duh kemaren tuh terjadi huru-hara kebakaran sono. muanya sibuk cari anak masing2 yang ilang, termasuk helena lebi milih nyari justin yang ngilang. sedangkan kakeknya pergi getu aja gak peduli ama putrinya, raja ji juga cemas sebenarnya mo cari putrinya tapi gak jadi. memang tuh naluri seorang ibu cari anaknya lebi kuat! kan aku lage mens, padahal aku orangnya sensitif, palagi kalo mens getu wah super sensitif getu, karna sensitif parah aku malah nangis padahal bukan adegan sedih kan liat ibu cari anaknya. eh, kabar novel2ku? kan dah tanggal 1 nih artinya aku ganti jadwal lagi hanya aja perubahannya getu deh bulan ne kelarin 4 novel hororku, dah selesai si meski baru episod awal2nya. jadi nambah 1 aja. aku yakin ide n jump scare ku tuh antimainstream. moga aja cepet kelar deh lalu kirim ke mayor moga bisa edar di gramed, amin! jadi sukses, penulis terkenal, banyak fans, best seller, kaya raya, diterjemahkan ke dalam banyak bahasa, difilmkan, jadi penulis sangat produktif, dapat muri, dapat nobel, terbitin ratusan novel/kumcer dsb. amin!
Sinopsis Ashoka Samrat episode 18 by Sally Diandra. Dharma sedang mengobati luka luka di tubuh Ashoka, melihat
anaknya termenung, Dharma bertanya “Ashoka, apa yang sedang kamu pikirkan ?”,
“Aku sedang memikirkan tentang Acharaya Chanakya, disatu sisi dia sering
menjauhkan aku dari ibu dan sekarang di lain sisi, dia selalu menyelamatkan aku
dari semua permasalahan yang aku hadapi, aku tidak bisa menghadapinya” Dharma
teringat ketika Acharaya berkata “Kedamaian bukan berarti kalau Ashoka harus
selalu diam” Ashoka yang kali ini melihat ibunya sedang merenung berbalik
bertanya “Ibu, apa yang ibu pikirkan ?” tepat pada saat itu Bindusara
menghampiri mereka, Dharma langsung menutupi wajahnya “Aku dengar kalau temanku
saat ini sedang berada di balai pengobatan, itu mengapa aku datang menemui kamu”
ujar Bindusara, Ashoka senang melihat kedatangan Bindusara kemudian mendekat ke
arahnya dan memberi salam, sementara Dharma terkejut “Siapa temanmu, Samrat ?”,
“Ini dia Samrat dari Vanraj ! Dia telah menjadi temanku sejak kemarin” Dharma
tersenyum senang mendengarnya “Bagaimana kondisi kesehatannya ?”, “Samrat,
tabibmu ini benar benar menakjubkan, dia telah mengobati aku dengan baik” ujar
Ashoka sambil menunjuk ke arah Dharma “Ashoka adalah anak yang hebat, dia itu
pemberani, dia juga selalu tersenyum meskipun sedang menderita, anak seperti dia
pasti membuat orang tuanya bangga” Dharma ikut angkat bicara “Ashoka, kamu telah
jauh dari ibu kamu dan Dewi (Dharma) juga telah jauh dari anaknya, mengapa
kalian berdua tidak tinggal di istana saja bersama sama ? Aku telah membicarakan
mengenai hal ini dengan Acharaya tentang tempat untuk Ashoka didalam istana
kerajaan, kalian berdua akan bisa menghabiskan waktu bersama sama juga tapi jika
kalian berdua tidak menginginkan maka aku tidak akan memaksa kalian berdua” ujar
Bindusara “Tidak tidak Samrat, permintaanmu adalah perintahku, ini adalah sebuah
ide yang sangat bagus” Ashoka menimpali “Aku harus memikirkan tentang temanku”
ujar Bindusara sambil mengulurkan tangannya ke arah Ashoka, Ashoka pun menyambut
uluran tangan Bindusara sambil melirik ke arah Dharma, anak ayah yang saling
tidak mengenal itu tampak semakin kompak, Dharma sangat senang melihatnya namun
sesaat Dharman memikirkan sesuatu dan berkata dalam hati “Bagaimana jika ada
seseorang yang tahu bahwa Ashoka itu sebenarnya adalah anak kandungku sendiri ?”
Sushima sedang berada di kebun istana, dia
meletakkan sebuah jeruk di atas kepala seorang anak dan sedang bersiap siap
hendak memanahnya dengan anak panahnya akan tetapi temannya yang bernama
Inderjeet berkata “Semua orang bisa memanahnya dengan mata terbuka, apakah kamu
bisa memanah apel itu dengan mata tertutup ?” Sushima tersenyum sinis
“Indrajeet, aku terima tantanganmu !” Sushima segera menutup matanya dan mulai
bersiap memanah jeruk tersebut, tiba tiba salah seorang temannya datang dan
menginformasikan ke Sushima “Pangeran Sushima, Samrat Bindusara sangat terkesan
dengan Ashoka, dia telah memberikan sebuah kamar untuknya di istana dan dia
diminta tinggal bersama seorang perempuan yang jadi tabibnya Samrat, dia juga
telah memutuskan untuk mengirimkan Ashoka ke sekolah kerajaan” Sushima marah
“Ini tidak mungkin ! Ini tidak benar ! Apa sih yang Ashoka punyai sehingga
ayahku memberikan perhatian yang berlebihan padanya dan menganggapnya lebih
penting dari pada aku ? Aku tidak akan membiarkan semua ini terjadi !”
Guru bertemu dengan seorang prajurit diruangannya dan prajurit
itu memberikan sejumlah berkas berkas gulungan kepada Guru, Guru menyeringai
sinis ketika menerimanya.
Sushima menemui Bindusara dikamarnya, saat itu Bindusara sedang
asyik menulis “Ayah, aku dengar kalau ayah meminta Ashoka untuk tinggal di
istana kerajaan dan juga memasukan dia ke sekolah kerajaan, di sekolah kerajaan
hanya ada anak dari keluarga kerajaan saja yang boleh masuk !” ujar Sushima
marah “Itu adalah pekerjaan untuk membuat seorang ksatria yang tangguh untuk
kerajaan Magadha, oleh karena itu dia bisa melindungi Magadha di masa mendatang
dan ketika aku melihat Ashoka, aku pikir aku tidak ingin kehilangan dia, dia
bisa sangat berguna untuk kerajaan Magadha” ujar Bindusara masih dari tempat
duduknya “Ayah, aku meminta padamu, agar ayah tidak memasukan Ashoka ke sekolah
kerajaan karena dengan adanya dirinya maka lingkungan di sekolah tidak akan
menyenangkan lagi” Sushima masih bersikeras mempengaruhi ayahnya “Cobalah untuk
mengerti tentang orang lain, Sushima ... Ashoka adalah anak yang sangat baik,
dia itu suka berbicara terus terang dan apa adanya, dia juga pemberani, dia
rendah hati dan semua orang memang mempunyai kekurangannya masing masing akan
tetapi semua orang tidak bisa menghadapi kekurangan mereka sedangkan Ashoka itu
mampu mengatasinya” ujar Bindusara sambil menghampiri Sushima “Ayah, telah
melukai perasaanku dengan mendukung musuhku !” ujar Sushima geram “Dia itu
temanmu bukan musuhmu dan dia akan masuk ke sekolah” ujar Bindusara “Apakah ini
sudah keputusan terakhir ayah ?”, “Ini adalah perintah seorang Maharaja” Sushima
sangat kecewa dengan keputusan ayahnya tanpa berkata apa apa, Sushima langsung
meninggalkan ayahnya dan begitu sampai di pintu kamar, Sushima berpapasan dengan
Helena yang akan menemui Bindusara, sesaat Sushima memandang Helena dengan ketus
sambil menahan amarahnya kemudian memberikan salam pada nenek tirinya itu dan
berlalu dari sana, Helena merasa ada yang tidak beres yang baru saja terjadi.
“Samrat, kenapa kamu melukai perasaan anakmu demi anak seperti
Ashoka ?” Helena mencoba membela cucu tirinya itu “Ibu, Sushima harus bisa
mengerti, aku telah melihat banyak sekali kebaikan pada diri Ashoka dan aku
ingin mengasahnya” ujar Bindusara “Diantara begitu banyaknya kebaikan yang ada
pada diri Ashoka, pasti ada setitik keburukan yang bisa melukaimu, bagaimana
jika Ashoka menipu kamu ?”, “Acharaya sangat menyukai Ashoka, itu artinya bahwa
Ashoka pasti memiliki sesuatu yang istimewa, ibu ingat kan kalau ayahku
Chandragupta Maurya dulu juga seorang anak biasa akan tetapi Acharaya melihat
ada sebuah kwalitas yang baik pada dirinya dan membuatnya menjadi Maharaja !”
Helena tidak suka dengan ucapan Bindusara “Jangan bandingkan ayahmu dengan anak
anak kecil lainnya, dengan cara ini maka Ashoka bisa bermimpi untuk menjadi
seorang Samrat !” Bindusara merasa heran dengan ibu tirinya ini “Ibu tidak ingin
Acharaya melakukan hal yang sama padamu seperti yang dia lakukan pada Dhana Nand
!”, “Jangan khawatir, ibu ... aku percaya pada Ashoka, dia itu anak yang hebat”
ujar Bindusara bangga, Helena semakin tidak suka dengan Ashoka, dalam hatinya
berkata “Kamu tidak mempunyai pemikiran apapun atas apa yang akan terjadi
pada masa mendatang” bathin Helena dalam hati
Tampak beberapa orang orang suruhan Rakshasa memasuki
Patliputra dengan berkas gulungan bertanda yang bisa dimengerti oleh prajurit
yang berjaga di gerbang istana ketika mereka mencegat orang orang tersebut.
Orang orang tadi menemui Guru, kemudian Guru menunjukkan pada mereka sebuah
danau, tak lama kemudian mereka memasukan akar akaran yang beracun ke dalam
danau pada malam hari. Keesokan harinya ketika warga penduduk mulai minum air
dari danau itu, mereka mulai mengerang kesakitan dan tumbang satu persatu.
Di kandang kuda, Ashoka baru saja bangun tidur, Ashoka langsung
berbicara dengan Gul Bhushan “Gul Bhushan, kamu tahu kalau aku akan segera
tinggal di istana kerajaan ini mulai dari sekarang bersama ibuku, Samrat telah
berbuat banyak kebaikan untukku” setelah ngobrol dengan Gul Bhushan, Ashoka
mendekati tempat air dan ketika hendak minum air itu tiba tiba Bal Govin
melarangnya dan berkata “Ashoka, jangan diminum air itu ! Airnya sepertinya
bermasalah, lihat semua orang yang sudah meminumnya, mengerang kesakitan”, “Kita
harus menolong mereka !” Ashoka mendatangi orang orang yang sudah meminum air
danau dan melihat mereka semua mengerang kesakitan.
Acharaya yang saat itu sedang berada di pasar, juga melihat
banyak warga penduduk jatuh sakit, Acharaya memerintahkan prajuritnya untuk
menolong semua orang dan memberikannya contoh air danau itu.
Di dalam istana ketika Bindusara sedang berjalan jalan dengan
Helena, Bindusara mendapat informasi dari salah seorang prajuritnya “Samrat, air
di danau kita rupanya bermasalah, semua warga penduduk langsung jatuh sakit
begitu meminum air itu” Bindusara terkejut dan meninggalkan Helena untuk mencari
tahu tentang persoalan itu, sementara itu Helena menyeringai senang dan tatapan
liciknya.
Acharaya masih berada di pasar dan berkata pada dirinya sendiri
“Ini bukan masalah yang mudah seperti kelihatannya”
Didalam istana, para ratu sedang berkumpul bersama anak anak
mereka masing masing, Noor berkata pada Siamak “Aku telah membawa segelas air
buat kamu, jangan minum air yang biasanya, karena air itu bermasalah, kamu minum
yang ini saja” sementara itu Drupata bertanya pada ibunya sendiri “Ibu, apakah
semua air ini hanya untuk kak Siamak ?”, “Tidak sayang, kamu juga bisa
meminumnya” sementara itu di kamar Charumitra, Charumitra sedang berkumpul
dengan Sushima dan dua teman Sushima yang lain, Charumitra menyuruh seorang anak
pelayannya meminum air tersebut untuk mengujinya apakah air itu bermasalah atau
tidak sebelum Sushima meminumnya, ternyata tidak terjadi sesuatu pada anak itu
“Sushima, ini waktunya buat kamu untuk membuktikan dirimu, pergilah ke mereka,
para rakyat jelata, bantulah mereka dan tunjukkan kalau kamu adalah pangeran
yang hebat !”, “Aku tidak akan pergi menemui rakyat jelata itu, ibu ! Bagaimana
jika aku tertular penyakit juga ?” Sushima merasa jijik bila harus bertemu
dengan rakyatnya “Jika kamu ingin menjadi seorang Samrat maka kamu harus
melakukan ini semua, nak ! Dengan cara ini maka ayahmu akan terkesan padamu
juga, hanya dengan menunjukkan wajahmu ke rakyat itu dan kembali, itu saja !”
Sementara itu dihalaman istana, Bindusara sedang berkumpul
bersama para anak buahnya, Bindusara bertanya pada panglimanya Khurasan
“Bagaimana bisa sebuah permasalahan terjadi dalam satu hari ? Umumkan pada
khalayak ramai bahwa kita selalu bersama mereka, kita akan melakukan segala cara
untuk menolong mereka” tak lama kemudian Ashoka menemui Bindusara bersama anak
anak yang lain “Samrat, anda harus melakukan sesuatu, lihat anda baik baik saja
itu artinya orang orang di dalam istana juga baik semua” tepat pada saat itu
Acharaya menemui mereka bersama Radhagupta dan berkata “Jika semua air
bermasalah maka orang orang di istana akan menderita sakit juga, jadi ini
berarti air yang dimanipulasi hanya yang dipinggiran saja, aku akan segera
mencari tahu tentang hal ini” dari atas balkon istana, Helena memperhatikan
mereka sambil tersenyum sinis “Semuanya berjalan sesuai dengan rencana”
sementara itu Ashoka meminta ijin pada Bindusara untuk menggunakan air
kerajaan “Samrat, kami minta ijin untuk menggunakan air dari istana untuk
membantu para penduduk”, “Ya, aku ijinkan !” ujar Bindusara, kemudian Ashoka dan
teman temannya meninggalkan Bindusara.
Acharaya bersama Radhagupta sedang mengadakan penyelidikan di
dekat danau, sementara salah seorang pelayannya sedang menyelam di danau
tersebut mencari cari sesuatu, Acharaya menemukan akar akaran yang beracun dan
membauinya, baunya sangat menyengat, sedangkan pelayannya juga menemukan akar
akaran tersebut di dalam danau “Siapa yang bisa melakukan ini ?” Radhagupta
merasa penasaran “Kita akan segera mengetahuinya !” ujar Acharaya tepat pada
saat itu para prajurit menemui Acharaya di tepi danau dan menginformasikan bahwa
mereka menemukan mayat “Air ini bisa membunuh siapa saja, Radhagupta periksa
mayat itu !” Radhagupta segera memeriksa mayat yang ada di depannya, Radhagupta
menemukan sebuah surat pada mayat tersebut dan menunjukkannya ke Acharaya, itu
adalah surat yang sama yang di tulis yang mengatakan bahwa Yunani akan menyerang
Patliputra.
Di balai pengobatan, Ashoka membantu para warga penduduk yang
menderita kesakitan, ketika ada seorang anak perempuan tidak mau meminum
obatnya, Ashoka segera menghampiri “Bagaimana kalau kita memainkan sebuah
permainan, yaitu aku akan menghitung dari 1 sampai 10 dan jika kamu meminum obat
itu maka kamu akan menang ?” anak perempuan itu setuju, Ashoka mulai menghitung
mulai dari angka 1 sambil menutup matanya “Sekarang aku akan menghitung ya 1 ...
2 ... 3 ... 4 ... 5 ...” belum juga Ashoka selesai menghitung anak perempuan itu
sudah meminum obatnya sampai habis, dari kejauhan Dharma yang melihat ulah anak
semata wayangnya ini merasa kagum dan senang sambil tersenyum bangga “Waaah kamu
menang dan aku kalah, kamu bahkan meminumnya sampai habis, hebat !” anak
perempuan itu hanya tersenyum, kemudian Ashoka menyuruh anak perempuan itu
istirahat di tempat tidur dan segera meninggalkannya untuk membantu yang lain,
dari kejauhan Ashoka melihat ibunya, Ashoka segera menghampiri ibunya “Ibu, kita
berdua akan segera tinggal bersama”, “Tapi ini tidak baik, Ashoka ... bagaimana
jika ada orang yang tahu bahwa kamu itu anak kandungku ?” ujar Dharma dengan
rasa cemas dan melihat ke kanan kiri takut ada orang yang mendengar pembicaraan
mereka “Mengapa ibu sangat khawatir sekali ? Jika ada seseorang yang mengetahui
bahwa aku adalah anak kandungmu ?” ujar Ashoka santai tanpa ada beban sama
sekali “Samrat telah memberikan perintah ini maka Acharaya tidak akan bisa
melakukan apa apa lagi, ibu ... Sudahlah jangan khawatir semuanya akan baik baik
saja” ujar Ashoka sambil memegang bahu ibunya, Dharma hanya bisa tersenyum,
kemudian Ashoka berlalu meninggalkannya, sambil melihat kepergian Ashoka, Dharma
berkata “Bagaimana caranya mengatakan hal ini pada Ashoka tentang apa yang
sangat aku khawatirkan”
Acharaya menemui Bindusara di kamarnya bersama Perdana Menteri
“Samrat, yang tertulis di dalam surat ini bahwa Yunani yang telah melakukan
semua ini, jadi sementara perhatian kita teralihkan pada permasalahan ini, maka
mereka akan menyerang Patliputra, mereka akan menggunakan kesempatan ini untuk
menyerang kita” Bindusara kaget “Perdana Menteri, coba cari tahu tentang
permasalahan ini”, “Aku akan mencari tahu bagaimana caranya orang orang ini
memasuki Patliputra dan meracuni air di danau kita dengan akar akaran beracun”
ujar Acharaya geram “Aku tidak bisa mempercayai orang lain selain kamu untuk
permasalahan ini, Acharaya ... cobalah cari tahu tentang hal tersebut” dari
balik pintu rupanya Helena menguping pembicaraan mereka dan menyeringai sinis.
Di pasar Ashoka mencoba membagi bagi air bersih yang diambilnya
dari istana kerajaan untuk para warga penduduk, sambil berdiri di atas gerobak
yang membawa bejana besar berisi air bersih, Ashoka mulai membagi bagi air
tersebut satu per satu “Jangan khawatir, Samrat telah menolong kita dan segera
air di danau itu akan bersih kembali” tepat pada saat itu Sushima dan dua
temannya juga datang ke pasar dengan ekspresi wajah yang aneh dan merasa jijik
ketika melihat para warga penduduk yang mengerang kesakitan, tak lama kemudian
dia juga melihat Ashoka sedang membagi bagikan air bersih, Sushima juga
mendengar obrolan beberapa orang yang memuji sikap Ashoka yang terpuji dengan
menolong para warga penduduk “Ashoka itu memang anak yang hebat dan dia pasti
akan mendapat imbalan atas perbuatannya ini, aku harap dia bisa sukses dalam
kehidupannya” Sushima yang mendengarnya merasa kesal.
Sushima segera menghampiri Ashoka dan berkata pada temannya
“Kamu tahu aku akan menceritakan sebuah cerita, ada seekor keledai yang biasanya
tinggal di kandang kuda istana, dia mulai berfikir kalau dia itu seekor kuda,
kemudian Samrat memberikan kesejahteraan padanya dengan memberinya sebuah tempat
tinggal di dalam istana, tapi sekali keledai tetap saja keledai” ujar Sushima
sambil melirik ke arah Ashoka berupaya mengejek Ashoka namun Ashoka tetap santai
tidak bergeming sambil sesekali tersenyum pada warga penduduk yang minta air,
tak lama kemudian Ashoka mengisi tempayannya dengan air bersih yang cukup banyak
lalu melompat dan menghampiri Sushima, Ashoka memberikan tempayan berisi air itu
ke Sushima dan mengumumkan pada semua orang yang berada disana
“Pengumuman ! Pengumuman ! Kata pangeran Sushima dia akan
memberikan air bersih ini untuk semua warga penduduk dan kalian boleh memegang
tubuhnya, ayoo ... mari mari sini mintalah air pada pangeran Sushima” ujar
Ashoka lantang, semua orang berduyun duyun menghampiri Sushima untuk meminta air
darinya dan bisa memegang tubuhnya, satu hal yang sangat jarang sekali bisa
dilakukan oleh rakyat jelata bisa memegang tubuh pangerannya, sementara itu
Sushima tidak bisa berbuat apa apa, Sushima kesal dan marah pada Ashoka sambil
menuangkan air itu untuk warga penduduk dan merasa jijik ketika tangan tangan
mereka menyentuh bahu dan lengannya, semantara Ashoka tersenyum senang bisa
mengerjai Sushima dan mulai menggoda Sushima “Pangeran, kamu tahu kenapa seekor
keledai bisa tinggal di istana seperti seekor kuda ? Aku akan mengatakannya
padamu ketika seekor kuda bisa bertingkah seperti seekor keledai maka seekor
keledai pun bisa bermimpi menjadi seekor kuda, itu adalah cerita keseluruhannya,
lain kali ceritakan keseluruhan cerita meskipun itu tidak akan menyenangkan”
bisik Ashoka sambil menyeringai senang dan berlalu dari sana meninggalkan mereka
semua, Sushima hanya bisa menahan amarahnya begitu di hina oleh Ashoka.
Bindusara nampak merenungkan sesuatu ketika Helena menemuinya
di kamarnya “Ada apa ? Kenapa kamu kelihatan gelisah ?” Bindusara merasa bingung
di depan ibu tirinya ini, kemudian Helena menyuruh semua pelayan pergi
meninggalkan mereka berdua, Bindusara berkata pada Helena “Ibu, menurut Acharaya
rupanya Yunani akan menyerang kita” Helena kaget “Ayahku ? Nicator ( pimpinan
pasukan Yunani ) akan menyerang kamu ?”, “Acharaya telah mendapatkan beberapa
bukti” ujar Bindusara bingung “Dia itu ingin membuktikan hal ini, katakan padaku
bagaimana bisa seorang ayah akan menyerang rumah anak perempuannya sendiri ?
Aliansi antara Yunani dan Magadha dapat terlihat dari pernikahanku dengan
ayahmu, ayahku selalu memikirkan yang terbaik untuk Magadha”, “Tapi mengapa
Acharaya bisa mengatakan sebuah kebohongan ?” Bindusara benar benar tidak
percaya “Dia ingin memenuhi telingamu untuk melawan aku, kamu meragukan aku itu
artinya kamu tidak menganggap aku sebagai ibumu, bagaimana bisa kamu meragukan
ibu Yashodamu ?” ujar Helena sedih, Bindusara meminta maaf sambil mengatupkan
kedua tangannya di depan dada dan berkata “Maafkan aku, ibu ... jika aku telah
melukai perasaanmu”, “Acharaya itu mempunyai beberapa rencana, salah satu
caranya adalah dengan membawa Ashoka ke sini, aku merasa dia akan melakukan hal
yang sama padamu seperti yang dilakukannya pada Dhana Nand yaitu dia ingin
membuat Ashoka menjadi Samrat berikutnya” Bindusara semakin bingung “Ashoka itu
hanya seorang anak kecil”, “Dhana Nand juga telah membuat kesalahan dengan
menganggap kalau Chandragupta adalah seorang anak kecil, kamu tidak seharusnya
mempercayai Ashoka maupun Acharaya begitu saja, sebagai seorang Samrat kamu
seharusnya meragukan siapa saja” Helena mulai meracuni pikiran Bindusara “Aku
tidak mempercayai semua orang 100% akan tetapi dalam mengambil keputusan aku
selalu melihat kebenaran dan bukti bukti” ujar Bindusara sambil berlalu
meninggalkan Helena, melihat kepergian Bindusara, Helena tersenyum licik dan
sinis dan berkata dalam hati “Sekarang kita akan menjadikan Acharaya dan
Ashoka menjadi satu dalam satu bingkai, seseorang yang ingin melayani kerajaan
Magadha akan disebut sebagai pengkhianat Magadha” Sinopsis Ashoka
Samrat episode 19 by Sally Diandra.
0 komentar:
Posting Komentar