aku pengennya tuh diperlakuin sebagai teman, bukan rekan kerja! huh, napa orang memandangku sesempit itu? huh! sinyalnya lambat banget neh, gag tahu napa juga. ngarep banget bisa lancar banget hingga aku bisa hemat waktu, ne kalo lalo gene jadi buang2 waktu yang ckup banyak T0T, kan sedih. sama kayak punya banyak temen, tapi aku hanya jadi pajangan di kontak fb, bbm mereka aja. jadi mendingan aku menyendiri aja dulu. ngomong ndiri, lebi enak ne. nulis ndiri. kayak ana autis benerenlah! mo curhat juga paling di blog aja cus kalo di fb orang2 cuek2 aja tuh. kapan ya mereka bisa anggap aku temen? temennya ribuan yang add fbku, tapi yang nyapain hanya diitung jari! jadi males nongolnya deh. mending di blog aja nonton yutub tapi sinyalnya merangkak gene jadi gag bisa nonton ashoka. aku biasa nonton ashoka, petir 6 ama dijah yellow di yutub. duh, sinyalnya! berjam2 aku curhatnya hiks T0T. aku suka curhat si tapi gag sama orang, tapi sama blog aja, gag di fb lagi cus kalo di fb ntar dikira apa lagi karna suka marah2. jadi mending di blog aja hoho. aku jadi kepikiran si mo main lagi di fbnya iid petir 6 itu, tapi males ah ntar ketemu lagi ama si itu. jadi mending nonton petir 6 di yutub aja de. aku dah banyak buat kekacauan buat chaos di fbnya iid itu haha. tuh kan kalo aku chaos ama orang jadi terkenal de, huh. makanya jadi males nongol di fb. dikit2 dibenci padahal gag ada salahku. di sini aman nonton2 yutub aja. aku menjauhi aja watakku yang suka nge-chaos kalo ada yang mancing2, tahu tu napa juga orang suka cari ribut ama aku. bikin pusing! toh orang bicara bae2, malah dimarah2in. karna banyak orang resek kayak getu di fb ya dah deh aku ngilang aja! jadi jangan anggap aku sombong kalo males bicara, males koment, ato update status di fb cus entah napa ada aja orang yang mo cari ribut ama aku! kalo gag suka napa juga diadd? aneh! kisah hidupku yang penuh chaos seseru mahaputra kayaknya tuh hihi. so, pengennya tuh orang2 di fb sana bisa bicara dengan baik ama aku cus aku gag salah ngomongnya. getu!
Sinopsis Ashoka Samrat episode 27 by Jonathan Bay. Ashok dengan rasa bingung dan sedih keluar dari istana. Dia berjalan gontai di pasar dengan pikiran yang melayang entah kemana. Tiba-tiba dia mendengar suara Dharma memanggilnya...
~"Ashok!"
Ashok melihat Dharma berdiri tak jauh di depannya. Dengan wajah gembira
Ashok menghampirinya. Tapi Dharma hanya berdiri kaku, tak mau menyambut
Ashok. Ketika Ashok tiba di depannya, dia malah hendak melangkah pergi.
Ashok menahan lengan Dharma. Dharma melirik Ashok dengan tatapan
dingin. Ashok memegang telinganya sambil memasang raut muka memelas.
Dharma luruh hatinya, dia menatap Ashok dan tersenyum. Ashok ikut
tersenyum. Dharma mengulurkan tangannya menyentuh wajah Ashok. Ashok
menduga Dharma akan mengelus pipinya, tapi ternyata Dharma mencubit
pipinya. Ashok nyengir kesakitan..~
Bayangan
itu kenyap. Ashok menyentuh pipinya yang tidak sakit, pipi di bagian
mana Dharma pernah mencubitnya. Kesedihan kembali menaungi matanya.
Dengan sedih dia melanjutkan langkahnya. Di suatu tempat, Ashok melihat
bambu yang di gunakan untuk menjemur pakaian. Ashok membayangkan dirinya
dan Dharma sedang bermain petak umpet diantara kain-kain yang
menggantung di jemuran. Dharma mengejarnya, Ashok lari menghindar.
Keduanya tertawa-tawa bahagia. Sambil tertawa, Ashok terus berlari
seakan-akan Dharma sedang mengejarnya. Padahal sebenarnya dia sedang
berlari seorang diri di tengah keramaian. Sambil menoleh Ashok terus
berlari. Tiba-tiba tubuhnya menabrak sesuatu dan dia terpelanting ke
tanah. Dia masih tertawa bahagia. Namun ketika dia menatap sesosok tubuh
yang berdiri di depannya, tawa Ashok hilang, kesadarannya kembali
datang. Sushim menatap Ashok dengan tatapan datar. Teman-temannya yang
berdiri di belakangnya tersenyum mengejek pada ashok. Orang-orang
berdiri terpaku menunggu apa yang akan terjadi. Dengan wajah menahan
geram, Ashok berdiri. Sushima menghampirinya. Ashok meliriknya dengan
tatapan tak suka. Sushim berkata dengan nada penuh kebencian, "kau
mengambil keuntungan dari kebaikan ayahku. Dan ayah masih mempercayaimu.
Tapi aku yakin kau dan ibumu menyembunyikan hubungan kalian hanya untuk
mengacaukan kerajaan. Aku akan membuktikan itu." Ashok tak menanggapi
ucapan Sushim, dia hanya menatapnya sekilas, lalu berlalu dari
hadapannya. Tapi Sushim mengejeknya, "apakah kau takut?" Mendengar itu,
Ashok menjadi sangat marah. Jari-jari tanganya tergenggam dan
urat-uratnya terlihat tegang. Ashok membalikan badan menatap Sushim.
Sushim balas menatapnya dengan sedikit rasa takut. Ashok mengoyangkan
telunjuknya sambil berkata dengan suara bergetar menahan marah, "tidak
hari ini. Karena aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan hari ini kalau
kau mengajakku berkelahi." Sushim tertegun melihat kemarahan yang
mengerikan di wajah Ashok. Dia membiarkan Ashok pergi dari depannya
tanpa mengatakan apa-apa.
Di
padang Setra, para Achari sedang mengadakan persiapan untuk mengkremasi
jasad Dharma. Chanakya datang dan berkata pada Brahmana yang memimpin
upacara, "achari, jika anda membutuhkan bantuan apapun, katakan padaku."
Brahmana tua itu menjawab, "jangan khawatir, achari. Kami sudah
menyiapkan segala sesuatunya. Tapi putra Subhadragi tidak menerima
kematiannya, lalu siapa yang akan memberikan agni untuknya? Kalau Ashok
tidak mau memberikan untuk ibunya, jiwa Subhadragi tidak akan tenang
selamanya." Mendengar kata-kata bramhmana tua itu, Chanakya berpikir.
Ashok
mengunjungi mandir Syiwa yang ada di sekolah kerajaan. Pada dewa dia
berkata, "engkau mendengar apa yang dikatakan orang-orang tentang ibuku.
Samrat, achari semua mengatakan hal yang buruk tentang ibuku. Lalu
mengapa engkau tidak melakukan apa-apa? Ibuku selalu berdoa padamu. Dia
selalu berkata kalau engkau merasakan rasa sakit umatmu. Lalu kenapa
engkau tidak melihat kesakitanku? Kenapa tak kau katakan dimana ibuku?
Bagaimana menemukannya? Tunjukan padaku jalan untuk menemukannya. Semua
menyuruhku percaya kalau ibu telah tiada. Tapi mengapa aku harus
mempercayai mereka? Tak ada buktinya. Mereka tidak mengerti hubungan
anak dan ibu. Kalau kukatakan dia masih hidup, maka dia masih hidup.
Jika aku merasakan kehadirannya, maka dia ada di sini. Sama halnya jika
seseorang memanggilmu batu bukan dewa, apakah aku harus mempercayainya?
Tidak! Seperti aku percaya kalau engkau tuhan, seperti itu pula aku
percaya kalau ibuku masih hidup. Aku merasa sendirian. Ibuku selalu
berkata kalau engkau mendengarkan umatmu. Ku mohon, pertemukan aku
dengan ibuku..." Chanakya datang dengan diam-diam dan berdiri di
belakang Ashok mendengarkan doa-doanya dengan hati pilu. Dengan
bercucuran airmata, Ashok terus memohon, "dengan rendah hati aku
memohon...dan aku akan melakukan apapun sebagai imbalannya. Engkau boleh
meminta apapun, tapi aku mohon dengan sangat pertemukan aku dengan
ibuku..Ini janjiku. Janji ashoka! pertemukan aku dengan ibuku.." Ashok
menangis dengan putus asa. Chanakya menyapanya, "Ashok.." Ashok menoleh
dengan cepat ke arah Chanakya dengan tatapan marah. Tapi hanya sesaat
saja, lalu dia membalikan badan dan dengan tegas berkata, "ibuku tidak
mati! Ibuku masih hidup!" Dengan nada pilu, Chanakya membujuk, "Ashok,
ibumu tidak punya siapa-siapa kecuali dirimu. Kau harus memberikan agni
untuk jasad ibumu." Ashok tetap bersikeras, "anda masih mengatakan kalau
dia sudah mati? Anda tidak percaya padaku? Aku mengatakan kalau dia
masih hidup. Kalau tidak percaya padaku, ya sudah! Aku berjanji sampai
dia tidak datang ke depanku, aku akan berdiri dengan satu kaki dan
membaca mantra suci untuk perlindungannya." Chanakay terkesima. Tanpa
menunggu komentar Chanakya, Ashok segera mengangkat sebelah kakinya lalu
menyatukan telapak tanganya di atas kepala sambil membaca mantra, "Om Trayam-bakam Yajamahe, Sughan-dhim Pushti Vardanam,....." Chanakya hanya bisa melihat Ashok memenuhi janjinya tanpa bisa berubat apa-apa.
Di
hadapan bindu dan semua orang di aula istana, Brahmana tua berkata,
"...itu tidak mungkin. Hanya anak yang dapat memberikan agni pada
ibunya." Perdana menteri menimpali bahwa kalau Ashok tidak siap, bukan
berarti Chanakya bisa mengusulkan ide itu. Para ratu yang hadir terlihat
cemas dan bingung. Helena berkata kalau dirinya merasa terkejut dengan
ide Chanakya. Bindu yang sedari tadi hanya mendengarkan menyuruh
Chanakya menjelaskan maksudnya. Chanakya berkata, "samrat, anda telah
memerintahkan untuk memberikan perlakuan kerajaan untuk dewi
Subhadrangi. Pikirkan, kalau Ashok tidak mau memberikan agni pada jasad
Dewi Subhadrangi, apakah pemakaman dewi subhadrangi tidak jadi diadakan?
Samrat, Ashok berjanji dia akan tetap berdiri di depan mandir dengan
satu kaki sambil membaca mantra sampai ibunya kembali.." semua orang
tertegun menengarnya. Bindusara tertunduk. Chanakya dengan berapi-api
melanjutkan, "Samrat, pikirkan wanita yang terbunuh untuk anda. Dia
merawatmu dan terbunuh. Anda punya kewajiban, anda samrat. Bapak bangsa.
Jadi, tidakkah anda berpikir kalau anda punya kewajiban padanya?" Bindu
teringat bagaimana dia berjanji dihadapan mayat Dharma kalau dirinya
akan mengurus anaknya. Chanakya masih berkata, "memberikan agni untuk
dewi Subhadrangi oleh samrat akan menunjukan perlakuan kerajaan yang
layak diterimanya. Tugas samrat untuk melayani rakyatnya. Akan menjadi
penghormatan terakhir untuknya karena dia tak punya keluarga, tak punya
suami dan samrat sendiri yang akan memberikan agni untuknya." Semua
orang berpikir keras berusaha menerima alasan Chanakya.
Helena
menyela, "achari, apa yang telah di lakukan dewi Subhadrangi untuk
merawat samrat sudah menjadi tugasnya dan dia mendapat kehormatan untuk
itu." Khorasan berdiri dan ikut berkata kalau banyak prajurit yang
memberikan nyawanya untuk samrat tapi bukan berarti samrat akan
memberikan agni untuk mayat mereka. Brahmana tua juga ikutan berkata,
"achari ji, ada beberapa aturan, kalau samrat memberikan agni pada dewi
Subhadrangi maka dia harus menarik diri dari urusan pemerintahan untuk
beberapa waktu, apakah itu mungkin untuknya? Aku merasa ini bukan ide
yang bagus."
Chanakya berkata, "samrat, ratu
Helena, dan perdana menteri, kalian semua punya pendapat. Tapi aku tahu
satu hal, tidak ada yang lebih tinggi daripada rasa kemanusiaan. Tidak
semua aturan juga tidak agama sekalipun. Sudah menjadi tradisi bahwa
kita memikirkan rasa kemanusiaan dahulu..." Chanakya menyebutkan banyak
contoh di mana sejarah membuktikan kalau kemanusiaan lebih penting dari
segalanya. Chanakya berkata kalau tugas samrat adalah memberi hormat dan
kehormatan untuk bangsanya. Dan Chanakya menyerahkan semua keputusan di
tangan samrat dia hanya meminta agar tidak hanya menggunakan kata
perlakuan kerajaan tetapi juga memberi penghormatan kerajaan untuk
Subhadrangi, "anda tahu kalau dia tidak pernah meminta imbalan apapun
karena telah menyelamatkan hidupnya. Anda sendiri yang seharusnya tahu
bagaimana membalasnya. Tanyalah pada diri anda sendiri, anda akan
menemukan jawabannya." Semua menunggu keputusan Bindusara. Bindu ingat
Dharma pernah memintanya agar memenuhi tugasnya sebagai prioritas utama.
Bindu terlihat berpikir lama, semua menunggu keputusannya. Perdana
menteri mengatakan kalau tidak baik jika samrat memberikan agni pada
subhadrangi. Karena itu akan memberi kesan pada rakyat bahwa siapapun
yang tidak punya keluarga akan di berikan agni oleh samrat. Dan jika
samrat menolak, maka mereka akan berpikir kalau samrat pilih kasih,
"saya meminta anda untuk tidak menerima ide ini."
Setelah
terdiam cukup lama, Bindusara berkata, "achari aku tidak akan melakukan
sesuatu yang akan memecah belah dewan pengadilanku. Aku tidak bisa
melakukan apapun sebagai seorang samrat.." Chanakya terlihat putus asa.
Keluarga kerajaan terlihat lega, perdana menteri tersenyum senang dan
Helena menyerigai puas. Tapi bindu belum selesai bicara, "karena itu aku
memutuskan untuk mundur dari tahta untuk satu hari...dan sebagai orang
biasa, aku akan memberikan agni pada jasad Subhadrangi.." Semua orang
kecuali Chanakya terkesima tak percaya... Sinopsis Ashoka Samrat episode 28
0 komentar:
Posting Komentar