah berkata begitu Bindusara
meninggalkan Dharma. Dharma tercenung bingung, "satu sisi adalah
keinginan Ashok untuk pergi ke sekolah, sisi lain adalah pemikiranku
tentang kekerasan. Mana yang harus kupilih?" Sinopsis Ashoka Samrat episode 21
0 komentar:
Posting Komentar