apa mahaputra bisa menyaingi ashoka ya? cus mahaputra juga kan cerdik. tapi ashoka tetep nomor 1 bagusnya, disusul oleh jodha akbar sih tapi karna jodha akbar sekarang episodnya dah mainstream romance getu jadi males ikutinnya, mending mahaputra aja de karna abg labil pemerannya kayak ashoka juga yang selalu penasaran. hm sebagai epik tuk remaja si sebenarnya ga begitu suka kalo adegan peperangan getu kan ada darah2nya untunglah di hitam putihkan n diblur darahnya, kalo sasaran dewasa si ga apalah. jadi teringat kill bill juga kan padahal film dewasa getu tapi adegan berdarahnya waktu bertarung tu dihitam putihkan karna banyak darah2nya. hm apa banyak penonton yang takut liat darah ya? kan darahnya juga bohongan, tapi napa masi ada juga yang ngeri liatnya?
Sinopsis Ashoka Samrat episode 22 by Jonathan Bay. Dharma
sedang mengemasi barang-barangnya ketika Ashok datang dan bertanya,
"ma, anda mau pergi kemana?" Dharma menjawab kalau Samrat akan pergi
berburu dan dia akan ikut denganya. Ashok tersenyum dan dengan riang
berkata kalau hari ini adalah hari pertama dia pergi sekolah. Dia ingin
berkat dari Dharma. Ashok hendak menyentuh kaki Dharma. Tapi dharma
melangkah pergi. Ashok terpana tak percaya. Dia segera bangkit dan menarik
lengan Dharma. Dharma berhenti didepan Ashok, Ashok dengan mata
berkaca-kaca menatap dharma. Ibu dan anak saling berpandangan dengan
perasaan yang sukar di ungkapkan. Tak kuat menahan perasaannya, Ashok
segera memeluk Dharma. Dharma tidak membalas pelukan Ashok. Dia menyuruh
Ashok pergi. Tapi Ashok tak mau, "aku tidak bisa melakukan itu. Aku
tidak bisa meninggalkan anda." Setelah cukup lama, Dharma melepas
pelukan Ashok, Ashok dengan berurai airmata berkata, "ma, aku tahu anda
tidak setuju dengan keptusanku. Tapi setidaknya percayalah pada anakmu.
Dengan berkatmu aku tidak akan tersesat." Dharma mengelus pipi Ashok
lembut, "aku tahu Ashok, kau tak ingin membunuh orang. Tapi ketika
berjalan di jalan yang salah lalau bagaimana kita mengharap hal yang
baik kita dapatkan? Tapi jika kau bahagia dengan ini, maka aku tidak
akan menghentikanmu. Setiap anak akan merentang sayapnya untuk terbang.
Hari ini kau membuka sayapmu untuk terbang. Aku berdoa untuk masa depan
yang baik bagimu. Aku akan selalu berdoa untukmu. Aku akan berdoa jika
ada sesuatu yang salah terjadi melalui tanganmu maka Tuhan akan
memaafkanmu." Dharma menatapnya penuh kasih sayang, "kapanpun kau ingin
menemukan aku, hindari kekerasan. Ikuti jalan damai, dan kau akan
menemukan aku di sana." Dharma
lalu menyetuh kepala Ashoka dan memberi kan berkatnya. Setelah itu,
tanpa berkata apa-apa lagi dia melangkah pergi. Tapi baru beberapa
langkah Ashok memanggilnya, Dharma menghentikan langkahnya. Ashok dengan
penuh harap berkata, "ma, setidaknya tersenyumlah padaku sekali lagi
sebelum pergi." Dharma menoleh, menatap Ashok, lalu tersenyum pada putra
kesayangannya. Ashok turut tersenyum. Lalu Dharma pergi sambil
menanggis. Ashok pun begitu, melihat ibunya pergi, senyumnya hilang,
wajahnya terlihat sedih.
Diiringi
suara genderang, Bindu dan rombongan berangkat ke hutan untuk berburu.
Di tengah perjalanan, prajurit yang memimpin rombongan memberi tanda
agar rombongan berhenti. Prajurit itu melihat jejak singa dan segera
berlari untuk melihatnya. Tiba-tiba terdengar teriakannya yang menyeyat
hati. Bindu dan rombongan yang lain segera berlari kearahnya. Mereka
menemukan si prajurit terkapar dengan luka-luka bekas cakaran di sekujur
tubuh. Semua orang menatap sekeliling tapi singa itu sudah hilang.
Bindu berkata kalau singa itu sangat pintar, butuh waktu untuk
menangkapnya.
Ashok datang ke sekolah kerajaan.
Dia melihat sekeliling dan lanagsung jatuh cinta dengan suasananya.
Anak-anak berlatih pedang dan berlatih olah kanuragan. Ada juga yang
berlatih menulis. Semua sibuk dengan latihannya masing-masing. Ashok
melihat pangeran Drupat datang di dampingi pengawalnya. Meski melangkah
di samping Ashok, sang pangeran tidak menyapa. Ashok tidak perduli, dia
tetap tersenyum senang dan bicara pada diri sendiri, "ma, aku berjanji,
setelah pelajaranku selesai anda akan bangga padaku." Ashok melangkah
kedalam sekolahan. Dia melihat ruang kosong yang unik. Dia masuk
kedalamnya dengan penuh rasa ingin tahu. Dengan wajah berbinar-binar dia
menatap sekeliling ruangan. Seorang teman
Sushim yang bernama Indrajeet muncul dari belakang Ashok dan menyapa
dengan nada mengejek, "tempat ini bukan untuk anak-anak murahan." Anak
yang lain muncul dan menimpali, "kami bahkan tidak sudi menjadikamu
pelayan, dan kau ingin belajar bersama kami?" Teman-teman Sushim semakin
banyak yang datang, mereka mengelilingi Ashok sambil berkata kalau
lebih baik Ashok pergi dari sekolah ini. Ashok hanya menatap mereka
dengan diam. Lalu muncul Sushim dari belakang Indrajeet. Melihat Ashok
dia mengejek, "oh ini Samrat Vanraj, dia punya ego yang besar, tapi
kenapa sekarang kau diam? Katakan sesuatu ashok!" Ashok tersenyum kecil,
"jadi kau menyiapkan semua ini untuk menyambutku? Bagus sekali, kau
telah memecahkan masalahku. Aku sedang berpikir bagaimana mencari teman
di sini, tapi sekarang aku tahu, kalian tidak layak menjadi temanku!
Kalian berteman hanya dengan melihat pakaian bukan bakat. Mental kalian
sangat sempit." Sushim menjadi geram, dia berkata pada teman-temannya,
"dia menghina kalian, dan kalian hanya diam mendengarkan? Hajar dia!"
Lalu mereka semua serentak menghajar Ashok, memukuli dan menendangnya.
Sushim menatap licik kekerasan yg terjadi di depannya sambil berpikir,
"aku akan membuat hidupmu seperti di neraka, samrat vanraj!"
Prajurit yang di serang singa di bawah ke klinik
Dharma. Dharma segera mengobati prajurit itu. Pada rombongannya Bindu
berkata kalau besok mereka akan memburu singa itu ke hutan. Justin
melihat Dharma dan menyerigai licik.
Ashok di pukuli oleh teman-teman
Sushim, tapi sedikitpun dia tidak membalas. Dia hanya mengigit bibir
menahan sakit. Tiba-tiba satu persatu penyerang Ashok berteriak
kesakitan dan jatuh kelantai. Sushim heran, dia menatap sekeliling, di
pintu tampak Siamak dengan ketapelnya menyerang teman-teman Sushim satu
persatu. Sushim menatap Siamak dengan penuh kebencian. Siamak
menghampiri mereka dan berkata, "mengeroyok anak itu tidak baik. Jika
kalian tidak meninggalkan tempat ini, aku akan mengadu pada guru."
Mendengar ancaman itu teman-teman Sushim segera bergegas pergi, di ikuti oleh Sushim. Siamak segera membantu Ashok bangun di bantu teman-temannya.
Ashok dengan susah payah berdiri, sambil tersenyum menahan sakit, dia
mengucapkan terima kasih pada Siamak. Siamak menyahut, "kau temanku,
jangan berterima kasih pada teman." Keduanya saling melempar senyum penuh persahabatan.
Di
hutan, Dharma teringat kalau Ashok berjanji tidak akan memukuli
siapapun tapi ketika dia diserang, Ashok terpaksa melanggar sumpahnya,
demi dirinya. Dia juga ingat bagaimana Ashok mengatakan kalau dirinya
perlu belajar berjuang untuk melindungi dirinya dan datang menemuinya di
klinik untuk meminta berkat. Teringat Ashok, Dharma menjadi sedih.
Seorang
prajurit muncul memberitahu Dharma kalau Ashok membutuhkan Dharma di
sekolah kerajaan karena dia baru saja di pukuli oleh beberapa temannya.
Dharma kaget. Prajurit berkata kalau Samrat mengizinkan dia untuk pergi.
Dharma segera meminta prajurit itu mengantarkannya ke sekolah kerajaan.
Sambil menoleh kekiri-kekanan, si prajurit membawa Dharma pergi.
Sepeninggal Dharma, Justin muncul dari balik tenda Dharma sambil
menyerigai licik.
Dharma duduk di gerobak dengan
hati cemas. Dia teringat bagaimana Ashok terluka sebelumnya. Dharma
berpikir, "Ya tuhan, apa yang Ashok lakukan pada orang lain sampai dia
menderita seperti ini? Dia selalu membantu orang, tapi kenapa setiap
kali dia selali kena hajar?" Seorang pemanah duduk diatas pohon dan
mengarahkan anak panahnya kearah belakang gerobak di mana Dharma duduk. Dharma kaget saat melihat anak panah menancap di dinding gerobak, hanya beberapa inci
dari wajahnya. Dengan panik Dharma menanyai tukang gerobak, kemana dia
akan di bawa, karena jalan yang di lalui gerobak itu bukanlah jalan
menuju sekolah Ashok. Si tukang gerobak hanya diam saja, dia malah
mempercepat laju kudanya. Dharma berteriak meminta sais menghentikan
gerobaknya. Di suatu tempat yang sepi, gerobak itu berhenti. Tak lama
kemudian, beberapa berandal yang di sewa Helena mengelilingi gerobak itu dengan senjata terhunus. Ada yang bersenjata cakar harimau,
pedang bahkan panah. Mereka siap menyeru gerobak dan menghabisi Dharma.
Tapi ketika pintu gerobak mereka serbu, mereka semua terkejut, karena
Dharma suddah tak ada di tempat. Mereka segera berpencar memburu Dharma.
Dharma
sendiri, begitu gerobak berhenti segera kabur menyelamatkan diri. Dia
berlari tanpa arah dan berhasil menyembunyikan diri di belakang sebuah
pohon. Sayangnya berandal yang mengejarnya melihat kain Dharma dan
segera mengepungnya. Terdengar suara Dharma memohon agar mereka
membiarkan dia pergi dan tidak membunuhnya. Tapi para berandal yang
bersenjata cakar dengan kejam menyerang Dharma tepat di wajahnya. Dharma
berteriak. Di sekolah, Ashok tersentak bangun dari tidurnya dengan
wajah tegang. Di hutan, para berandal mengayunkan senjata bertubi-tubi
hingga Dharma tersungkur tak bernyawa.
Ashok
berlatih pedang di arena latihan, tengah malam, seorang diri. Dia
mencoba memainkan pedang sebisanya sambil menyerang target sasaran yang
tergantung di depannya. Tapi beberapa kali pula dia gagal, bahkan target
sasaran itu yang menumbuk dirinya. Hingga akhirnya Siamak datang dan
menegurnya, "musuh tidak bisa di bunuh seperti itu." Ashok menatap
Siamak dengan rasa ingin tahu, "lalu bagaimana?" Siamak mengambil pedang
dan menunjukan caranya pada Ashok. Ashok melihat apa yang di lakukan
Siamak, lalu menirunya. Siamak melihat gerakan Ashok dan berkata, "kau
belajar dengan cepat." Ashok menjawab kalau dirinya perlu belajat cepat,
karena waktunya mendesak. Siamak kemudian mengajari Ashok cara
bertarung pedang. Siamak menyerang Ashok dan Ashok menangkis pedangnya.
Melihat itu Siamak tersenyum, "apakah kau begitu khawatir dengan kakak
Sushim?" Ashok menjawab, "bukan dia. Tapi aku ingin belajar bertarung
untuk melindungi ibuku."
Para berandal menemukan
tubuh Dharma tergeletak di tanah tertutupi kerudungnya. Salah satu dari
berandal itu membuka kain yang menutupi wajah itu dan memberitahu
teman-temannya kalau wajahnya sudah hancur. Dia tidak mungkin di kenali
melalui wajah. Setelah berkata begitu mereka semua sepakat untuk
meninggalkan tubuh itu bergitu saja.
Ashok
memberitahu Siamak kalau dirinya ingin berlatih semua ini demi ibunya,
tapi ibunya tak ingin dia belajar semua ini, "aku berharap dia ada
sisini..sehingga aku dapat membujuknya... " Sinopsis Ashoka Samrat episode 23
0 komentar:
Posting Komentar