lagi sedih cus sinyalnya lambat banget! T0T. ini kenapa ya? mungkin laptopnya bervirus. jadi banyak waktu terbuang karna sinyal. sinyal modem lelet. aku pake tri, sinyal ipad juga lelet n aku pake wifi. keduanya serba lelet. ini kenapa?! posting fotonya juga lelet banget! sedih banget! T0T. n aku lagi puasa syawal keempat ini, n pas ntar habis syawal dah mencukupi asal puasa tiap hari jadi aku puasanya tuh hari rabu-sabtu, n minggu kan dah bukan syawal lagi, jadi pas. berhasilkah aku menyelesaikan puasa syawal?! tadi hampir ga jadi puasa n mo menyerah saja karna kecoak mengepung jadinya aku sahurnya hanya makan kue aja di kamar sambil nonton tv, tuh tragis banget! T0T. mulanya ga mo sahur tapi merasa sayang ne perjuangan keempatlah, jadi kayak seru2an aja de. keco itu hampir aja buat aku ga jadi puasa tapi masi segar2 aja tuh akunya karna kan semalam dah makan kfc jadi dah kenyang2 dikit. waktu main onet juga selalu gene tiap mo habis waktunya aku buru2 selesaikan n kadang lolos dikit banget lagi. duh seru amatlah ne idup tegang banget deh! apa ada yang cariin aku ga ya? kayaknya aku dicari ditagih2 hutang, tapi adakah yang cariin aku karna kangen? pengen bisa dirindukan! T0T tapi dasar orang gak penting ne akunya, jadi kayak anak autis main sendiri. mau ngobrol juga entah napa malas2. jadi seharian hanya nonton katakan putus, pesbukers, mahaputra, lalu ashoka. males nonton jodha cus gak ada lagi labony yang seru banget tuh. mahaputra juga dah bagus bangetlah, tapi masi lebi keren ashoka. aku mo buat yang seru2 kayak gene juga karna bahas sekolah2an, aku suka cerita begituan. dah serulah daripada cerita perang2nya aku ga begitu suka karna yang perang kan bapak2, bukan anak mudanya haha. episod awalnya si dah lumayan bagus si, lalu pas cerita sekolah2nya dah mule ketarik habis de akunya ne mahaputra ama adeknya bersaing, adeknya sih tampan tapi licik habis, muna. mulanya kehadirannya gak menonjol n aku abaikan karna ga tertarik, eh pas lama2 liat baik2 tuh eh kok matanya rada sipit ya ga kayak orang india, mukanya kayak orang oriental, kayak asia timur mukanya. hm ada juga savitri, aku menanti...
Sinopsis Ashoka Samrat episode 25 by Jonathan Bay. Rombongan Bindu kembali ke Istama dengan suasana penuh duka cita.
Jasad Dharma ada bersama mereka. Tidak ada senyum atau wajah gembira,
semua bermuram durja. Rakyat Patliputra berkumpul di halaman istana
menyambut kedatangan rombongan. Berita kematian Dharma sudah menyebar
luas. Keluarga kerajaan dan rakyat Jelata berkumpul untuk memberi
penghormatan terakhir. Jasad Dharma di letakan di balai-balai yang sudah
di siapkan di tengah halaman. Dikelilingi oleh Bindusara, Chanakya,
keluarga kerajaan dan para dayang. Semua memperlihatkan wajah sedih
kecuali Justin dan Helena, yang sesekali terlihat saling melempar
pandang dengan seulas senyum tipis
tersembul di bibir. Diantara semua yang terlihat paling terpukul adalah
Chanakya. Dia merasa sedih memikirkan nasib ashok dan janji yang tidak
bisa di tepatinya. Kesedihan Bindu dan Chanakya semakin kentara saat
seorang pelayan berkata pada temannya, "dia banyak menolong kita. Kenapa
tuhan memanggil orang yang baik begitu cepat?"
Ashok
datang, dia mencoba melihat jasad yang terbaring di balai-balai dengan
wajah cemas. Tapi kerumunan masa menghalanginya. Ashok kemudian naik ke
pilar dan mencoba melihat kedalam. Angin mengerak-gerakan kain putih
yang menutupi si mayat, tapi tidak sampai terbuka. Ashok mendengar
seorang prajurit menceritakan kondisi Dharma pada temannnya, "..
kondisinya sangat memprihatinkan. Hewan buas menyerangnya dan tak
seorangpun ada di sana untuk
menolongnya..." Ashok geram mendengarnya. Darah keluar merembes dari
hidungnya. Sambil menahan geram, dia mengusap darah itu dan bergegas
menghampiri si prajurit. Ashok menarik
kain prajurit itu dan dengan geram berkata, "ibuku masih hidup. Tidak
ada yang bisa terjadi padanya. Ibuku masih hidup!" Prajurit itu menatap
Ashok dengan heran. Setelah marah-marah begitu, dengan kesal, Ashok
keluar dari kerumunan hendak meninggalkan pintu gerbang. Tapi begitu
berdiri di luar, dia tertegun seperti terpikir sesuatu, lalu dengan
cepat dia berbalik, menerobos kerumunan dan berlari kearah jasad Dharma.
Tapi tentara coba menghentikannya dengan menangkap kedua tanganya.
Ashok berteriak dengan histeri, "lepaskan aku!" tapi rajurit tetap
berusaha menahannya. Chanakya menatap dengan khawatir. Justin tersenyum
puas. Bindusara mengibaskan tangannya menyuruh prajurit melepaskan
Ashok. Begitu terbebas, dengan langkah panjang dia menghampiri bale-bale
di mana Jasad Dharma terbujur kaku.
Ashok berdiri di sampingnya dengan wajah sedih bercampur cemas dan rasa penasaran. Dengan tangan
gemetar ashok mencoba membuka kain putih yang menutupi wajah si mayat
dengan ragu-ragu. Ashok terbayang bagaimana Dharma selalu memanjakan
dirinya, bagaimana dia menyuapinya, mengobati lukanya, bahkan senyum
terakhirnya sebelum mereka berpisah, terbayang kembali di benak Ashok.
Ashok menguatkan diri untuk membuka kain itu. Pelan..pelan tapi pasti
Ashok membukanya, wajahnya pucat seketika. Raut mukanya tegang di liputi
keterkejutan. Chanakya memejamkan mata menahan pedih yang menguris
hatinya melihat reaksi Ashok. Ashok terduduk di tanah dengan wajah shok,
"ini bukan ibuku. Bukan ibuku!" Chanakya bingung. Bindusara heran.
Helena dan Justin melirik Bindusara menunggu reaksinya. Ashok bergegas
bangkit sambil berteriak histeris, "sudah kukatakan, ini bukan ibuku.
Bukan ibuku ini!" Mendengar teriakan Ashok, dengan bingung Bindusara
berguman, "Subhadragi ibunya Ashok?" Helena melirik puas. Bindusara
teringat bagaimana Ashok dan Dharma saling memuji di depannya, "kenapa
dia menyembunyikan ini dariku? Kenapa Ashok menyembunyikan ini dariku?"
Justin dan Helena saling pandang. Sementara Ashok masih berteriak
histeris, "ibuku masih hidup! Dia abukan ibuku. Kalau dia terluka
sedikit saja, aku pasti mengetahuinya. Dan kalian.... mengatakan dia
meninggal? Kenapa berkata begitu?" Semua yang hadir tertegun mendengar
kata-kata Ashok dengan perasaan haru dan sedih memenuhi lubuk hati
mereka. Kecuali Helena dan Justin. Helena bahkan menyerigai senang.
Ashok terus saja meracau di hadapan Bindusara dan Chanakya sambil
menunjuk-nunjuk, "setidaknya pikirkanlah perasaan anak yang mendengarkan
berita palsu ini. Kalian semua tidak adil. Tapi tuhan tidak akan
berlaku tidak adil padaku, karena Dia tahu ibuku telah menyelamatkan
banyak nyawa.. sehingga Dia tak bisa mengambilnya dariku. Dia berjanji
tak akan pergi dariku! Dia masih hidup dan aku akan membuktikannya!"
Ashok kembali terduduk di depan jasad Dharma sambil terus berguman kalau
itu bukan ibunya. Pada puncaknya, Ashok jatuh pingsan dengan tangan menyentuh tangan si mati. Melihat Ashok terkapar di tanah, Bindu dengan cemas berlari menghampirinya dan segera menggendongnya memasuki istana.
Perdana
menteri mengiringi Bindusara yang membopong tubuh Ashok yang tak
sadarkan diri. Sushim yang melihat itu menjadi marah. Bindu membawa
Ashok ke klinik dan membaringkannya di divan. Tabib memeriksa kondisi Ashok mengatakan kalau Ashok terserang shok.
Bindu berkata kalau tidak boleh terjadi sesuatu pada Ashok. Tabib
berjanji akan melakukan yang terbaik untuk merawat Ashok. Setelah merasa
yakin Ashok akan baik-baik saja, Bindusara meninggalkannya.
Sushim
masuk ke kamar Charumitra dengan marah-marah, "hal yang sama lagi..dan
lagi. Kenapa ayah selalu menyakitiku?" Sushim memberitahu Charumitra
kalau Ashok adalah anak Subhadragi, wanita yang telah merawat Bindusara.
Charu kaget mendengarnya, "apa?" Sushim menegaskan, "ya. Mereka sudah
menyebunyikan hal sebesar itu darinya tapi dia masih saja perhatian pada
Ashok." Untuk melampiaskan amarahnya, Sushim melempar meja dan segala
yang ada di atasnya hingga porak poranda.
Justin
dan Helena tertawa gembira saat mengenang bagaimana reaksi Ashok
terhadap kematian Dharma. Justin berkata kalau mulai saat ini, Chanakya
tidak akan bisa mengendalikan Ashok lagi. Keduanya berhenti di depan
pintu kamar di mana jasad Dharma di semayamkan. Helena tersenyum senang,
"ketika Bindu mengetahui kalau Chanakya yang meminta Ashok dan ibunya
menyembunyikan identitas mereka, kalau sebenarnya mereka adalah ibu dan
anak, Bindusara pasti akan marah pada Chanakya..."
Chanakya
sedang duduk termenung kamarnya. Radhagupta mengganggunya dengan
bertanya apa yang akan mereka lakukan sekarang? Chanakya menjawab kalau
Ashok memerlukan dirinya sekarang, " dia tekkah kehilangan ibunya. Aku
tahu bagaimana rasanya ditinggal mati ibu di usia kanak-kanak. Sekarang
aku harus menjadi ibu sekaligus menanganinya. Karena diriku DHarma
meninggal. Sekarang aku harus menunaikan tugasku."
Bindusara
gelisah di kamarnya. Dia berjalan hilir mudik di depan perdana menteri
yang berdiri mematung. Dengan nada marah bindu bertanya kenapa Ashok dan
Subhadrangi menyembunyikan identitas mereka sebagai ibu dan anak,
"mengapa mereka menipu aku?" Perdana menteri menjawab, "achari Chanakya
yang membawa mereka ke sini, tidakkah dia tahu akan hubungan mereka
sebelumnya? Ini aneh!" Bindu dengan nada tak terima menatap Perdana
menteri, "apakah anda ingin mengatakan kalau achari chanakya
menyembunyikan sesuatu dariku? Tapi kenapa ia melakukan itu?" Helena
yang menyahut, "itulah yang perlu kita ketahui, kenapa achari Chanakya
melakukan ini? Aku tahu kau sangat mempercayai achari. Tetapi di mana ada kepercayaan di situ juga ada rahasia.
Ingat bagaimana Ashok dan Subhadrangi coba mendapatkan kepercayaanmu?
Kemudian Ashok memenangkan hatimu dan kau mengirimnya ke sekolah
kerajaan seolah-olah dia akan jadi samrat berikutnya. Kita tidak bisa
mengabaikan keterlibatan achari Chanakya dalam masalah ini. Kalau achari
Chanakya tahu hubungan mereka, mengapa dia menyembunyikannya? Dia harus
menjelaskan semua ini."
Bindu teringat bagaimana
Chanakya membela ashok berkali-kalai, bagaimana dia menempatkan
hidupnya dalam bahaya untuk membuktikan Ashok tidak bersalah. Setelah
mengingat itu semua, Bindu menyuruh prajurit memanggil Chanakya. Helena
menyerigai senang... Sinopsis Ashoka Samrat episode 26
0 komentar:
Posting Komentar