LAGI SEDIH! tapi alhamdulillah, setelah sekian lamanya ga ngeblog karna sinyalnya stuck2, eh ne kok blog officialnya sinopsis ashoka samrat malah ngilang?! kan sedih! T.T apa marah kali ya adminnya karna kukopi paste ga minta izin ato ilang emang?! kan aku nulis nama penulisnya juga, ga ngaku aku yang nulis to? hiks, sedihnya! toh, aku ga tahu cerita dari bab 1-50 itu hiks, berkat blog itu aku jadi tahu ceritanya. tapi malah kabur blognya, hiks2. moga yang di yutub ga dihapus deh filmnya hiks2! berduka de akunya T0T. kan aku fans banget ama ashoka ne. gemana ni? duh, aku ngarep banget de ama anteve tuk ngulang ashoka dong dari episod awal, plis! tuh mahabrata yang diulang meski aku gak suka karna cerita mama2, aku suka yang ada abg labilnya kayak ashoka juga mahaputra. ya Allah, moga blog officialnya menyala lagi dan aku bisa kopas2 lagi di blogku, amin! plis, di yutub filmnya jangan dihapus ya? kan sayang aku baru aja nonton ampe episod 20. tuh aja de harapanku yang ngarep bangetlah. moga ashoka diulang lagi mainnya jadi 1 jam kembali ke posisi semula. hidup pangeran mahaputra! hidup samrat vanraj! hidup blog official sinopsis ashoka samrat! hidup!!!
Sinopsis Ashoka Samrat episode 28 by Jonathan Bay. Helena dengan heran bertanya, "apa yang anda katakan samrat?" Bindusara menjelaskan kalau keputusannya sangat cocok untuk situasi ini, "ini untuk menunjukan rasa hormatku padanya, karena tahtaku menjadi penghalangnya, maka aku akan meninggalkannya selama sehari saja untuk memberikan agni pada Subhadrangi. Sehingga tak seorangpun punya masalah dengan keputusanku." Setelah berkat begitu, di saksikan oleh seluruh yang hadir, Bindusara melepas mahkotanya, meletakannya di atas tahta lalu pergi meninggalkan aula, dI iringi tatapan tak percaya dari semua yang hadir terutama para ratu. Hanya Chanakya yang tersenyum lega.
Chanakya sedang berjalan di lorong istana ketika Khorasan menghadang jalannya. Khorasan menatap Chanakya dan berkata, "hanya untuk wanita biasa, anda begitu gigih berusaha. aku tak bisa mempercayainya." Chanakya bertanya, "tak bolehkan wanita biasa mendapatkan rasa hormat?" Khorasa dengan sedikit curiga berkata, "melihat cara
anda melindungi dia dan anaknya, aku ragu apakah dia orang biasa atau
bukan." Chanakya berkata, "Subhadrangi telah menyelamatkan hidup samrat,
maka dia bukan orang biasa."Khorasan menyahut, "anda telah memaksa
samrat memberikan agni pada jasadnya dan ini tidak baik." Chanakya
menjawab, "dia meninggal untuk melindungi samrat, apakah itu tidak baik
juga?" Khorasan berkata kalau insiden itu sangat di sayangkan, "binatang
buas menyerangnya, tapi anda memaksa semua orang percaya kalau itu pembunuhan." Chanakya dengan tajam balas berkata, "wanita yang tidak bersalah terbunuh dan kalian mencoba menyiratkan kalau itu kematian yang sangat sederhana, kenapa?" Khorasan tak tahu mau menjawab apa. Dia hanya menatap Chanakya lalu tanpa berkata apa-apa pergi dari haapannya.
Para ratu berkumpul membicarakan keputusan Bindusara untuk memberikan agni pada jasad dharma. Noor dengan nada tidak terima
protes pada Helena, "bagaimana samrat bisa melakukan ini untuk seorang
pelayan, ibu ratu? Apakah samrat lupa kalau hanya anak, ayah dan suami
yang bisa memberikan agni pada jasad wanita. Ini melanggar aturan."
Helena tidak menjawab. Charu ikut menimpali, "Ashok melanggar peraturan
tapi samrat tidak melakukan apa-apa. Kini samrat yang melanggarnya.
Anda ibu Samrat. Apakah anda tidak khawatir dengan kehormatan anak anda?
Hanya anda yang bisa menghentikannya, ibu ratu." Ibunya Drupat juga
setuju, mereka tahu Dharma bekerja untuk Bindusara, tapi bukan berarti
mereka harus melanggar aturan masyarakat, "kita harus membuat Ashok
memahami tugasnya." Charumitra tidak setuju dengan kata-kata Drupat.
Dengan sengit dia mencelanya. Ibu Drupat terlihat bingung dan salah
tingkah. Noor dengan nada lembut membujuk Heleana, "ibu ratu, Samrat
hanya mau mendengarkan anda. Hanya anda yang bisa menghentikannya."
Helena dengan kalem memberi para ratu penjelasan, "aku mungkin ibu
samrat, tapi aku juga wanita. Dan wanita harus mendengarkan apa kata
pria. Dan pria itu bukan lain adalah samrat. Kita tidak bisa
mempertanyakan keputusannya." Mendengar kata-kata Helena, walaupun masih
keberatan tapi para ratu tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Bal
Ghovin sedang bicara dengan adiknya ketika seorang anak datang dan
memberitahu dia kalau ibunya Ashok telah meninggal dan Ashok tidak bisa
menerima kematiannya, "dia masih berpikir ibunya masih hidup. Semua
berpikir, bahkan achari Chanakya berpikir dia di bunuh oleh musuh.." Bal
Ghovin terkejut, dia terduduk lemas. Temannya mengajak Bal ghovin
menemui ashok, untuk membujuknya agar mau melakukan upacara pemakaman.
Tapi dengan kasar Bal menepis tangannya. Temannya yang heran dan kecewa
dengan sikap Bal Ghovin, akhirnya dia pergi meninggalkan Bal sendirian
dalam keadaan shok. Lama bal Ghovin termenung. Tiba-tiba dia bergegas
bangkit, lalu membuka peti untuk mencari sesuatu. Dia mengambil kantong
berwarna merah. Bal manatap kantong itu dan teringat bagaimana Helena memberikan
kantong merah berisi koin itu padanya setelah dia memberitahu helena
tentang ibunya Ashok. Dengan koin itu, Bal Ghovin menebus kebebasannya.
Bal membuka kantong merah itu dan mengeluarkan beberapa keping koin yang
tersisa. Bal menatap koin-koin itu lalu menggenggamnya. Saat membuka
genggamannya, Bal terkejut melihat darah melumuri koin-koin itu dan
tanganya. Dengan kaget Bal membuang koin itu ke lantai. Ia mengamati
koin yang berserakan di rantai, tidak ada bercak-bercaak darah. Lalu dia
menatap tanganya, tanganya bersih. Bal menatap koin-koin itu lagi.
Kembali koin-koin itu di penuhi bercak-bercak darah. Bal menatap telapak
tangannya, telapaknya juga basah oleh darah. Bal ghovin mengusap-usap
telapak tanganya. Tangannya terlihat bersih lagi. Bal Ghovin teringat
pada semua yang dia katakan pada Helena. Dia terduduk lemas di pinggir
peti dengan perasaan bersalah menyadari kalau dirinya yang bertangung
jawab atas kematian ibunya Ashok, "hey Bhagwan, aku tidak bermaksud
melakukan itu."
Bindu
sudah mengenakan pakaian putih siap untuk melakukan upacara pemakaman
Dharma. Charumitra menemuinya dan berkata, "tidak bisakah aku mengatakan
sesuatu? Anda tidak mau mendengarkan saran kami. Anda tidak memberi aku
cinta dan rasa hormat. AKu sanggup menanggungnya tapi aku tidak sanggup melihat suamiku memberikan
agni pada wanita lain. Anda bahkan tidak berpikir apakah itu akan
menyakiti perasaanku atau tidak. Aku tidak bisa memahami posisiku dalam
hidupmu." Bindusara melipat tanganya di depan wajah sambil
berkata, "maafkan aku Charumitra, karena telah menyakiti perasaanmu.
Kau istriku dan aku tidak pernah merampas hak mu atasku. Tetapai sebagai
samrat aku punya kewajiban dan adalah tugasmu untuk memberikan rasa percaya
diri padaku. Aku bertanya padamu, apakah mengikuti kata hatiku salah?
Wanita yang pemakamannya akan dilakukan bukan hanya menyelamatkan
nyawaku 2 kali tapi juga merupakan tugasku untuk melindunginya tapi aku
gagal. Aku merasa bersalah pada diriku sendiri dan memberikan agni pada jasadnya akan mengurangi rasa
bersalahku. Apakah kau akan menghentikan aku melakukan ini?" Charumitra
menatap Bindusara dan bergegas pergi dari hadapannya tanpa berkata
apa-apa.
Ashok masih berdiri dengan satu kaki di
mandir dengan telapak tangan di letakkan diatas kepala. Angin dan guruh
tidak mematahkan semangatnya. Dengan khusyuk dia membaca mantra suci
perlindungan untuk ibunya. Di padang setra, upacara pemakaman Dharma
sedang di lakukan. Para Brahmana sedang khusyuk berdoa. Teman-teman
Ashok dari istal berduyun-duyung mendatangi Ashok di mandir. Mereka
membujuk Ashok agar menghadiri pemakaman ibunya, setidaknya pergi
melihat wajah ibunya untuk terakhir kali. Ashok tidak mengacuhkan
mereka. Dia tetap pada ritualnya. Dengan putus asa, teman-temannya pun
pergi.
Di setra, para Brahmana mulai meniup
terompetnya pertanda upacara akan di mulai. Bindu, Chanakya, Radhagupta
bersama rombongan tiba di setra sambil mengotong jasad Dharma. Bindu turut menggotong keranda Dharma, sambil
bertelanjang kaki. Dia ingat Subhadrangi pernah mengatakan bahwa adalah
tugasnya sekaligus hadiah baginya karena telah mampu menyelamatkan
Bindusara. Bindusara teringat bagaimana Ashok pingsan setelah melihat
mayat ibunya. Dalam hati Bindusara berkata, "Subhadrangi, aku tidak akan
membiarkan ashok merasa kalau dirinya anak yatim sekarang."
Di
mandir, Ashok masih khusyuk membaca mantra di depan api pemujaan dan
patung Syiwa. Di setra jasad Subhadrangi sudah di letakkan diatas
tumpukan kayu bakar. Bindu meletakkan kayu terakhir di tas jasad
Subhadrangi. Chanakya melihat semua itu dengan perasaan sedih dan haru.
Dalam hati dia berkata, "ini adalah nasib ratu Dharma. Dia selalu
mendambakan cinta dan rasa hormat dari samrat dalam hidupnya dan baru mendapatkannya setelah kematiannya saja." Bindu siap memberikan
agni pada jasad Subhadrangi. Dia mengambil kendi berisi minyak lalu
meletakkan ke pundaknya. Dia berjalan maju mengelilingi tumpukan kayu
bakar di mana Jasad Dharma di letakan. Minyak mengalir dari lubang di
kendi. Pada putaran terakhir, kendi di pundak Bindusara terjatuh,
menumpahkan isinya dan memecahkan tembikarnya. Suara pecahannya begitu
mengejutkan. Sehingga Ashok yang berada di mandir seketika tersentak
kaget. Dia tidak bisa menguasai keseimbangan tubuhnya hingga jatuh ke
tanah.
Disetra, Bindusara sudah menyalakan api
di sebatang kayu dan siap menyalahkan tumpukan kayu yang akan digunakan
untuk mengkremasi jasad Subhadrangi... Sinopsis Ashoka Samrat episode 29 by Jonathan Bay
0 komentar:
Posting Komentar